Sabtu, 27 Maret 2010

TATTO & ANTING TUKANG SIOMAY ....

"Berhentilah berharap dari org lain dan semua manusia akan menjadi saudara". Pelajaran ini didapatkan dari seorang tukang siomay yg lewat di depan rumah. ia anak muda bertato dengan anting di kupingnya...

Saya menyukai siomay, tetapi terancam batal membeli dari penjual ini gara2 tangannya dan kupingnya. Bagi saya cuma rocker dan semacamnya yg layak bertato dan beranting. Hanya seniman yg layak berambut gondrong dan menguncir rambut. Akan tetapi, kuli bangunan tidak, abang bakso, penual sayur, apalagi pengangguran yg sdg gigih mencari pekerjaan, hrs menyadari kedududkannya. Ia hrs tahu diri dan memakai azas kepantasan.

Terhadap org lain, tiba2 ssaya memasang banyak keharusan. Jika engkau datang hanya utk mengutang, lagakmu hrs sopan dan sempurna. Jangan membantah, jangan membuat gara2. Jika ia tahu maksud kedatanganmu dan lantas bermuka masam karena itu, terimalah. Jika ia menunjukkan superioritasnya krn telah menolongmu, sabarlah. Jka ia membuat humor meski tidak lucu, tertawalah.

Jika engkau cuma seorang pembantu, identitas itu harus kau tegaskan bahkan dari pakaianmu. Jika engkau perempuan, jgn menjadi bersih dan cantik. Kecantikan semacam itu tdk layak bagimu karena hanya memancing komentar, "Dia terlalu cantik utk jadi pembantu." Jadi, pahamilah bagi pembantu, menjadi pintar dan cantik itu suatu kekeliruan. Pembantu harus selalu bodoh dan buruk rupa.

Namun di kehidupan nyata yg lain pemandangan yg lain malah makin nyata sekali. Seorang yg telah dikenal sebagai koruptor adalah orang yg sekaligus dikenal paling dermawan di wilayahnya. Jalan2 kampung dia aspal, tak terhitung tempat ibadah yg menerima sumbangannya. O ya, tak lupa, ia juga membangun rumah ibadah pribadi di kompleksnya sendiri.

Kembali ke tukang siomay. Jika engkau sekedar tukang siomay, hak seperti apa yg membuatmu berani bertato-ria dan memasang anting di kuping? ini sungguh tdk layak. Hanya anak muda kaya dan modern saja yg boleh dilubangi. Hanya mereka yg boleh berdandan semaunya. Engkau tidak. Tato di tanganmu dan anting di kupingmu itu jelas pengingkaran dan ini membuatku menolak siomaymu jika tidak perut dan lidahku ngotot memintanya.

Oo, pasti tukang siomay ini tak lebih dari sama seperti kita, manusia Indonesia yg pada umumnya yg membutuhkan hiburan karena dikepung banyak tekanan. Karena tertekan oleh kemiskinan, seseorang butuh menjadi seolah-olah kuat, keren, dan jagoan. Tatto dan anting itu tak lebih dari aksesori penentram saja, seperti bedak bagi wanita yg mendadak merasa cantik setelah memakainya, seperti gincu bagi bibir yg tiba2 merasa sensual setelah kena polesannya.

Ya sudah... Sayapun menyerah ....
Hebatnya, setelah siomay itu saya kunyah, tak ada rasa tato dan kuping beranting di dalamnya. Ia sangat enak seperti yg saya duga. Jadi, betapa tato dan anting itu tak ada hubungannya dgn makanan, apalagi dgn mutu hidup manusia.
Jadi, izinkan saya memakan siomaymu dengan rasa bersalah ....

Mau siomaynya juga...? silahkan komen dulu..... hehehe.... siomay enaaaak....

1 komentar:

  1. segala sesuatu itu jangan dulu di lihat dari luarnya meskipun dari luar kelihatan warna hitam tetapi tetep di dalamnya pasti ada warna pink.. hehehehe.. salam kenal

    BalasHapus