Oleh: Bawa Muhaiyaddeen
diterjemahkan oleh Dimas Tandayu
Cintaku, cucu-cucuku, putra dan putriku, saudara-saudaraku. Kemari,
malam telah tiba dan suasana mulai gelap. Apakah seharusnya kita
melewati jalan ini? Coba dengar semua gonggongan itu!
Apakah kau tahu dari mana asalnya? Banyak orang yang tinggal di
sepanjang jalan ini memelihara anjing penjaga. Gonggongan anjing pada
satu rumah membuat anjing lainnya menggonggong pada rumah yang lain.
Satu demi satu, mereka menggonggong pada orang yang berlalu di
sepanjang jalan, apakah mereka itu seseorang yang baik ataupun
seseorang yang buruk, manusia atau pun setan. Mereka menggonggong pada
setiap mahluk yang lewat.
Orang-orang memelihara anjing ini di rumah untuk menjaga mereka, tapi
lihat apa yang sebenarnya anjing-anjing itu lakukan? Mereka makan dan
menggonggong siang malam. Mereka tidak pernah diam sedikit pun.
Begitu banyak macam anjing, dan mereka menggonggong dengan suara yang
berbeda-beda. Yang berbadan besar meraung, “Wooof! Wooof!” Yang sedang
menyalak, “Bow Wow!”, dan yang kecil memekik, “Yip! Yip!” terlepas
dari ukurannya yang besar ataupun kecil, muda ataupun tua, gonggongan
mereka menghalangi orang lain untuk beristirahat. Dan walaupun mereka
dibesarkan dengan baik, mereka mungkin akan tetap menggigit orang
asing dan terkadang menggigit tuannya. Tuhan menciptakan anjing,
tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apa yang benar
dan salah. Keadaan anjing seperti itu. Dengarkan gonggongan-gongongan
mereka tatkala kita melewatinya.
Cintaku, cucu-cucuku. Anjing menggonggong bukanlah suatu hal yang
ajaib, setiap mahluk hidup menghasilkan sebuah suara. Dan bukanlah
sebuah keajaiban jika orang-orang memelihara anjing-anjing ini di
rumah mereka. Apa yang ajaib adalah manusia juga membesarkan
anjing-anjing di dalam dirinya sendiri. Sebagaimana orang-orang
membesarkan anjing-anjing penjaga mereka dengan baik, manusia dengan
senang hati membesarkan anjing-anjing yang menggonggong di dalam
pikirannya. Ia menciumnya dan memberikan segala sesuatu yang mereka
inginkan. Selama ia memberi makan anjing-anjing ini, mereka akan tetap
mengelilinginya, mengganggunya, dan membuatnya tidak pernah
menyelesaikan pekerjaannya. Anjing-anjing itu tidak akan pernah
membiarkan ia tidur atau mendapatkan ketenteraman. Sekitar 95% seluruh
manusia membesarkan anjing-anjing ini di dalam diri mereka. Sangat
sedikit yang hidup tanpa mereka.
Cucu-cucuku, anjing yang kau besarkan di dalam kandang dari tubuhmu
ini adalah anjing akal pikiran dan hawa nafsu. Tugasnya adalah
menggonggong dan menggeram. Jika engkau memberikan sesuatu padanya dan
mengambilnya kembali, ia akan menggigitmu. Jika kau gagal memenuhi
setiap keinginannya, ia akan menggigitmu. Anjing ini tidak akan pernah
memberimu ketenteraman. Ia tidak akan pernah mengizinkanmu melakukan
sesuatu yang baik. Satu-satunya hal yang ia lakukan adalah makan dan
menggonggong.
Anjing ini memiliki sifat-sifat yang mengerikan. Ia begitu egois dan
tidak bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk. Ia menyukai
apapun tanpa terkecuali, bahkan hal-hal yang dibuang oleh Tuhan dan
oleh manusia sejati. Ia terus-menerus mengarahkan hidungnya ke tanah,
mencari darah, kotoran, dan sampah lainnya. Ia berkelana kemanapun,
mengeruk-ngeruk bau busuk untuk memuaskan keinginannya. Ia tidak
menyukai apapun yang memiliki aroma harum.
Anjing hawa nafsu dan akal pikiran ini memohon dan memohon, meminta
makanan dari manusia yang membesarkannya di dalam dirinya. Setiap
waktunya dihabiskan untuk mencari tulang-tulang, daging, ayam dan
ikan. Hanya itulah satu-satunya pekerjaan manusia yang diizinkan oleh
sang anjing. Ia menggonggong dan menggonggong, bersikeras menginginkan
apapun yang ia inginkan.
Cucuku, engkau selayaknya tidak membesarkan anjing ini di dalam
dirimu. Anjing seperti itu selalu curiga terhadap apapun dan mengamati
setiap orang yang berlalu di depannya. Begitu curiganya hingga ketika
tidur pun ia akan terbangun tiba-tiba dan menggonggong. Ia bahkan
tidak bisa hidup dalam keharmonisan, kedamaian, atau tenteram dengan
anjing lainnya. Karena keegoisannya, ia akan berkelahi dan menggigit,
tanpa memperdulikan apakah telinganya, hidungnya, atau matanya terluka.
Selama kau membersarkan anjing seperti itu di dalam dirimu, ia akan
selalu menggonggong, dan kau tidak akan pernah mengerti kebersamaan,
harmoni, atau persamaan. Kau tidak akan pernah mengerti cinta, belas
kasih, kedamaian, atau ketenteraman jiwa. Sifat-sifat itu tidak akan
tumbuh di dalam dirimu. Engkau hanya akan mengenal keraguan, iri hati,
dengki, amarah, pengkhianatan, kebohongan, dan egoisme dari aku.
Engkau hanya akan mampu melakukan tugas yang hanya dilakukan oleh
seekor anjing.
Cucuku yang mulia, jangan percayakan penjagaan rumah hatimu kepada
anjing akal pikiran dan hawa nafsu. Jangan pernah berpikir anjing
seperti itu mampu menjaga rumah ini yang dipenuhi oleh sifat-sifat
Tuhan, rumah cinta dan kebijaksanaan, dari belas kasih, kedamaian, dan
ketenteraman jiwa. Siapapun yang mempercayakan penjagaan rumahnya pada
anjing tidak akan pernah meraih ketenteraman. Rumah ini tidak
memerlukan penjagaan siapapun selain Tuhan. Dialah Ayah* yang memiliki
tiga ribu sifat pengasih dan sembilan puluh sembilan tugas dan
tindakan, atau wilayat*, selalu menjaga rumah hatimu.
Cucuku, jangan menyisakan tempat bagi apapun yang bersebrangan dari
Tuhan untuk merangkak ke dalam hatimu. Berikan Dia penanggungjawab
satu-satunya untuk menjaga tempat itu. Dia sendiri yang
bertanggungjawab untuk menjaga kerajaan-Nya, rumah-Nya, khazanah-Nya,
dan kekayaan dari jiwa. Jika Dia adalah penjaganya, engkau akan
mendapatkan ketenteraman. Jika engkau menolak memberikan kerajaan dari
jiwamu pada akal pikiran dan hawa nafsu, kerajaan itu akan teguh dalam
ketenteraman. Engkau akan memahami keadilan, kejujuran, dan cinta.
Engkau akan memahami dirimu, Ayah-mu, dan kemerdekaan bagi jiwamu.
Cintaku, cucuku. Dengan kebijaksanaanmu, tangkap anjing itu,
kendalikan ia, dan kemudian rantai ia di belakang dapur. Peliharalah
hanya sifat-sifat dan cinta dari Ayah-mu. Jika engkau melakukan ini,
engkau akan memiliki ketenangan dan kedamaian jiwa. Engkau akan meraih
ketenteraman dari kebijaksanaan dan menjadi bahagia. Engkau akan
memahami kekayaan dari cinta Tuhan dan mengerti nilai sejati dari
kekayaan itu. Engkau akan memahami Dia yang bertanggungjawab atas
kerajaan ini. Cintaku. Amin. Amin.
*********
*Ayah dengan `A’ besar, Allah [Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen ral.
Seorang mu’min yang pasti memahami QS. 112:3 “(Allah) Tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan.” Beliau kerap menggambarkan kasih sayang
Allah terhadap jiwa-jiwa yang suci bagaikan cinta seorang ayah
terhadap anaknya, dan selain itu juga karena setiap jiwa manusia
berasal langsung dari Allah Ta’ala]
*Wilayat; Kekuatan Tuhan yang akan dimanifestasikan melalui
sifat-sifat-Nya; nama-nama dan sifat-sifat Tuhan; kekuatan seluruh
atribut-Nya yang melalui itu semualah semua mahluk mewujud.
Pohon Dan Buahnya
Oleh Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
(diterjemahkan oleh Dimas Tandayu dan Herry Mardian).
SEORANG MURID bertanya pada Bawa Muhaiyaddeen, “Bisakah Guru menjelaskan kondisi spiritualku, di mana aku sedang berada saat ini?”
Sang Guru menjawab, “Sebuah benih haruslah ditanam di saat yang tepat. Ketika ia mulai tumbuh, akarnya menyelusup jauh ke dalam tanah, memeluk dari semua penjuru. Segera benihnya tumbuh menjadi sebuah pohon. Seiring perjalanan waktu, pohonnya akan semakin membesar, lalu berbunga dan berbuah. Tatkala berbuah, buahnya tampak tidak lagi memiliki ikatan dengan tanah. Walaupun pohonnya terikat ke tanah, namun buahnya justru terhubung kepada manusia dan seluruh makhluk hidup.
Anakku, hidupmu pun demikian. Walaupun kau telah tumbuh begitu tinggi, sama seperti pohon: keterikatan akalmu, pemikiranmu, dan hasratmu masih pada bumi dan keduniaan. Seperti itulah kondisimu saat ini.
Tapi anakku, kau memiliki sebuah penghubung dalam qalb-mu, di dalam hatimu, yang berfikir tentang Tuhan dan mencari-Nya. Akan aku jelaskan cara mengembangkan hubungan tersebut. Ikutilah arahan ini baik-baik.
Sebanyak apa pun keterikatanmu pada dunia, jika kau ingin menemukan Tuhan, jika kau ingin menapaki jalan menuju-Nya; engkau, doa-doamu dan ibadahmu harus seperti pohon. Walaupun sebuah pohon terikat ke tanah, ia memberikan buahnya untuk semua mahluk. Walaupun kau terikat pada dunia seperti pohon, niatmu harus seperti niat sebuah pohon terhadap buahnya: doa-doamu, pengabdianmu, ibadah-ibadahmu, keunggulan-keunggulanmu maupun semua yang kau lakukan harus terhubung dengan Tuhan, dan kau harus melakukan pekerjaanmu dengan diniatkan untuk kemaslahatan semua makhluk, bukan untuk dirimu sendiri. Maka setelah itu, barulah kau akan berjalan dengan baik ketika menapaki jalan menuju-Nya.”
-=-=-=-=-=-=-
:: English Version (A Seed Must Be Planted At The Correct Time By M. R. Bawa Muhaiyaddeen)
Mati Sebelum Mati = Jalan Sang Sufi
*Seruan Terakhir*
( Buku "Mati sebelum Mati, Jalan Hidup sang Sufi")
bawa muhayaddien
*Sebelum mata terpejam dan sebelum ia dirapatkan dalam satu kedipan,*
*dalam sekedipan, *
*kita akan dipanggil pulang ke haribaan kaki kasih Tuhan *
*sebagai atom di dalam atom di dalam atom.*
*Dia akan memanggil kita dengan kelembutan yang tak terlukiskan.*
*Bagaimana mungkin kita bisa *
*melukiskan kelembutan panggilan paripurnaNya!*
*Bagaimana mungkin kita bisa melukiskan *
*keajaiban cara Ia mengirimkan seruan seruan penghabisan!*
* *
*Dia jadikan hidup kita tumbuh dan tumbuh dan tumbuh *
*ketika hari hari berlalu dan ketika hari hari melaju.*
*Hidup kita ini tiada memiliki kebaikan sama sekali *
*hingga akhirnya menyebabkan kesusahan dan siksaan.*
*Tawa dan bahagia, nestapa dan derita dalam hidup kita, *
*kebaikan dan keburukan memutus ikatan ikatan darah.*
*Seluruh kesusahan datang menautkan diri dengan kelahiran kita ini.*
*Seluruh kesusahan dan derita kita terkumpul di dalam diri, *
*menjadikan hidup kita siksaan dan rintihan *
*dengan air mata, ratapan dan tawa.*
*Namun setelah tumbuh melalui cara ini, *
*bahkan hingga akhirnya kita tak dapat lagi melakukan apa apa. *
*Di kala kematian datang memanggil kita, *
*ketika ia mengatakan "Datanglah" *
*dan merenggut kita dalam sedetik, *
*ketika ia memberikan seruan itu *
*begitu lembut, menusuk sangat cepat, *
*kita tetap tak menyadari hal ini!*
*Kita percaya bahwa dunia ini sangat luas, *
*memikirkan segala pemikiran yang tak terpikirkan
*
*bahwa dunia ini milik kita, *
*bahwa ia adalah sebuah perbendaharaan.*
* *
*Menyerah pada semua yang kita kumpulkan *
*melemparnya ke jalan, *
*menangis dan berada dalam kesusahan yang memilukan.*
*Kita harus membuka mulut dan menyeru Bapak kita, *
*bersujud di bawah kakiNya *
*dan menuju ke arahNya. *
*kemudian Dia akan menyeru kita.*
* *
*Melupakan segala dan hanya mengingatNya *
*kita harus menuju ke arahNya.*
*Pada hari itu segala kesusahan kita akan sirna.*
*Kemudian kebahagiaan dan keagungan Tuhan*
*dan cintaNya akan datang memeluk kita.*
* *
*Mengantarkan kepada kita kedamaian dan ketenangan.*
*Pada hari itu Ia akan datang dan memeluk kita*
*dan itulah kedamaian senyatanya.*
* *
*Seluruh keadaan yang ada selanjutnya*
*semua yang kita kumpulkan,*
*segala yang kita simpan, kita gunakan*
*hanyalah bungkusan dosa semata.*
*Kejahatan dan dosa yang telah kita kumpulkan,*
*segala yang kita kumpulkan dengan kebodohan *
*semata kantong kantong dan bungkusan bungkusan kejahatan.*
* *
*Jika kita mampu membuang seluruh bungkusan *
*kebodohan yang kita kumpulkan, *
*jika kita mampu mengenyahkan semua kejahatan, *
*jika kita mampu mencari kaki Tuhan, *
*Tuhan Yang Esa, Yang Esa dengan Cinta, *
*padaNya kita harus menambatkan keyakinan dan kepercayaan.*
*Jika kita mampu bersujud di bawah kakiNya, *
*berserah diri dan tunduk, *
*maka kita akan memiliki kedamaian dan ketenangan.*
*Itulah keadilan dan kebenaran *
*ketika keyakinan dan penghambaan bersemayam *
*di dalam diri kita dan percaya pada Tuhan*
*Yang Maha Kuasa, Yang Maha Melingkupi.*
*Maka kita akan berada dalam kedamaian *
*dan ketenangan bagi seluruh kehidupan.*
* *
*Kita harus senantiasa hidup dengan keimanan *
*pada Tuhan Yang Maha Esa .*
*Wahai anakku, kita harus hidup *
*dalam keyakinan itu selamanya.*
*Bagai pohon yang menghasilkan buah yang matang, *
*berbagi buahnya kepada setiap orang.*
*Segala yang kita kumpulkan dalam kehidupan *
*harus kita bagi.*
*Segala yang kita kumpulkan, *
*semua keuntungan yang kita dapatkan dalam kehidupan, *
*hati ini harus berbagi dengan setiap orang.*
*Seperti pohon berbagi buahnya yang matang.*
*Maka kita akan memiliki kedamaian dan ketenangan.*
*Ketika pohon memberikan buahnya, *
*ia tahu apa itu kedamaian.*
*Dan jika pikiran kita memberikan segala yang dimilikinya *
*maka ia pun akan mengetahui kedamaian *
*marilah kita temukan keseimbangan *
*yang akan menjadi jalan terbaik bagi kehidupan, *
*akan menjadi yang terbaik bagi kita *
*Amin. Amin.*
* *
Aku berikan cintaku kepadamu
24 September 1985 * *
M. R. Bawa Muhaiyadden
diterjemahkan oleh Dimas Tandayu
Cintaku, cucu-cucuku, putra dan putriku, saudara-saudaraku. Kemari,
malam telah tiba dan suasana mulai gelap. Apakah seharusnya kita
melewati jalan ini? Coba dengar semua gonggongan itu!
Apakah kau tahu dari mana asalnya? Banyak orang yang tinggal di
sepanjang jalan ini memelihara anjing penjaga. Gonggongan anjing pada
satu rumah membuat anjing lainnya menggonggong pada rumah yang lain.
Satu demi satu, mereka menggonggong pada orang yang berlalu di
sepanjang jalan, apakah mereka itu seseorang yang baik ataupun
seseorang yang buruk, manusia atau pun setan. Mereka menggonggong pada
setiap mahluk yang lewat.
Orang-orang memelihara anjing ini di rumah untuk menjaga mereka, tapi
lihat apa yang sebenarnya anjing-anjing itu lakukan? Mereka makan dan
menggonggong siang malam. Mereka tidak pernah diam sedikit pun.
Begitu banyak macam anjing, dan mereka menggonggong dengan suara yang
berbeda-beda. Yang berbadan besar meraung, “Wooof! Wooof!” Yang sedang
menyalak, “Bow Wow!”, dan yang kecil memekik, “Yip! Yip!” terlepas
dari ukurannya yang besar ataupun kecil, muda ataupun tua, gonggongan
mereka menghalangi orang lain untuk beristirahat. Dan walaupun mereka
dibesarkan dengan baik, mereka mungkin akan tetap menggigit orang
asing dan terkadang menggigit tuannya. Tuhan menciptakan anjing,
tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apa yang benar
dan salah. Keadaan anjing seperti itu. Dengarkan gonggongan-gongongan
mereka tatkala kita melewatinya.
Cintaku, cucu-cucuku. Anjing menggonggong bukanlah suatu hal yang
ajaib, setiap mahluk hidup menghasilkan sebuah suara. Dan bukanlah
sebuah keajaiban jika orang-orang memelihara anjing-anjing ini di
rumah mereka. Apa yang ajaib adalah manusia juga membesarkan
anjing-anjing di dalam dirinya sendiri. Sebagaimana orang-orang
membesarkan anjing-anjing penjaga mereka dengan baik, manusia dengan
senang hati membesarkan anjing-anjing yang menggonggong di dalam
pikirannya. Ia menciumnya dan memberikan segala sesuatu yang mereka
inginkan. Selama ia memberi makan anjing-anjing ini, mereka akan tetap
mengelilinginya, mengganggunya, dan membuatnya tidak pernah
menyelesaikan pekerjaannya. Anjing-anjing itu tidak akan pernah
membiarkan ia tidur atau mendapatkan ketenteraman. Sekitar 95% seluruh
manusia membesarkan anjing-anjing ini di dalam diri mereka. Sangat
sedikit yang hidup tanpa mereka.
Cucu-cucuku, anjing yang kau besarkan di dalam kandang dari tubuhmu
ini adalah anjing akal pikiran dan hawa nafsu. Tugasnya adalah
menggonggong dan menggeram. Jika engkau memberikan sesuatu padanya dan
mengambilnya kembali, ia akan menggigitmu. Jika kau gagal memenuhi
setiap keinginannya, ia akan menggigitmu. Anjing ini tidak akan pernah
memberimu ketenteraman. Ia tidak akan pernah mengizinkanmu melakukan
sesuatu yang baik. Satu-satunya hal yang ia lakukan adalah makan dan
menggonggong.
Anjing ini memiliki sifat-sifat yang mengerikan. Ia begitu egois dan
tidak bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk. Ia menyukai
apapun tanpa terkecuali, bahkan hal-hal yang dibuang oleh Tuhan dan
oleh manusia sejati. Ia terus-menerus mengarahkan hidungnya ke tanah,
mencari darah, kotoran, dan sampah lainnya. Ia berkelana kemanapun,
mengeruk-ngeruk bau busuk untuk memuaskan keinginannya. Ia tidak
menyukai apapun yang memiliki aroma harum.
Anjing hawa nafsu dan akal pikiran ini memohon dan memohon, meminta
makanan dari manusia yang membesarkannya di dalam dirinya. Setiap
waktunya dihabiskan untuk mencari tulang-tulang, daging, ayam dan
ikan. Hanya itulah satu-satunya pekerjaan manusia yang diizinkan oleh
sang anjing. Ia menggonggong dan menggonggong, bersikeras menginginkan
apapun yang ia inginkan.
Cucuku, engkau selayaknya tidak membesarkan anjing ini di dalam
dirimu. Anjing seperti itu selalu curiga terhadap apapun dan mengamati
setiap orang yang berlalu di depannya. Begitu curiganya hingga ketika
tidur pun ia akan terbangun tiba-tiba dan menggonggong. Ia bahkan
tidak bisa hidup dalam keharmonisan, kedamaian, atau tenteram dengan
anjing lainnya. Karena keegoisannya, ia akan berkelahi dan menggigit,
tanpa memperdulikan apakah telinganya, hidungnya, atau matanya terluka.
Selama kau membersarkan anjing seperti itu di dalam dirimu, ia akan
selalu menggonggong, dan kau tidak akan pernah mengerti kebersamaan,
harmoni, atau persamaan. Kau tidak akan pernah mengerti cinta, belas
kasih, kedamaian, atau ketenteraman jiwa. Sifat-sifat itu tidak akan
tumbuh di dalam dirimu. Engkau hanya akan mengenal keraguan, iri hati,
dengki, amarah, pengkhianatan, kebohongan, dan egoisme dari aku.
Engkau hanya akan mampu melakukan tugas yang hanya dilakukan oleh
seekor anjing.
Cucuku yang mulia, jangan percayakan penjagaan rumah hatimu kepada
anjing akal pikiran dan hawa nafsu. Jangan pernah berpikir anjing
seperti itu mampu menjaga rumah ini yang dipenuhi oleh sifat-sifat
Tuhan, rumah cinta dan kebijaksanaan, dari belas kasih, kedamaian, dan
ketenteraman jiwa. Siapapun yang mempercayakan penjagaan rumahnya pada
anjing tidak akan pernah meraih ketenteraman. Rumah ini tidak
memerlukan penjagaan siapapun selain Tuhan. Dialah Ayah* yang memiliki
tiga ribu sifat pengasih dan sembilan puluh sembilan tugas dan
tindakan, atau wilayat*, selalu menjaga rumah hatimu.
Cucuku, jangan menyisakan tempat bagi apapun yang bersebrangan dari
Tuhan untuk merangkak ke dalam hatimu. Berikan Dia penanggungjawab
satu-satunya untuk menjaga tempat itu. Dia sendiri yang
bertanggungjawab untuk menjaga kerajaan-Nya, rumah-Nya, khazanah-Nya,
dan kekayaan dari jiwa. Jika Dia adalah penjaganya, engkau akan
mendapatkan ketenteraman. Jika engkau menolak memberikan kerajaan dari
jiwamu pada akal pikiran dan hawa nafsu, kerajaan itu akan teguh dalam
ketenteraman. Engkau akan memahami keadilan, kejujuran, dan cinta.
Engkau akan memahami dirimu, Ayah-mu, dan kemerdekaan bagi jiwamu.
Cintaku, cucuku. Dengan kebijaksanaanmu, tangkap anjing itu,
kendalikan ia, dan kemudian rantai ia di belakang dapur. Peliharalah
hanya sifat-sifat dan cinta dari Ayah-mu. Jika engkau melakukan ini,
engkau akan memiliki ketenangan dan kedamaian jiwa. Engkau akan meraih
ketenteraman dari kebijaksanaan dan menjadi bahagia. Engkau akan
memahami kekayaan dari cinta Tuhan dan mengerti nilai sejati dari
kekayaan itu. Engkau akan memahami Dia yang bertanggungjawab atas
kerajaan ini. Cintaku. Amin. Amin.
*********
*Ayah dengan `A’ besar, Allah [Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen ral.
Seorang mu’min yang pasti memahami QS. 112:3 “(Allah) Tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan.” Beliau kerap menggambarkan kasih sayang
Allah terhadap jiwa-jiwa yang suci bagaikan cinta seorang ayah
terhadap anaknya, dan selain itu juga karena setiap jiwa manusia
berasal langsung dari Allah Ta’ala]
*Wilayat; Kekuatan Tuhan yang akan dimanifestasikan melalui
sifat-sifat-Nya; nama-nama dan sifat-sifat Tuhan; kekuatan seluruh
atribut-Nya yang melalui itu semualah semua mahluk mewujud.
Pohon Dan Buahnya
Oleh Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
(diterjemahkan oleh Dimas Tandayu dan Herry Mardian).
SEORANG MURID bertanya pada Bawa Muhaiyaddeen, “Bisakah Guru menjelaskan kondisi spiritualku, di mana aku sedang berada saat ini?”
Sang Guru menjawab, “Sebuah benih haruslah ditanam di saat yang tepat. Ketika ia mulai tumbuh, akarnya menyelusup jauh ke dalam tanah, memeluk dari semua penjuru. Segera benihnya tumbuh menjadi sebuah pohon. Seiring perjalanan waktu, pohonnya akan semakin membesar, lalu berbunga dan berbuah. Tatkala berbuah, buahnya tampak tidak lagi memiliki ikatan dengan tanah. Walaupun pohonnya terikat ke tanah, namun buahnya justru terhubung kepada manusia dan seluruh makhluk hidup.
Anakku, hidupmu pun demikian. Walaupun kau telah tumbuh begitu tinggi, sama seperti pohon: keterikatan akalmu, pemikiranmu, dan hasratmu masih pada bumi dan keduniaan. Seperti itulah kondisimu saat ini.
Tapi anakku, kau memiliki sebuah penghubung dalam qalb-mu, di dalam hatimu, yang berfikir tentang Tuhan dan mencari-Nya. Akan aku jelaskan cara mengembangkan hubungan tersebut. Ikutilah arahan ini baik-baik.
Sebanyak apa pun keterikatanmu pada dunia, jika kau ingin menemukan Tuhan, jika kau ingin menapaki jalan menuju-Nya; engkau, doa-doamu dan ibadahmu harus seperti pohon. Walaupun sebuah pohon terikat ke tanah, ia memberikan buahnya untuk semua mahluk. Walaupun kau terikat pada dunia seperti pohon, niatmu harus seperti niat sebuah pohon terhadap buahnya: doa-doamu, pengabdianmu, ibadah-ibadahmu, keunggulan-keunggulanmu maupun semua yang kau lakukan harus terhubung dengan Tuhan, dan kau harus melakukan pekerjaanmu dengan diniatkan untuk kemaslahatan semua makhluk, bukan untuk dirimu sendiri. Maka setelah itu, barulah kau akan berjalan dengan baik ketika menapaki jalan menuju-Nya.”
-=-=-=-=-=-=-
:: English Version (A Seed Must Be Planted At The Correct Time By M. R. Bawa Muhaiyaddeen)
Mati Sebelum Mati = Jalan Sang Sufi
*Seruan Terakhir*
( Buku "Mati sebelum Mati, Jalan Hidup sang Sufi")
bawa muhayaddien
*Sebelum mata terpejam dan sebelum ia dirapatkan dalam satu kedipan,*
*dalam sekedipan, *
*kita akan dipanggil pulang ke haribaan kaki kasih Tuhan *
*sebagai atom di dalam atom di dalam atom.*
*Dia akan memanggil kita dengan kelembutan yang tak terlukiskan.*
*Bagaimana mungkin kita bisa *
*melukiskan kelembutan panggilan paripurnaNya!*
*Bagaimana mungkin kita bisa melukiskan *
*keajaiban cara Ia mengirimkan seruan seruan penghabisan!*
* *
*Dia jadikan hidup kita tumbuh dan tumbuh dan tumbuh *
*ketika hari hari berlalu dan ketika hari hari melaju.*
*Hidup kita ini tiada memiliki kebaikan sama sekali *
*hingga akhirnya menyebabkan kesusahan dan siksaan.*
*Tawa dan bahagia, nestapa dan derita dalam hidup kita, *
*kebaikan dan keburukan memutus ikatan ikatan darah.*
*Seluruh kesusahan datang menautkan diri dengan kelahiran kita ini.*
*Seluruh kesusahan dan derita kita terkumpul di dalam diri, *
*menjadikan hidup kita siksaan dan rintihan *
*dengan air mata, ratapan dan tawa.*
*Namun setelah tumbuh melalui cara ini, *
*bahkan hingga akhirnya kita tak dapat lagi melakukan apa apa. *
*Di kala kematian datang memanggil kita, *
*ketika ia mengatakan "Datanglah" *
*dan merenggut kita dalam sedetik, *
*ketika ia memberikan seruan itu *
*begitu lembut, menusuk sangat cepat, *
*kita tetap tak menyadari hal ini!*
*Kita percaya bahwa dunia ini sangat luas, *
*memikirkan segala pemikiran yang tak terpikirkan
*
*bahwa dunia ini milik kita, *
*bahwa ia adalah sebuah perbendaharaan.*
* *
*Menyerah pada semua yang kita kumpulkan *
*melemparnya ke jalan, *
*menangis dan berada dalam kesusahan yang memilukan.*
*Kita harus membuka mulut dan menyeru Bapak kita, *
*bersujud di bawah kakiNya *
*dan menuju ke arahNya. *
*kemudian Dia akan menyeru kita.*
* *
*Melupakan segala dan hanya mengingatNya *
*kita harus menuju ke arahNya.*
*Pada hari itu segala kesusahan kita akan sirna.*
*Kemudian kebahagiaan dan keagungan Tuhan*
*dan cintaNya akan datang memeluk kita.*
* *
*Mengantarkan kepada kita kedamaian dan ketenangan.*
*Pada hari itu Ia akan datang dan memeluk kita*
*dan itulah kedamaian senyatanya.*
* *
*Seluruh keadaan yang ada selanjutnya*
*semua yang kita kumpulkan,*
*segala yang kita simpan, kita gunakan*
*hanyalah bungkusan dosa semata.*
*Kejahatan dan dosa yang telah kita kumpulkan,*
*segala yang kita kumpulkan dengan kebodohan *
*semata kantong kantong dan bungkusan bungkusan kejahatan.*
* *
*Jika kita mampu membuang seluruh bungkusan *
*kebodohan yang kita kumpulkan, *
*jika kita mampu mengenyahkan semua kejahatan, *
*jika kita mampu mencari kaki Tuhan, *
*Tuhan Yang Esa, Yang Esa dengan Cinta, *
*padaNya kita harus menambatkan keyakinan dan kepercayaan.*
*Jika kita mampu bersujud di bawah kakiNya, *
*berserah diri dan tunduk, *
*maka kita akan memiliki kedamaian dan ketenangan.*
*Itulah keadilan dan kebenaran *
*ketika keyakinan dan penghambaan bersemayam *
*di dalam diri kita dan percaya pada Tuhan*
*Yang Maha Kuasa, Yang Maha Melingkupi.*
*Maka kita akan berada dalam kedamaian *
*dan ketenangan bagi seluruh kehidupan.*
* *
*Kita harus senantiasa hidup dengan keimanan *
*pada Tuhan Yang Maha Esa .*
*Wahai anakku, kita harus hidup *
*dalam keyakinan itu selamanya.*
*Bagai pohon yang menghasilkan buah yang matang, *
*berbagi buahnya kepada setiap orang.*
*Segala yang kita kumpulkan dalam kehidupan *
*harus kita bagi.*
*Segala yang kita kumpulkan, *
*semua keuntungan yang kita dapatkan dalam kehidupan, *
*hati ini harus berbagi dengan setiap orang.*
*Seperti pohon berbagi buahnya yang matang.*
*Maka kita akan memiliki kedamaian dan ketenangan.*
*Ketika pohon memberikan buahnya, *
*ia tahu apa itu kedamaian.*
*Dan jika pikiran kita memberikan segala yang dimilikinya *
*maka ia pun akan mengetahui kedamaian *
*marilah kita temukan keseimbangan *
*yang akan menjadi jalan terbaik bagi kehidupan, *
*akan menjadi yang terbaik bagi kita *
*Amin. Amin.*
* *
Aku berikan cintaku kepadamu
24 September 1985 * *
M. R. Bawa Muhaiyadden
Tidak ada komentar:
Posting Komentar