Jumat, 26 Februari 2010

Apakah Mushaf Al Quran Sekarang Telah Mengalami Perubahan ?

Penulis: As Syaikh Ahmad bin Abdur Rozzaq Ad Duwaisy

Soal : Apakah benar bahwa mushaf Al Qur’an yang ada sekarang ini telah mengalami adanya perubahan ?

Jawab :

Al Qur’an adalah Kalamullah (firman Allah ‘Azza wa Jalla) yang diterima oleh Jibril ‘Alaihis Sallam dari Allah kemudian dibacakan kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Dan Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassallam mendengar langsung dari Jibril dan beliau menerima dari jibril sebagaimana yang Allah firmankan.

Dan Allah memeliharanya di qolbunya Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Allah Ta’ala berfirman : QS Al Qiyamah:16-19 (artinya)

16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.

17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.

19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.

Berkata Ibnu Jarir Rahimahullah dalam tafsirnya : “Para ahli tafsir berbeda dalam menyebutkan sebab kenapa dikatakan kepada beliau : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya, Maka sebagian berpendapat : dikatakan yang demikian itu karena beliau apagbila turun kepadanya sesuatu dari Al Qur’an beliau cepat-cepat hendak menghafalnya karena rasa cinta beliau kepada Al Qur’an. Maka dikatakan kepada beliau : Jangan kamu cepat-cepat karena kami yang akan menjaganya untuk kamu. Sebagian ulama’ berkata : bahwa yang menjadi sebab dikatakan demikian itu adalah beliau banyak membaca Al Qur’an karena takut melupakannya, sehingga dikatakn kepada beliau : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya untukmu. Dan kami yang akan membacakan kepadamu sehingga engkau tidak lupa. ( Tafsir Ibnu Jarir 29/187).

Allah ta’ala berfirman : QS Al Hijr: 9 (Artinya)

9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (QS Al Hijr: 9)

Adz Dzikr adalah Al Qur’an dan sungguh Allah telah menjaganya bagi kaum muslimin dan para shahabat Nabi langsung mengambilnya dari Nabi mereka baik secara tertulis maupun hafalan. Kemudian mereka menyampaikan kepada ummat persis tidak ada perubahan atau pengurangan. Sungguh Abu Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu telah mengumpulkannya pada jaman kekhalifahannya dengan perantaraan Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu kemudian dilanjutkan oleh Utsman Radhiyallahu ‘anhu pada kekhalifahan beliau dalam satu huruf agar tidak ada perbedaan ditubuh ummat dalam masalah ini.

Barang siapa berpendapat bahwa Al Qur’an sudah tidak terjaga atau telah masuk padanya perubahan atau pengurangan maka dia telah sesat dan menyesatkan. Dia harus dimintai bertaubat sehingga ia mau bertaubat dan kalau ia tidak mau taubat maka wajib bagi pemerintah untuk menegakkan hukum bunuh padanya dikarenakan ia telah murtad. Karena pendapat dia telah menentang firman Allah : QS Al Hijr:9 (artinya)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

Serta menentang ijma’nya kaum muslimin tentang terpeliharanya kemurnian Al Qur’an dan selamatnya Al Qur’an dari berbagai perubahan.

Untuk inilah ulama’ kaum muslimin mengingkari orang-orang syiah bathiniyyah yang mereka menyangka bahwa Al Qur’an yang ada ditengah-tengah kaum muslimin adalah kurang, dan yang ada ditangan merekalah yang lengkap. Ini merupakan kebatilan yang paling bathil,

Kepada Allah kita mohon hidayah taufiq dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad , keluarga serta para shahabat beliau.

Dewan riset dan penelitian ilmiyyah dan fatwa, Ketua Wakil Ketua : Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz Abdur Razzaaq ‘Afify, Anggota Anggota: Abdullah bin Ghadyaan Abdullah bin Qu’ud

(Diterjemahkan oleh Ust. Abu Abdillah MR. Dari kitab Fatawa Lajnah Ad Daaimah lilbuhuts al Ilmiyyah wal Ifta’ jilid 4 (Bag. Tafsir) dengan meringkas pertanyaan)

Dikutip dari darussalaf.or.id offline Penulis: As Syaikh Ahmad bin Abdur Rozzaq Ad Duwaisy , Judul: Adakah Perubahan Dalam Al Qur’an ?

Baca Risalah terkait ini:
1.Sejarah Pengumpulan Mushaf Utsmany (AlQuran Sekarang)
2.Bagaimana Cara Menafsirkan Al-Quran ?
3.Al-Qur`an Obat Segala Penyakit
4.Keutamaan Al Qur’an
5.Al Qur`an Turun Tidaklah Untuk Dipajang di Dinding Dan dijadikan Sebagai Lukisan / Ukiran Kaligrafi

Diarsipkan pada: http://qurandansunnah.wordpress.com/
READ MORE - Apakah Mushaf Al Quran Sekarang Telah Mengalami Perubahan ?

tip-tip-khusyu-dalam-sholat

Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lagi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).

Allah berfirman :
حَـٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٲتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَـٰنِتِينَ.
Peliharalah segala shalat [mu], dan [peliharalah] shalat wusthaa [1]. Berdirilah karena Allah [dalam shalatmu] dengan khusyu’. (al-Baqarah: 238)

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (al-Baqarah: 45)

Khusyu' merupakan kekuatan sholat. Tanpa khusyu' sholat seakan tidak mempunyai makna bagi pelakunya, karena sholat hanya berupa aktifitas fisik yang rutin, tanpa kenikmatan dan tanpa rasa hidmat di dalamnya.

Menghancurkan dan merusak kekhusyu'an dalam sholat adalah salah satu misi syetan di dunia ini. Firman Allah dalam menceritakan misi syetan tersebut:
ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur [ta’at]. (al-A'raaf: 17)

Rasulullah s.a.w. bersabda
قال النبي صلى الله عليه وسلم ( أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع ، حتى لا ترى فيها خاشعا .)
Yang pertama akan hilang ari umatku adalah khusyu', hingga kalian tidak lagi melihat orang khusyu'. (H.R. Tabrani. Sahih)

Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).

Maka khsyu' ini juga merupakan salah satu sifat orang beriman. Allah berfirman:
{ قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون }
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (1) [yaitu] orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.

Ibnu Katsir mengatakan: khusyu' adalah tidak bergerak, tenang, penuh tawadlu' karena disebabkan takut kepada Allah dan perasaan diawasi Allah. Khusyu' adalah sadarnya hati seakan berdiri di depat Allah dengan penuh penghormatan, pengabdian. (al-Madarij 1/520).

Tempat khusyu' adalah di dalam hati dan membekas ke seluruh tubuh manusia. Kalau hati sudah tidak khusyu' maka seluruh anggota tubuh tidak lagi beribadah secara serius karena hati ibarat komandonya dan anggota badan adalah tentaranya.

Khusyu' juga menjadi bukti keikhlasan. Karena hanya mereka yang ikhlash ibadah karena Allah dan sholat karenaNya yang dapat melakukan khusyu' secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyu'an palsu atau yang sering disebut kekhusyu'an dusta.

Ibnu Qayyim mengatakan ada dua jenis khusyu', yaitu khusyu' iman dan khusyu' munafik. khusyu' Iman adalah hatinya menghadap Allah dengan penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan dan rasa malu, lalu hatinya penuh dengan cinta dan pengakuan kepada Allah yang membekas ke seluruh anggota badannya.

Adapun khusyu' munafik adalah fisiknya khusyu' tapi hatinya tidak. Para sahabat sering berdoa: Ya Allah lindungilah aku dari khusyu' munafik. (Ruh 314).
Ulama mengatakan bahwa hukum khusyu' adalah wajib, karena banyaknya dalil yang menganjurkan khusyu' dan mencela orang yang tidak khusyu' dalam sholat.
Rasulullah s.a.w. bersabda:"Lima sholat yang diwajibkan oleh Allah, barang siapa memperbaiki wudlunya dan melaksanakan sholat pada waktunya, menyempurnakan ruku'nya dan kekhusyu'annya, maka ia mendapatkan janji Allah untuk mengampuninya. Barang siapa tidak melakukan itu, maka ia tidak mendapatkan janji Allah, kalau Allah berkehendak maka Mengampuninya, kalau Allah berkehendak maka akan menyiksanya." (H.R. Abu Dawud – sahih)

Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barang siapa berwudlu dan memperbaiki wudlunya kemudaian ia sholat dua rakaat, ia konsentrasikan hati dan wajahnya (dan tidak diganggu oleh nafsunya), maka ia akan diampuni dosanya yang telah telah lewat. (H.R. Bukhari).

Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:"Banyak sekali orang yang sholat hanya mendapatkan capek berdiri" (H.R. Nasai: hasan).
Tip menghadirkan khusyu dalam sholat
Menghadirkan khusyu' dalam sholat dalam dilakukan melalui dua cara. Pertama: mengupayakan amalan-amalan yang merangsang kekhusyu'an dan kedua: menghilangkan hal-hal yang merusak kekhusyu'an.

Adapun amalan-amalan yang mengantarkan kepada kekhusyu'an adalah sbb:

1. Persiapkan diri untuk sholat. Itu dimulai dengan mendengarkan adzan dan mengikutinya, berdoa adzan, memperbaiki wudlu, berdoa setalah wudlu, melakukan siwak sebelum sholat, mempesiapkan baji sholat, tempat sholat dan menunggu waktu sholat.
Bukan bergegas sholat ketika waktu hampir lewat.

2. Thoma'ninah: yaitu berhenti sejenak pada setiap rukun-rukun sholat. Dalam hadist diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika sholat, beliau melakukan thma'ninah hingga semua anggota badan beliau kembali pada tempatnya. (H.R. Abu Dawud dll.) Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri sholat. Bagaimana itu wahai Rasulullah, tanya sahabat. "Mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih). Seseorang tidak akan bisa khusyu' tanpa thoma'ninah ini karena cepatnya pergerakan sholat telah menghilangkan kekhusyu'an dan konsentrasi hati.

3. Ingat kematian saat sholat. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:"Ingatlah mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu sholatnya yang terakhir" (Dailami: sahih). Rasul juga pernah berpesan kepada Abu Ayub r.a. "Sholatlah seperti sholatnya orang yang pamitan" (Ahmad: sahih).

4. Tadabbur (menghayati) ayat-ayat Quran yang dibaca saat sholat, begitu juga dzikir-dzikir dan bacaan sholat lainnya lainnya serta menyerapkannya dalam diri mushalli.
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shad:29).

Dari Hudzaifah r.a. :Aku sholat di belakang Rasulullah s.a.w., satu malam. Beliau membaca dengan bebas. Ketika melewati ayat di dalamnya ada tasbih, beliau bertasbih, ketika melewati ayat permintaan beliau meminta dan ketika melewati ayat minta perlindungan, beliau pun meminta perlindungan" (Muslim).

Tadabbur dan tafakkur terhadap ayat-ayat Allah merupakan pengantar kekhusyu'an. Begitu juga menangis saat mendengar atau membaca ayat-ayat Allah. Allah berfirman:
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.(Isra':109).

Atho' pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: ceritakan kepadaku apa yang paling kau kagumi dari Rasulullah, lalu Aisyah menangis. Suatu malam Rasulullah s.a.w. berdiri untuk sholat, beliau berkata: Wahai Aisyah biarkan aku menyembah Tuhanku. Sesungguhnya aku senang bersamamu dan aku senang menyenangkanmu". Lalu beliau pun bangun dan sholat, lalu beliau sholat sambil menangis sehingga lantai kamarku basah karena air mata beliau. Lalu berkumandanglah adzan Bilal untuk subuh, ketika Bilal melihat mata Rasulullah basah karena menangis, Bilal pun bertanya:"Wahai Rasulullah, untuk apa engkau menangis padahal Allah telah mengampunimu dosamu yang lalu dan yang akan datang? Rasul menjawab: Wahai Bilal aku lebih suka untuk menjadi hamba yang banyak bersyukur. Malam ini diturunkan kepadaku ayat yang ruglilah orang yang membacanya dan tidak menghayatinya, yaitu ayat Ali Imran 190-194. (Ibnu Hibban:sahih).

1. Membaca ayat satu-satu. Ini juga mengantarkan kepada khusyu' karena mengantarkan kepada pamahaman dan penghayatan. Umi Salamah berkata bahwa Rasulullah membaca fatihah dalam sholat dengan basmalah, lalu berhenti lalu membaca hamdalah lalu berhenti lalu membaca arrohmaanirrohiiim dan seterusnya. (Abu Dawud: sahih).

2. Memperindah bacaan Quran dan tartil dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an. Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلۡمُزَّمِّلُ قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلاً۬ نِّصۡفَهُ ۥۤ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلاً أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً
Hai orang yang berselimut [Muhammad], (1) bangunlah [untuk sembahyang] di malam hari [1] kecuali sedikit [daripadanya], (2) [yaitu] seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, (3) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Muzammil 1-4)

Rasulullah s.a.w. berpesan:"Perindahlah al-Qur'an dengan suaramu yang merdu, karena suara yang indah akan memperindah al-Quran" (Hakim:sahih). Dalam hadist lain beliau bersabda:"Sesungguhnya seindah-indah suara orang membaca Quran, adalah kalau ia membaca maka orang-orang yang mendengarnya akan takut kapada Allah. (Ibnu Majah: sahih).

1. Beranggapan bahwa saat sholat ia sedang menghadap kepada Allah. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan. Hakim: sahih).

2. Memperhatikan pembatas depan sholat. Sebaiknya ketika sholat menghadap pembatas depan, misalnya dinding atau pembatas yang polos. Tujuannya adalah agar pandangan mata kita tidak terganggu oleh obyek-obyek visual yang mengganggu konsentrasi kita. Rasulullah s.a.w. bersabda" Hendaklah kalian ketika sholat menaruh pembatas di depannya agar syetan tidak memutuskan sholatnya" (Abu Dawud: sahih). Sebaiknya pembatas tersebut berjarak tiga jengkal dari tempatnya berdiri dan sejengkal dari tempat sujudnya. (Fathul Bari).

3. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Rasulullah s.a.w. bersabda: Kami para nabi diperintahkan agar dalam sholat meletakkan tangan kanan di atas atas tangan kiri (Thabrani:sahih). Imam Ahmad menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar kita menundukkan diri di depan Allah dengan khusyu'. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap seorang yang meminta dengan merendahkan diri dan sikap seperti itu lebih mengantarkan kepada kekhusyu'an.

4. Mengarahkan pandangan mata pada tempat sujud. Dai Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. ketika sholat beliau menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tempat sujud. (Hakim:sahih). Begitu juga ketika beliau memasuki Ka'bah beliau tidak memalingkan pandangannya dari tempat sujudnya hingga keluar dari Ka'bah". (Hakim: sahih).

Bagaimana dengan pendapat sebagian orang yang melakukan sholat dengan memejamkan mata dengan dalih itu bisa mengantarkan kepada kekhsyu'an. Sesungguhnya itu bertentangan dengan contoh yang diberikan Rasulullah s.a.w. Beliau diriwayatkan tidak pernah sholat dengan memejamkan mata. Namun demikian para ulama beda pendapat mengenai masalah itu. Imam Ahmad mengatakan memejamkah mata saat sholat hukumnya makruh karena itu kebiasaan orang Yahudi. Sebagian ulama mengatakan tidak makruh asalnya demi tujuan baik, misalnya kalau tidak memejamkan mata terganggu oleh obyek-obyek visual yang ada di depannya atau di sekitar tempat sholat, maka memejamkan mata pada kondisi seperti itu dianjurkan.

1. Sebagian ulama melihat bahwa meragamkan bacaan sholat dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an karena menciptakan suasana baru dalam melaksanakan sholat. Misalnya redaksi bacaan doa iftitah, ruku', sujud, I'tidal, duduk antara dua sujud dan tashahhud ada beberapa riwayat sahih yang berbeda-beda. Membacanya dengan redaksi yang berbeda-beda dapat mempersegar suasana sholat dan mengantarkan kepada kekhusyu'an. Begitu juga bacaan-bacaan surat setelah fatihah dapat dilakukan dengan variasi ayat yang berbeda-beda.

2. Disunnahkan membaca ta'awwudz (أغوذ بالله من الشيطان الرجيم) ketika merasakan ada gangguan konsentrasi dalam sholat. Konon ketika seorang hamba hendak melaksanakan sholat, syetan menurunkan pasukannya yang disebut Khanzab untuk mengganggu orang sholat. Abi 'Ash r.a. berkata kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah syetan telah mengganggu sholatnya dan membolak balikkan bacaannya, Rasulullah bersabda: Itu syetan bernama Khanzab kalau kamu merasakannya maka bacalah ta'wudz lalu tiuplah ke kiri tiga kali". Iapun melakukannya dan syetan tidak lagi mengganggunya. (Muslim).

Rasulullah juga mengingatkan: Kalau kalian sholat maka datanglah syetan mengganggu kalian, sehingga kalian lupa hitungan rakaatnya. Kalau kalian merasakannya maka sujudlah dua kali ketika ia duduk (Bukhari). Rasulullah juga mengingatkan bahwa Syetan datang kepada kalian ketika sholat lalu membuka tempat duduk kalian, lalu ia merekayasa agar dia ragu apa kentut apa tidak, kalau kalian merasakan itu janganlah membatalkan sholat hingga dengar suara atau mencium bau (Thabrani: sahih). Bahkan konon syetan juga menganggu orang yang sholat dengan isu-isu kebaikan seperti masalah dakwah, masalah sunnah, masalah keilmuan dan politik agar sholatnya tidak lagi terfokus.

3. Bacalah cerita orang solih terdahulu bagaimana mereka berkhusyu' dalam sholatnya. Ali r.a. ketika hendak sholat maka mukanya berubah, lalu ia ditanyai tentang itu, beliau menjawab: datang waktu ketika amanah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka menolak tapi aku kini membawanya. Konon mereka ketita sholat memerah wajahnya karena takut akan menghadap Allah. Salah seorang sahabat diceritakan terkena panah saat berperang, lalu ia minta agar dicabut saat ia sholat karena saat itu ia lupa semuanya dan hanya ingat Allah.

4. Berdoa dalam sholat, khususnya saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda:"Kondisi paling antara hamba dan Tuhannya adalah saat sujud, maka perbanyaklah doa" (Muslim).

5. Dzikir setelah sholat. Setelah melaksanakan sholatnya hendaknya seorang hamba melakukan dzikir selesai sholat untuk memperkuat dan menyempurnakan sholatnya. Tentu saja tidak hanya dzikir dalam lisan tapi juga diresapi makna dan kandungannya.


Adapun perkara-perkara yang mengganggu kekhusyu'an adalah sbb:

1. Membersihkan tempat sholat dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi seperti gambar-gambar dan ornamen yang menarik perhatian orang sholat. Aisyah r.a. pernah mempunyai kelambu di rumahnya berwarna-warni, lalu Rasulullah memintanya agar menyingkirkan itu karena itu mengganggu sholat beliau. (Bukhari). Maka hendaknya melakukan sholat di tempat yang jauh dari kebisingan dan banyak orang lalu lalang, tempat orang ngobrol, apalagi tempat hiburan dan bersenang-senang karena itu akan mengganggu kekhusyu'an sholat. Begitu juga agar lokasi sholat tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar para sahabat melakukan sholat dhuhur saat cuaca agak dingin.

2. Memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan menarik pandangan mushalli dan mengganggu konsentrasinya dalam sholat. Rasulullah pernah sholat dan terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-warni lalu beliau meminta untuk menyingkirkannya. (Bukhari dll.).

3. Hindari solat di waktu makan. Rasulullah s.a.w. bersabda"Tidak baik sholat di hadapan makanan" (Muslim). Riwayat lain mengatakan "Ketika maka malam sudah siap dan datang waktu sholat, maka dahulukan makan malam" (Bukhari).

4. Hindari menanah buang air besar, kecil dan angin. Rasulullah s.a.w. melarang sholat sambil menahan kencing (Ibnu Majah:sahih). Riwayat lain mengatakan bahwa Rasululllah s.a.w. bersabda kalau kalian akan sholat dan ingin ke wc maka pergilah ke wc dulu (Abu Dawud:sahih).

5. Hindari sholat dalam keadaan ngantuk berat. Rasulullah s.a.w. bersabda "Kalau kalian sholat dan ngantuk maka tidurlah hingga ia mengerti apa yang dikatakan" (Bukhari). Riwayat lain dengan tambahan: ditakutkan ketika kalian ngantuk dan melakukan sholat maka ia tidak sadar maunya meminta ampunan Allah tapi malah mengumpat dirinya. (Bukhari)

6. Hindari sholat di tempat yang kurang rata atau kuarng bersih karena itu akan menganggu konsentrasi saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda "Janganlah kau membersihkan tempat sujudmu (dari kerikil) saat sholat, kalau terpaksa melakukannya maka itu cukup sekali (Abu Dawud:sahih).

7. Jangan membaca terlalu keras sehingga mengganggu orang sholat di samping kita. Rasulullah s.a.w. bersabda "Ingatlah bahwa kalian semua menghadap Allah, janganlah saling mengganggu, jangan membaca lebih keras dari saudaranya dalam sholat" (Abu Dawud: sahih).

8. Jangan tengak-tengok saat sholat. Rasulullah s.a.w. mengingatkan bahwa tengak-tengok dalam sholat adalah gangguan syetan. (Bukhari). Dalam hadist lain dikatakan "Allah senantiasa melihat hambanya saat sholat selama ia tidak menengok, kalau menengok maka Allah meninggalkannya" (Abu Dawud: sahih).

9. Jangan melihat ke arah atas. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda "Ada orang-orang sholat sambil menghadap ke atas, mudah-mudahan matanya tidak kembali" (Ahmad:sahih).

10. menahan mulut ketika ingin menguap. Sabda Rasulullah s.a.w. Ketika kalian menguap saat sholat, maka tahanlah sekuatnya karena syetan akan masuk ke mulut kalian" (Muslim).

11. Jangan sholat seperti kebiasaan binatang. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. melarang sholat seperti patukan gagak, duduknya harimau dan menjalankan ibadah di tempat yang satu seperti onta (Ahmad: sahih).

Akhirnya, khusyu' ini berat tapi dapat kita jalankan melalui latihan dan membiasakan diri. Salah satu upaya agar kita dapat melakukan khusyu' dengan mudah adalah dengan memperbanyak doa:
اللَّهُمَّ طَهِّرْنِي بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَالْمَاءِ الْبَارِدِ ، اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا طَهَّرْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ ، وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ ذُنُوبِي كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَنَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ، وَدُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ ، وَعِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ هُؤُلاَءِ الأَرْبَعِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِيشَةً نَقِيَّةً وَمَيْتَةً سَوِيَّةً وَمَرَدًّا غَيْرَ مُخْزٍى.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Disusun Muhammad Niam
Dari berbagai sumber.

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/seputar-ramadhan/15-pengajian/1221-tip-tip-khusyu-dalam-sholat
READ MORE - tip-tip-khusyu-dalam-sholat

Belajaran membaca al-Qur'an ONLINE ...

http://www.belajarbaca-alquran.com/

adalah website pembelajaran membaca al-Qur'an ONLINE yang diperuntukkan terutama bagi pemula.

Beberapa kelebihan dari website ini, antara lain :

  1. Gratis

  2. Waktu pembelajaran relatif singkat

  3. Diberikan contoh aplikasi materi

  4. Dilengkapi dengan contoh pelafalan latin dan suara

  5. Fasilitas untuk menyembunyikan pelafalan latin

  6. Dilengkapi dengan materi tambahan (optional)

  7. Penerapan materi pada Surat-surat pendek

  8. Latihan pada setiap materi untuk mengukur kemampuan siswa



Catatan :

Diperlukan bandwidth yang cukup besar untuk dapat menggunakan aplikasi ini dengan baik karena terdapat banyak file gambar dan suara yang akan di-load bersamaan dengan halaman web.
Diperlukan speaker atau earphone untuk dapat mendengarkan contoh pelafalan.
Disarankan menggunakan Internet Explorer sebagai browser agar anda mendapatkan tampilan dan fungsi (css dan contoh pelafalan) yang standar.

READ MORE - Belajaran membaca al-Qur'an ONLINE ...

Perbedaan Penanggalan Hijiyah dan Masehi Dalam Al Qur'an

Alqur'an telah mengisyaratkan kepada kita tentang perbedaan antara penanggalan dengan hitungan matahari ( Syamsiyah atau tahun masehi ) dan penanggalan dengan hitungan bulan ( tahun Qomariyah atau tahun Hijriyah ).

Pada waktu Allah 'Azza Wajalla menyebutkan kisah “Ashabul Kahfi” dijelaskan bahwa mereka tidur di dalam sebuah gua di atas gunung bersama anjing mereka dalam waktu yang yang sangat lama.
Dalam kisah tersebut disebutkan lama waktu tidur mereka, dimana Allah Ta'ala menyebutkan bahwa mereka tidur selama 300 tahun ditambah 9 tahun.

Setelah diperhatikan ternyata Allah Ta'ala menyebutkan waktu tidur mereka dengan dua hitungan penanggalan :

1. Dengan penanggalan hitungan Syamsiyah ( hitungan matahari atau masehi )
2. Dengan penanggalan hitungan Qomariyah (Hijriyah )

Karena setiap 100 tahun Syamsiyah sama dengan 100 tahun qomariyah ditambah 3 tahun (= 103 tahun ). Maka setiap 300 tahun masehi, maka penanggalan qomariyah ditambah 9 tahun ( menjadi 109 tahun)

Allah Ta'ala berfirman :


وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلاَثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا


Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). ( al-Kahfi : 25)

Sedangkan orang arab dahulu hanya mengetahui penanggalan tahun qomariyah, karena mereka adalah orang – orang yang tidak bisa baca - tulis. Adapun penanggalan tahun syamsiyah tidaklah diketahui di kalangan mereka. Lebih – lebih membandingkan antara penanggalan tahun syamsiyah dengan penanggalan tahun qomariyah.


Isyarat yang teliti antara beda penanggalan matahari dengan bulan ini menunjukkan bahwa kitab ini datang dari Allah 'Azza Wajalla.

Imam Qurtubi rahimahullah berkata :
“An-Naqqosy menghikayatkan yang maknanya bahwa mereka ( Ashabul Kahfi ) tidur 300 tahun syamsiyah ( hitungan matahari ) dengan menghitung hari. Oleh karena yang diberi kabar di sini adalah Nabi yang berasal dari arab ( Nabi Muhammad ) maka disebutlah 9, karena yang difahami olehnya adalah tahun qomariyah ( hitungan bulan ). Tambahan sembilan ini adalah beda antara dua hitungan tahun. Al-Ghoznawi juga menyebutkan seperti itu, yaitu : beda antara tahun hitungan matahari dengan hitungan bulan, karena beda keduanya pada setiap 33 tahun dan sepertiga tahun adalah 1 tahun. Maka setiap 300 tahun beda 9 tahun” ( Tafsir Qurtubi 10/335 )

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“ Ini adalah kabar dari Allah Ta'ala untuk RasulNya tentang lama waktu tinggalnya Ashabul Kahfi di dalam gua, dari semenjak ditidurkan oleh Allah Ta'ala sampai dibangunkan lagi dan bertemu dengan orang – orang di zaman itu. Lama waktunya adalah 309 tahun dengan hitungan bulan, sama dengan 300 tahun dengan hitungan matahari. Karena beda antara tahun hitungan matahari dengan hitungan bulan pada setiap 100 tahun adalah 3 tahun. Oleh karena Allah menjelaskan : setelah 300 tahun ditambah sembilan”. ( Tafsir Ibnu Katsir : 3/109 )

Ibnu ‘Asyur berkata :
“Maknanya adalah bahwa tinggalnya mereka di dalam gua ditentukan sebanyak 309 tahun tahun. Diuraikan dengan jumlah ini, yaitu 300 tahun ditambah 9 adalah untuk diketahui bahwa penanggalan adalah dengan hitungan bulan dimana dia sesuai dengan penanggalan sejarah arab dan Islam. Dan juga sebagai isyarat bahwa jumlah itu sesuai kadarnya dengan tahun hitungan matahari yang dipakai oleh penduduk Romawi, dimana Ashabul Kahfi adalah dari Romawi.
As-Suhaili berkata : “Orang – orang Nashrani mengetahui kisah Ashabul Kahfi dan memberi penanggalan dengannya”
Ibnu ‘Asyur juga berkata :Saya katakan bahwa orang – orang yahudi yang mengajari orang Quraisy bertanya tentang Ashabul Kahfi (kepada Nabi), mereka menentukan penanggalan bulan dengan hitungan qomariyah (hitungan bulan) dan menentukan penanggalan tahun dengan hitungan siklus matahari. Selisih perbedaan jumlah hari dalam setahun antara tahun qomariyah dengan tahun syamsiyah, menghasilkan satu tahun penuh tahun qomariyah di setiap 33 tahun syamsiyah.Maka jadilah selisih antara keduanya pada setiap 100 tahun menjadi 3 tahun qomariyah. Itulah nukilan Ibnu ‘Athiyah dari An-Naqqosy, seorang ahli tafsir..” ( Attahrir wat Tanwir : 1/2535 )

( Diambil dari kitab Dalailul Islam oleh : Dr.Ahmad ibn Sa’ad al-Ghomidi )
READ MORE - Perbedaan Penanggalan Hijiyah dan Masehi Dalam Al Qur'an

Kita Semuanya adalah Bersaudara dan Sangat Kucintai...

Begitu banyak golongan maupun gerakan maupun kelompok kaum muslimin yang memiliki ciri berlainan antara satu sama lain, ada yang nyata-nyata mengaku dan menamakan diri sebagai kelompok atau madzhab tertentu, ada pula yang tidak mau disebut sebagai suatu kelompok namun memiliki cirri has tersendiri, yang membuatnya dijuluki dengan nama tertentu atau julukan sesuai dengan cirinya tersebut.

Pertama yang kita yakini bersama adalah Islam sebagai agama yang benar dan telah sempurna, Muhammad SAW adalah sumber kudwah hasanah, kemudian Ahlussunnah yang mengakui kemulyaan salafussholih, sementara Syi'ah yang mengingkari sebagian sahabat, dan Islam Liberal yang memahami Al-qur'an dan assunnah disesuaikan dengan zaman dan akal, kemudian pecahan dari Ahlussunnah wal jama'ah adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh ahmad Dahlan, kemudian Nahdatul Ulama yang didirikan Hasyim asy-'ari keduanya adalah hanya organisasi pergerakan.

Kemudian disusul dengan PKS yang merupakan partai islam disamping PKB, PAN PBNU dan lain sebagainya, namun partai-partai ini mewakili organisasi islam, seperti PKS adalah didominasi oleh Ihwanul Muslimin, PKB didominasi oleh warga NU awalnya, PAN identik dengan warga Muhammadiyah dll. Demikianlah sekilas cabang islam yang kita ketahui bersama.

Adapun terdapat organisasi baru yang menamakan sebagai Hidayatullah, Wahdatul Islamiyah, Darus Hadits, LDII, HTI lemkari disusul Salafy (yang juga disebut Wahabi), dan masih banyak lagi gerakan da'wah yang mengaku paling sesuai dg al-qur'an dan hadits. Empat madzhab besar pemikiran dalam islam yg juga sebagai ciri da'wah adalah Hanafi, Maliki, Syafi'ie dan Hambali,lalu dari kalangan tasaawuf dengan berbagai thoriqohnya juga merupakan cirri has golongan tertentu.

Masing-masing dari organisasi islam tersebut adalah mengaku yang paling sesuai dg al-qur'an dan assunnah, sesuai yang dibawa oleh Rasulullah SAW, namun hanya bukti yang bisa menjadi acuan kebenarannya, akan tetapi semuanya pun mengeluarkan bukti yang "benar" menunjukkan bahwa mereka adalah ahlussunnah, sesuai ajaran Rasulullah dan faham (manhaj) salafussholih, tentunya
jika dilihat dari tubuh organisasi itu sendiri, dan sebaliknya mereka menganggap yang lain adalah kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai ajaran islam yg murni, bahkan yang lebih parah adalah menganggap kafir dan sesat diluar golongannya.

Baiklah dalam artikel ini, penulis tidak mewakili organisasi apa dan memposisikan dimana, namun penulis hanya mengajak agar kiranya kita renungkan fenomena ini semua, tidak ada yang bisa menjamin kebenaran sejati kecuali Allah, diposisi manapun kita (anda atau saya) berdiri dan kecenderungan dalam
berkelompok, namun satu hal yang perlu kita sepakati adalah Islam agama kita, Muhammad SAW adalah Nabi kita, Salafussholih adalah Manhaj kita, selagi golongan manapun dalam islam yang memiliki prinsip yg sama dan mampu membuktikannya, maka tidak ada alasan kita menganggapnya sesat kecuali hanya
karna tidak sama dg kita, dan alasan ini adalah berbahaya karna akan membawa pd permusuhan dan perpecahan, boleh jadi dia lebih selamat dari kita.

Digolongan manapun kita berada, cukuplah kita membuktikan bahwa yang kita lakukan adalah berdasar Qur'an dan Hadits serta pemahaman salafussholih, tak perlu pula kita membuktikan golongan diluar kita sesat dan tidak sesuai Qur'an dan hadits serta salafussholih kecuali kita menjawab pertanyaan atas alasan kita mengikuti sebuah pendapat yg kita anggap benar, karna dalam agama juga terdapat yang disebut Ijtihad, sebaiknya kita menghargai ijtihad orang lain, sebagaimana perkataan para mujtahid "Mungkin pendapat saya benar tapi mengandung kesalahan, dan mungkin pendapat orang lain salah namun mengandung kebenaran".

Mari kita menjaga lisan kita dari menganggap bid'ah, sesat, kafir, syirik, zindik dan lain sebagainya, walaupun nyata-nyata sesat menurut pandangan kita, namun jika masih bersyahadat yang sama dan tidak mencela sahabat Rasul, maka mereka adalah saudara kita yg mungkin mereka lebih benar
dari pada kita yg menuduh. Berhati-hati menghukumi orang yg bersyahadat adalah salah satu cirri ajaran yang benar, cirri ahlussunnah wal jama'ah. Dan bahkan pemeluk agama islam yg meyakini syahadatnya merupakan orang yg selamat walaupun bergolongan apapun dia berada, sungguh Allah maha tahu bagi siapa saja hambaNYA yg ingin benar-benar meniti jalan yang lurus dg penuh rasa khasyiah (takut pd Allah). Jikalau hamba tersebut masih dlm perjalanan mencari kebenaran, Allah Maha Mengampuni asalkan syahadatnya telah syahadat Islam. Ihdina as-shirathal Mustaqim. Anda semua para pengucap syahadat adalah Saudaraku.


Wallahu a'lamu bishowab.
READ MORE - Kita Semuanya adalah Bersaudara dan Sangat Kucintai...

Suami Yang Selalu Mencintai Istri......

Suami kepada istri di awal pernikahan demikian mesra bergaul. Kata-katanya pun diatur sedemikian rupa agar tidak menyinggung perasaan sang primadona. Setiap benda atau simbol maknawi dikomunikasikan dengan BAHASA LUBUK HATI. Rasa kasih namanya.

Begitu pula sang istri menanggapi tutur dan sikap kasih suami dengan penuh sentimentil. Yang berbicara bukan lagi logika tapi LUBUK KALBU. Oh, betapa indahnya hidup ini.

Inilah gambaran hidup sang pengantin baru. Mungkinkah KASIH SAYANG TERTAMBAT ABADI DALAM LUBUK HATI YANG DALAM?

Bagi pasangan muslim, GAMBARAN CINTA MESRA ADALAH SUATU YANG SAKRAL. Ia perlu dipertahankan, menutupi ketidaksukaan suami kepada kelemahan istri menjadi suatu kewajiban nilai. Bukan sekedar ungkapan di bibir. "Dia tidak pernah mencela suatu makanan, jika dia suka ia makan, dan jika dia benci dia meninggalkannya" (HR Bukhari Muslim)

Kisah Aisyah dengan Rasulullah menjadi buah ibroh (pelajaran) teladan. Betapa Rasulullah menjaga cinta kasih dengan Aisyah selama mata belum berkatup. Ketika kaum Habsyi bermain tombak di masjid, Rasulullah bersikap aduhai mesra. Beliau mendedahkan kain sebagai hijab berlobang, agar Aisyah bisa menonton pertunjukan heroik tersebut. Aisyah melihat pertunjukan dari balik leher/tengkuk, agar sesekali bisa bersentuhan dengan dada Rasulullah.

Kisah lain, betapa Rasulullah bermain mesra. Lomba berlari. Sesekali Rasulullah berlari dengan lambat tapi pasti mengalahkan Aisyah. Sesekali beliaupun mengalah demi suka ria Aisyah, demi membahagiakan istri.

Inilah gambaran HIDUP IDEAL DAN NYATA. Rasulullah melaksanakannya dengan istri-istrinya. Kadang Aisyah pun iri pada sikap Rasul yang membanggakan Khadijah. Istri pertama beliau ini memberi kehangatan hidup, membela lahir dan batin, dikala rumah tangga jihad bergelombang. Khadijah lebih banyak mendapat duka dalam liku-liku pembentukan Qo'idah Ash-Sholbah.

SUAMI QONA'AH (SEDERHANA)
"Tidak ada pada kami kecuali cuka, lalu Rasul minta cuka itu sebagai lauk. Lalu makanlah beliau berlaukkan cuka", demikian tutur salah seorang istri Rasul. (HR Muslim)

Rasul selalu qona'ah (tidak neko-neko). Barangkali inilah salah satu kebanggaan para istri Rasul akan kepribadian beliau. Selain, beliau tampan, hangat, juga menyejukkan.

Tidak ada hati para istri yang gundah gulana disebabkan tindakan Rasul. Paling-paling sikap cemburu para istri terutama Aisyah bila ada wanita yang datang kepada beliau. "Jangan-jangan wanita ini menyerahkan diri untuk diperistri," inilah ungkapan kekhawatiran Aisyah. "Tidakkah aku menarik perhatian beliau ?", Aisyah berkontemplasi.

Bukan bersoalan itu yang berlaku pada Rasul. Beliau MENIKAHI BANYAK WANITA BUKAN DEMI NAFSU DUNIAWI, AKAN TETAPI DEMI DAKWAH, JIHAD DAN KELANJUTAN ISLAM.

Memang Aisyah pencemburu berat. Sulit diukur dengan neraca berapa berat tingkat cemburunya. Tetapi lebih cemburu lagi Rasulullah. Inilah ciri cinta yang masih melekat dalam dua pribadi sejarah. CEMBURU BUKAN HAL NEGATIF, TAPI SEBAGAI SUATU YANG INHEREN DALAM CINTA YANG FURQONI. Suami yang mempunyai rasa cinta kepada istrinya, tidak akan rela melihat istrinya diboyong atau digandeng oleh laki-laki lain. Jika sang istri ternyata dengan ?suka rela" mau diperlakukan seperti itu oleh laki-laki lain, maka sang suami akan berkata, "Saya harus menceraikannya". Inilah cemburu yang hak (yang benar)

Kadang suami harus pergi jauh, lama tidak kembali, baik untuk mencari nafkah, menuntut ilmu atau menyeru kepada Islam. Dalam kisah kasih suami istri Islami, istri akan mentsiqahi (percaya) pada amal suaminya. "Suamiku tidak akan menyeleweng dari Islam", hati kecil istri bicara. Istri pun di rumah menjaga kesucian dirinya. Ia tak akan menerima tamu di luar muhrim selama kepergian suami. Ia senantiasa menjaga anak-anak dan mendidiknya dengan pendidikan Islam serta menjaga segala harta dan wasiat suami. "Suamiku pasti kembali", suara hati sang istri penuh yakin. "Kalau pun ia tidak kembali ke pangkuan, pasti dia kembali kepada-Nya". Sang istri yakin betul akan takdir Allah. Ia selalu berprasangka baik kepada Allah dalam setiap keputusan-Nya yang hadir.

BERLAPANG DADA
Sebagai manusia, kadang-kadang seorang istri hanyut dalam arus kemarahan. Ia membuat sesuatu yang ganjil. Dengan sebab tertentu ia merubah sikap terhadap suaminya. Suami merasakan kemarahan tersebut. Lalu, suami menerima dengan lapang dada. Ia bersabar dan bersikap mulia. PANDANGAN YANG DALAM AKAN HAKEKAT KEJADIAN WANITA MEMBUAT SUAMI BERTOLERANSI TERHADAP ISTRI, bahwa wanita itu dijadikan dari tulang rusuk yang bengkok. Jika sang suami memaksa untuk meluruskannya, maka ia akan patah. Namun jika dibiarkan, maka ia juga akan tetap bengkok.

Sebagaimana Rasulullah pernah menunjukkan sikap beliau ketika Hafsah istri beliu berpaling semalaman dari beliau. Umar memarahi Hafsah dengan keras, karena menganggap anaknya (Hafsah) berani berpaling dari Rasulullah. Umpatan Umar tersebut disampaikan kepada Rasulullah. Tapi, Rasulullah menanggapinya dengan senyum simpul.

SUAMI TIDAK LAYAK MENAMPILKAN SOSOK DOMINASI, tidak mau kalah dalam segala hal, kecuali hal-hal yang prinsip. Untuk hal-hal tertentu suami mau menerima keluhan rasa kesal istri. Suami menanggapinya dengan hati yang sejuk menantramkan, bukannya malah ikut-ikutan marah.

Suatu ketika, para istri shahabat mengelilingi Rasulullah, mengadukan persoalan pribadi. Pasalnya suami-suami mereka terlalu kasar (HR Abu Daud, Nasa'i dan Ibnu Majah) padahal dalam firman Allah :

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah). Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS 4:19)

Dalil ayat ini menyuruh PARA SUAMI UNTUK MAMPU BERLAPANG DADA, MENERIMA FITRAH MANUSIAWI WANITA. Rasulullah pernah bersabda :

"Berwasiatlah kamu dengan cara yang baik kepada wanita sebab mereka dijadikan dari ulang rusuk yang bengkok. Dan sesungguhnya bagian yang paling bengkok di dalam tulang rusuk itu ialah bagian paling atas. Jika anda hendak meluruskannya secara keras dan paksa niscaya engkau akan patahkan dia dan jika anda membiarkan dia demikan ia akan senantiasa bengkok. Maka berwasiatlah kamu dengan baik kepada wanita". (HR Bukhari Muslim)

Suami yang berlapang dada, sabar atau menerima beberapa kelemahan sifat manusiawi wanita akan menjadi simbol kejayaan. Ia bisa adaptif dengan berbagai kronik kehidupan keluarga. Ia tahu bagaimana mengatasi dan mengelula konflik internal dan friksi hubungan sosial dengan istrinya. Ia tahu pula bagaimana cara menyelami lubuk jiwa istrinya dengan bijak, lembut, cerdik.

Kebahagiaan istri secara psikologi dalam keluarga adalah mendapatkan "rewards" positif untuk hal-hal yang positif, dan bila SUAMI BERSIKAP KONSISTEN ANTARA UCAPAN DAN TINDAKANNYA.

PEMIMPIN YANG BAIK
"Kaum lelaki adalah pemimpin (qowwam) bagi wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka". (QS 4:34)

KECERDIKAN DAN SIKAP MENERIMA KEKURANGAN ISTRI, AKAN MENINGKATKAN PAMOR SUAMI DI HADAPAN ISTRI. Dalam memperbaiki kekurangan itu ia berusalah dengan cara LEMAH LEMBUT. Kebencian atau yang menyakitkan istri akan timbul, bila istri dimarahi di khalayak ramai.

Pemimpin yang baik (suami) dalam keluarga adalah KETELADANAN DAN TANGGUNG JAWAB YANG PENUH AKAN AMANAH YANG DIBERIKAN KEPADANYA.

"Kamu semua adalah pemimpin dan semua pemimpin bertanggung jawab atas semua kepemimpinannya. Dan setiap penanggung jawah adalah pemimpin, dan lelaki adalah pemimpin atas kapasitas keahliannya, dan wanita adalah penjaga suami dan anak-anaknya, maka semua kamu adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas rakyatnya". (HR Bukhari Muslim)

Jadi ISLAM MENUNTUT KAUM LAKI-LAKI, AGAR BERGAUL IHSAN (BAIK) DENGAN ISTRI, SEBALIKNYA ISLAM JUGA MENYURUH ISTRI AGAR PATUH DAN TAAT SETIA KEPADA SUAMINYA DALAM BATAS-BATAS HALAL. Dengan demikian kisah kasih cinta suami istri senantiasa dalam batas rahmat. Insya Allah akan tetap langgeng. Amin.

Sumber : www.dudung.net


Bukan Sembarang Istri

Karya : Meti Herawati

Ketika kita sudah berikrar menjadi sepasang suami istri berarti kita pun siap hidup bersama dalam suka dan duka, mendampingi suami hingga akhir hayat. Komitmen seperti itu bukanlah hal sulit bagi sebagian perempuan, apa sih susahnya hidup bersama dengan orang yang dicintai. Tapi jangan salah ada sebagian perempuan yang menghadapi dilema untuk mewujudkan komitmennya yang satu ini.

Terutama bagi para perempuan yang punya karier di luar rumah, ketika suatu saat suaminya pindah tugas ke luar kota atau harus melanjutkan study ke luar negeri. Mereka dihadapkan pada pilihan berat ikut suami atau tetap tinggal dengan pekerjaannya. Melepas suami seorang diri jauh-jauh dari keluarga bukanlah kondisi yang menenangkan, dan sebaliknya melepas pekerjaan begitu saja, padahal sudah diraih dengan susah payah adalah hal yang sangat berat.

Begitulah hidup penuh dengan pilihan. Setiap pilihan yang kita ambil menghadirkan konsekwensi yang harus kita hadapi. Hanya orang-orang bijak yang menentukan pilihan yang arif dan maslahat bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang disekitarnya. Dan saya bertemu dengan orang-orang bijak ini ketika merantau bersama suami ke negeri jiran. Saya banyak bertemu dengan para istri yang setia mendampingi suaminya belajar. Tidak sedikit diantara para istri ini yang rela meninggalkan pekerjaannya di tanah air.

Yang membuat saya kagum pekerjaanya bukanlah pekerjaan yang mudah diraih. Ada yang bekerja sebagai dokter umum di RS swasta yang cukup terkenal di Jakarta, ada juga yang bekerja sebagai sekretaris perusahaan besar, ada juga yang berprofesi sebagai dosen bahkan ada manager di perusahaan besar. Subhanallah, sungguh pengorbanan yang luar biasa dalam pandangan saya.

Saya yakin para istri ini memilih meninggalkan pekerjaan bukanlah hal yang mudah, apalagi disini mereka harus kehilangan penghasilan dan rutinitas yang sudah bertahun-tahun dijalani. Tapi mereka sudah menentukan pilihan yang suatu hari nanti akan menghasilkan buah yang tidak ternilai. Mungkin sekarang para istri ini kehilangan penghasilan dan status sebagai wanita karier, tapi kebersamaan dengan keluarga, suami dan anak-anak tidak bisa diukur oleh materi. Mereka sedang memberikan pupuk kehidupan yang sehat untuk buah hatinya, sebagai bekal untuk mengarungi samudra kehidupan.

Pengorbanan para istri ini tidak berhenti sampai disitu, di medan perjuangan ini mereka dihadapkan pada kondisi yang sulit. Biaya hidup sangat tinggi sedangkan beasiswa yang diterima sangat kecil. Bahkan ada yang mengalami beasiswanya habis, Inalillahi. Dalam kondisi seperti inilah para istri tangguh ini tampil. Ada yang mengambil pekerjaan sebagai pengasuh anak, membantu pekerjaan rumah (alias pembantu sambilan), membuat kue untuk dijual di kantin-kantin, berjualan pakaian, penjaga kedai (walaupun harus siap ditangkap).

Pekerjaan kecil inilah yang menopang ekonomi keluarga hingga anak-anak bisa terus sekolah, dapur tetap ngebul dan suami bisa menyelesaikan studinya. Sungguh pengorbanan yang luar biasa bukan, sehingga layak menyandang gelar 'Bukan sembarang istri'. Tidak semua perempuan mampu mengambil langkah seperti mereka, banyak para istri yang lebih memilih karier sendiri dibanding harus mendampingi suaminya.

Sungguh beruntung suaminya bisa bersanding dengan istri seperti ini. Mau berkorban apa saja untuk kesuksesan suaminya, semoga suami senantiasa mengingat pengorbanan istrinya. Bahwa dalam kesuksesan yang diraihnya ada tetes peluh dan senandung doa istrinya. Dan hanya Allah saja yang bisa membalas kebaikan para istri ini, Semoga Allah memudahkan urusan kita di dunia dan di akherat, Amin....
READ MORE - Suami Yang Selalu Mencintai Istri......

Sekilas tentang Penyair Gila Arsyad Indradi dan Secuil Sajak Religiusnya

Oleh : Mahmud Jauhari Ali

Penyair Gila

Arsyad Indradi

Penyair yang satu ini telah lama saya kenal dengan rambut panjangnya yang aduhai menawan hati. Bersama lima belas seniman Kalimantan Selatan lainnya pernah dipenjara kerena melawan pemerintah. Sejak tahun 1970-an awal hingga sekarang, penyair yang bernama lengkap Muhammad Arsyad Indradi ini masih setia dengan dunia kepenyairan lokal maupun nasional. Bahkan tak cuma itu, surat kabar Cina pun sempat memberitakannya di sana. Pemberitaan itu berkaitan dengan buku 142 Penyair Menuju Bulan yang dibuat dan diterbitkannya sendiri serta menyebarkannya di seluruh nusantara. Buku itu memuat puisi-puisi dari 142 penyair di Indonesia, termasuk sajak Sutardji Calzoum Bachri ada di dalamnya. Dan yang paling mencengankan adalah, biaya pembuatan hingga penyebaran buku itu berasal dari penjualan sebidang tanah kesayangannya. Karena itulah ia disebut sebagai penyair gila. Penyair yang benar-benar loyal pada dunia kepenyairan dan menempatkan puisi sebagai bentuk caranya mengagungkan Tuhan dan juga untuk kemanusiaan.

Tadi pagi saya temukan sebuah sajak miliknya yang menurut saya perlu ditanggapi dengan sebuah esai.

Narasi Ayat Batu

Kubelah ayatayat batumu di kulminasi bukit
Yang terhampar di sajadahku
Kujatuhkan di tebingtebing lautmu
Cuma gemuruh ombak dalam takbirku

Angin mana di gurungurunmu beribu kafilah
Dan beribu unta yang tersesat di tepitepi hutanmu
Dan bersafsaf di oasis bumimu yang letih

Kuseru namamu tak hentihenti
Di ruasruas jari tanganku
Yang gemetar dan berdarah
Tumpahlah semesta langit
Di mata anak Adam yang sujud di kakimu

Ayat Batu. Ayat? Batu? Menjadi sebuah frasa? Jika kita cari di saentero ini sungguh tak pernah ada frasa itu. Kata “ayat” kita kenal sebagai firman Illahi berupa kata-kata yang menjadi pedoman bagi manusia yang bertuhan. Sedangkan “batu” termasuk benda padat yang keras. Lalu apakah ini simbol dari ayat yang sukar dicerna (mutasyabihat) ataukah ayat yang sukar diamalkan karena jiwa belumlah bersih? Bisa juga itu menyimbolkan ayat-ayat Tuhan yang hebat. Tapi, yang terakhir tadi sulit diterima akal karena kata “batu” tak cukup untuk menjadi simbol kemahadahsyatan ayat-ayat Tuhan yang tak serupa dengan hanya puisi buatan manusia.

Namun setelah membaca bagian pembukanya, “Kubelah ayatayat batumu di kulminasi bukit”, jelas bahwa Ayat Batu itu merupakan ayat-ayat Allah yang sulit diamalkan manusia yang mengaku muslim. Yang juga menadakan bahwa ayat-ayat Allah hanya dapat diamalkan di puncak pengetahuan dan iman yang tinggi/naik. Kita tidak dapat mengamalkannya jika kita tak mengetahui maksud dari ayat-ayat Allah itu. Kita juga tak bisa menjalankan ayat-ayat Allah jika iman kita turun karena godaan yang begitu hebat menerpa kita. Puncak di sini adalah tingkatan iman dan pemahaman ayat-ayat Allah pada diri kita. Tanpa iman kita tak akan pernah meyakini kebenaraan nash Alquran. Dan jika kita hanya bertaklid buta tanpa ilmu atas isi Alquran itu sendiri, kita tak maksimal beribadah (ikut-ikutan). Inilah menurut saya maksud ayat batu yang dibelah di puncak bukit. jadi, ada dua hal yang menjadi fokusnya, yakni mengetahui (mengerti/memiliki ilmunya) dan menjalankan ayat-ayat Allah.

Dan dalam larik itu tidak hanya puncak sebenarnya, tapi titik puncak/tingkatan tertinggi. Karena itulah Arsyad Indradi menyebutnya dengan kulminasi. Lalu ayat-ayat yang manakah itu? Mari kita amati larik selanjutnya. “Yang terhampar di sajadahku” Apakah yang dimaksudkan itu? Jawabnya adalah sholat. Dalam hal ini ayat-ayat itu ialah ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan perintah sholat. Sangat banyak ayat-ayat dalam Alquran yang berisi perintah sholat. Termasuk juga ayat yang menerangkan faedah sholat seperti “Qod aflahalmu’minunalladzina hum fi sholatihim” (Almu’minun: 1—2). Yang artinya sungguh beruntunglah orang-orang yang mereka khusyuk dalam sholatnya.

Dalam sajak ini Arsyad Indradi menyadari betul sholat itu sebagai bentuk ibadah yang harus dijalankan dengan iman dan ilmu itu yang melahirkan keikhlasan. Keikhlasan itu yakni penyerahan diri di laut (keluasan kekuasaan Allah), lihat larik ketiga pada bait pertama itu. Sehingga, hanya Dia yang ada dalam setiap napas tatkala menyebut Allahu Akbar. Maha Besar Allah itu yang luasnya melingkupi seluruh alam.

Angin mana di gurungurunmu beribu kafilah
Dan beribu unta yang tersesat di tepitepi hutanmu
Dan bersafsaf di oasis bumimu yang letih

Angin di sini bisa berupa cobaan dan godaan yang menerpa manusia-manusia sebagai kafilah di muka bumi ini. Hingga sebagian dari kita tersesat karena hati kita yang disimbolkan dengan “unta” telah ditiupi cobaan itu. Ada yang menarik di sini. Mengapa Arsyad Indradi tidak memakai kata “kuda” dan malah memakai kata “unta” sebagai simbol hati kita? Padahal kita sering mendengar bahwa penunggang kuda itu adalah pikiran/akal dan kuda itu sendiri adalah hati. Jika akal mampu mengendalikan hati, maka tak akan tersesatlah kita. Nah, di sini kok “unta”? Menurut saya ini untuk lebih mendekatkan puisi ini ke hal yang Islami. Karena unta dan Islam sama-sama akrab dengan tanah Arab. Tanah yang kita ketahui sebagai tanah turunnya Islam. Sebagian hati umat manusia memang telah tersesat atas pemikiran-pemikiran yang lemah (tergelincir) dan itu disebabkan oleh adanya cobaan dan godaan. Banyak di antara kita yang tergelincir di dunia ini, semisal sholat dengan berbahasa Indonesia. Sedangkan rasul saja memerintahkan kita untuk sholat seperti sholatnya beliau. “Shollu ra’aitumunni usholi” (Sholatlah seperti sholatku).

Kuseru namamu tak hentihenti
Di ruasruas jari tanganku
Yang gemetar dan berdarah
Tumpahlah semesta langit
Di mata anak Adam yang sujud di kakimu

Dalam sholat itulah kita benar-benar ingat dan tunduk kepada-Nya. Betapa syahdunya hati menyeru nama Allah dalam doa yang benar-benar khidmat. Terutama dalam sujud kita. Subhanallah sajak ini indah sekali.

Sajak di atas merupakan salah satu saja dari sekian banyaknya sajak-sajak Arsyad Indradi yang merupakan sesepuh bagi sastrawan di Kalimantan Selatan.

Mahmud Jauhari Ali mengomentari catatan Anda “Puisi-Puisi Cinta Arsyad Indradi “Romansa Setangkai Bunga” : Antara Kapal Berlabuh :

“membaca judul sajak ini memeras otak saya untuk memahami maksudnya. antara kapal berlabuh, sebuah judul yang unik dan seakan memainkan arti. ada apa antara kapal berlabuh itu. lalu kapal berlabuh dengan benda semacam apa sehingga ada kata “antara” di sana? apakah itu dermaga? inilah salah satu pentas bahasa puisinya Arsyad Indradi yang mengejutkan.

jangan ada sangsi ketika puput penghabisan
pertanda senja akan membawa kita
ke ombak yang paling jauh
muara tak lagi perbatasan bertolaknya

penggelan itu menggabarkan sebuah kesiapan yang harus kita tancapkan dalam-dalam pada jiwa kala usia beranjak tua dan lebih tua lagi. dalam penggelan ini, Arsyad Indradi bermain-main dengan kata puput, senja, ombak, muara, dan juga perbatasan. kata-kata itu sebagian merupakan simbol atas ungkapan-ungkapan jiwanya. ada nuansa keenggenan di sana untuk menuju tua. yang jelas kita tahu semakin tua, maka semakin banyak pula tanggung jawab bagai ombak yang bergulung di laut lepas. mulai kewajiban memeras keringat, mendidik istri, mengurus dan membesarkan anak-anak, dsb. di sini kita benar-benar disuguhi simbol-simbol sebagai penguat sajak ini.

sebuah kapal yang sarat dengan riwayat
yang kita aksarakan pada sebuah perjalanan
dan burungburung laut melepaskan
kepaknya ke karangkarang ketika
kelam menyempurnakan malam
adalah masasilam yang kita sauhkan
pada alir usia kita

penggelan berikutnya ini menggambarkan perjalanan diri kita yang memiliki riwayat hidup. riwayat hidup itu tentunya di masa silam. masa depan adalah riwayat hidup untuk kehidupan yang lebih lanjut lagi. Arsyad Indradi begitu asyik menyelami kehidupan pada penggalan ini. kapal, perjalanan, burung-burung, malam menjadi penarik keindahan hingga melekat padanya.

…sebab
langit tak lagi dapat menyimpan
pandangan mata bila kita akan
menghitung nasib antara kapal
berlabuh dengan pelabuhan
di mana kita menambatkan keyakinan
maka layar telah kita kembangkan
sebab laut adalah sebuah jalan panjang
yang mesti kita tempuh
dan kita tak perlu lagi berpaling

dari judul di atas yang menimbulkan tanya. akhirnya kita temukan di sini jawabannya. bukan antara kapan dan kapal, tetapi antara kapal dan dermaga/pelabuhan. ini merupakan perjalanan hidup kita yang penuh rona ini.

Kertak Hanyar,4 Feb 2010


http://arsyadindradi.net/sekilas-tentang-penyair-gila-arsyad-indradi-dan-secuil-sajak-religiusnya/comment-page-1/#comment-3441
READ MORE - Sekilas tentang Penyair Gila Arsyad Indradi dan Secuil Sajak Religiusnya

Lakukanlah Puasa Sunnah Minimal Sebulan 3 Kali

rsz_masjid_6Usahakanlah setiap bulan sempat melakukan puasa sunnah minimal 3 kali. Semoga Allah mudahkan.

Dalil Anjuran

[Dalil pertama]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur.[1]

[Dalil Kedua]

Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah,

أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).”[2]

[Dalil Ketiga]

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.[3]

[Dalil Keempat]

Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).[4]

[Dalil Kelima]

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.[5]

Pelajaran Penting

  1. Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan, “Puasa tiga hari setiap bulannya boleh dilakukan pada sepuluh hari pertama, pertengahan bulan atau sepuluh hari terakhir dari bulan Hijriyah, atau pula pada setiap sepuluh hari tadi masing-masing satu hari. Puasa tersebut bisa pula dilakukan setiap pekan satu hari puasa. Ini semuanya boleh dan melakukan puasa tiga hari setiap bulannya ada keluasan melakukannya di hari mana saja. Oleh karena itu, ‘Aisyah mengatakan, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau di awal, pertengahan atau akhir bulan hijriyah)”.”[6]
  2. Hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid. Ada pula yang mengatakan bahwa ayyamul biid adalah hari ke-12, 13 dan 14. Namun pendapat pertama tadi lebih kuat.
  3. Hari ini disebut dengan ayyamul biid (biid = putih, ayyamul = hari) karena pada malam ke-13, 14, dan 15 malam itu bersinar putih dikarenakan bulan purnama yang muncul pada saat itu.

Faedah Puasa Tiga Hari Setiap Bulan

  1. Menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  2. Melakukan puasa tiga hari setiap bulannya seperti melakukan puasa sepanjang tahun karena pahala satu kebaikan adalah sepuluh kebaikan semisal. Berarti puasa tiga hari setiap bulan sama dengan puasa sebanyak tiga puluh hari setiap bulan. Jadi seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun.[7]
  3. Memberi istirahat pada anggota badan setiap bulannya.


Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

9 Rabi'ul Awwal 1431 H


[1] HR. Bukhari no. 1178.

[2] HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[3] HR. An Nasai no. 2345. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Ash Shohihah no. 580.

[4] HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[5] HR. Bukhari no. 1979.

[6] Syarh Riyadhus Sholihin, 3/470.

[7] Lihat penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin di Syarh Riyadhus Sholihin, 3/469.

READ MORE - Lakukanlah Puasa Sunnah Minimal Sebulan 3 Kali

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH FUTUR

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH FUTUR, TIDAK BOLEH PUTUS ASA DAN WASPADA TERHADAP BOSAN
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.

Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu :

1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.

2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.

3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [1]

Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.

Di antara sebab-sebab itu adalah :

1). Hilangnya keikhlasan.

2). Lemahnya ilmu syar’i.

3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.

4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.

5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.

6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.

7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.

8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).

9). Lemahnya iman.

10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).

11). Lemahnya pendidikan. [2]

Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.


Di antara obat penyakit futur adalah :

1). Memperbaharui keimanan.

Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.

2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.

3). Ikhlas dan takwa.

4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).

5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.

6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.

7). Mencari teman yang baik (shalih).

8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).

9). Sabar dan belajar untuk sabar.

10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [3]


PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN

Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang.

Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya,
“Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”

Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa.

Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.

‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan ?

Demikian pula dengan ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.”

Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.

Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,.... setahun, dua tahun, dan seterusnya...[4]

Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.


[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]

__________

Foote Notes

[1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).

[2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).

[3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.

[4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279
READ MORE - PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH FUTUR

PENUNTUT ILMU HARUS BERTAQWA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, MENGHORMATI GURU, TUNDUK KEPADA KEBENARAN

PENUNTUT ILMU HARUS BERTAQWA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, MENGHORMATI GURU, TUNDUK KEPADA KEBENARAN

Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Seorang penuntut ilmu harus bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana pun ia berada, juga harus senantiasa merasa diawasi oleh-Nya. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” [1]

Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, cukup, dan tersembunyi.” [2]


PENUNTUT ILMU WAJIB MENGHORMATI GURU DAN BERTERIMA KASIH KEPADANYA

Seorang penuntut ilmu wajib menghormati ustadz (guru)nya yang telah mengajarnya, wajib beradab dengan adab yang mulia, juga harus berterima kasih kepada guru yang telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepadanya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak termasuk golongan kami; orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama” [3]

Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullaah berkata, “Seorang penuntut ilmu harus memperbaiki adabnya terhadap gurunya, memuji Allah yang telah memudahkan baginya dengan memberikan kepadanya orang yang mengajarkannya dari kebodohannya, menghidupkannya dari kematian (hati)nya, membangunkannya dari tidurnya, serta mempergunakan setiap kesempatan untuk menimba ilmu darinya.

Hendaklah ia memperbanyak do’a bagi gurunya, baik ketika ada maupun ketika tidak ada.

Karena, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

“Barangsiapa telah berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikannya itu. Jika engkau tidak mendapati apa yang dapat membalas kebaikannya itu, maka berdo’alah untuknya hingga engkau menganggap bahwa engkau benar-benar telah membalas kebaikannya.” [4]

Adakah kebaikan yang lebih agung daripada kebaikan ilmu? Padahal, setiap kebaikan itu akan terputus kecuali kebaikan ilmu, nasihat dan bimbingan.

Setiap masalah yang dimanfaatkan oleh setiap manusia dan orang yang mengambil ilmu darinya, maka manfaatnya akan diperoleh oleh orang yang mengajarkannya dan juga penuntut ilmu dan orang lain. Sebab, hal itu adalah kebaikan yang senantiasa mengalir kepada pemiliknya.”

Syaikh as-Sa’di rahimahullaah melanjutkan, “Temanku telah mengabarkan kepadaku -ketika itu gurunya telah meninggal- ketika ia telah berfatwa dalam suatu masalah dalam ilmu faraaidh (ilmu waris) bahwa ia melihat gurunya dalam mimpi membaca di dalam kuburnya. Ia berkata, ‘Masalah si fulan yang engkau berfatwa mengenainya, pahalanya telah sampai kepadaku.’

Ini adalah perkara yang telah dikenal dalam syari’at,

“Barangsiapa membuat contoh yang baik, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari Kiamat.” [5]


TIDAK BOLEH MENYEMBUNYIKAN ILMU

Menyembunyikan ilmu adalah satu sifat tercela yang disandang oleh Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani), yaitu mereka menyembunyikan kebenaran risalah Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam di dalam Kitab suci keduanya: Taurat dan Injil.

Apabila seseorang mengetahui suatu ilmu, kemudian ada orang lain yang bertanya tentang ilmu tersebut maka ia harus menyampaikan ilmu tersebut kepadanya. Sebab apabila tidak dilakukan dan ia menyembunyikan ilmunya itu, ia terkena ancaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

“Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan di-belenggu pada hari Kiamat dengan tali kekang dari Neraka.” [6]
Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat.” [Al-Baqarah: 159]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu hendaklah memberikan ilmunya kepada penuntut ilmu selainnya dan tidak menyembunyikan suatu ilmu pun karena ada larangan keras dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan tersebut.” [7]

Selain itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan bagi orang yang menyembunyikan ilmu dalam sabda beliau.

“Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu kemudian tidak menceritakannya (tidak mendakwahkannya), seperti orang yang menyimpan perbendaharaan lalu tidak menginfakkannya.” [8]

Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang berkaitan tentang apa yang wajib diketahui oleh setiap Muslim dari urusan agamanya.

Selain itu, menyampaikan ilmu hanyalah kepada orang yang layak menerimanya. Adapun orang yang tidak layak menerima ilmu itu, maka boleh menyembunyikan ilmu darinya. Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Syakir rahimahullaah mengatakan, “Menyampaikan ilmu hukumnya wajib dan tidak boleh menyembunyikannya, namun mereka (para ulama) mengkhususkan hal itu bagi orang yang berkopetensi (layak) menerimanya.

Diperbolehkan menyembunyikan ilmu kepada orang yang belum siap menerimanya, demikian juga kepada orang yang terus-menerus melakukan kesalahan setelah diberikan cara yang benar.” [9]


PENUNTUT ILMU HARUS TUNDUK PADA KEBENARAN

Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu pernah berkata, “Allah Ta’ala adalah Hakim Yang Mahaadil dalam memberikan hukuman. Dia-lah Dzat yang Nama-Nya Mahatinggi. Dan orang-orang yang meragukan hal itu akan binasa.” [10]

‘Abdurrahman bin ‘Abdillah bin Mas’ud rahimahullaah berkata, “Ada seseorang yang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud seraya berkata, ‘Wahai Abu ‘Abdirrahman, beritahukan kepadaku kalimat yang simpel namun banyak mengandung manfaat!’ ‘Abdullah menjawab, ‘Jangan sekali-kali engkau menyekutukan Allah. Berjalanlah bersama Al-Qur-an kemana saja engkau pergi. Jika ada kebenaran yang datang kepadamu, janganlah segan-segan untuk menerimanya sekalipun kebenaran itu jauh letaknya dan tidak menyenangkan. Dan jika ada kebathilan yang datang kepadamu, tolaklah ia jauh-jauh sekalipun kebathilan itu sangat dekat letaknya dan sangat kausukai.’” [11]

Imam asy-Syafi’i rahimahullaah mengatakan, “Ketika aku meriwayatkan hadits shahih dari Rasulullah dan aku tidak menggunakannya, maka aku bersaksi pada kalian semua bahwa (sejak itulah) kewarasan akalku telah hilang.” [12]

Beliau juga berkata, “Apabila ada seseorang yang mengingkari dan menolak kebenaran berada di hadapanku, maka aku tidak akan menaruh hormat lagi kepadanya. Dan barangsiapa yang menerima kebenaran, maka aku pun akan menghormati dan tanpa ragu akan mencintainya.” [13]

Orang yang sombong adalah orang yang menolak kebenaran, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“...Yang dikatakan sombong adalah menolak kebenaran dan melecehkan manusia.” [14]


[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]

__________

Foote Notes

[1]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1987), Ahmad (V/153, 158, 177), dan ad-Darimi (II/323), dari Abu Dzarr radhiyal-laahu ‘anhu. Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi (no. 1987), Ahmad (V/236), dan ath-Thabrani dalam al-Ausath (no. 3791), dari Muadz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu.

[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2965) dan Ahmad (I/168), dari Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqas radhiyallaahu ‘anhu.

[3]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/323) dan al-Hakim. Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 5443).

[4] Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/98-99), Abu Dawud (no. 1672), an-Nasa-i (V/82), al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 216), Ibnu Hibban (no. 3400-at-Ta’liqaatul Hisaan), al-Hakim (I/412, II/13), dan ath-Thayalisi (no. 2007), dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 254).

[5]. Al-Mu’iin ‘ala Tash-hiih Adaab wa Akhlaaqil Muta’allimin (hal. 31-33).

[6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3658), at-Tirmidzi (no. 2649), dan Ibnu Majah (no. 266), ini lafazh Ibnu Majah, dari Shahabat Abu Hurairah. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (II/441), Shahih Sunan at-Tirmidzi (II/336, no. 2135), dan Shahih Sunan Ibni Majah (I/49, no. 213).

[7]. Lihat al-Baa’itsul Hatsiits (II/440).

[8]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath (no. 693), dari Shahabt Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 3479).

[9]. Lihat al-Baa’itsul Hatsiits (II/440).

[10]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (I/357).

[11]. Shifatush Shafwah (I/183), cet. II, Maktabah Nazar Musthafa al-Baaz, th. 1418 H.

[12]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (X/34).

[13]. Ibid (X/33).

[14]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 91 (147)) dan at-Tirmidzi (no. 1999).
READ MORE - PENUNTUT ILMU HARUS BERTAQWA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, MENGHORMATI GURU, TUNDUK KEPADA KEBENARAN

Kajian Ilmiah & Bedah Buku http://www.radiorodja.com/

23
FEB
2010

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

DKM Al Barkah dan Radio Rodja Insya Allah akan menyelenggarakan Kajian Ilmiah dan Bedah Buku yang akan dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Ahad, 28 Februari 2010 / 14 Robi’ul Awal 1431 H
Waktu /; 09.00 WIB – 15.00 WIB (Ashar)
Tempat : Masjid Al Barkah, Jl. Pahlawan Kp. Tengah, Cileungsi (Samping studio radio Rodja)
Pemateri/tema :
1. Al Ustadz Abu Yahya Badrussalam dengan tema “Sifat Sholat Nabi shollallahu ‘alaihi wa salam“
2. Al ustadz Abu Haidar As Sundawi dengan tema “Lika-liku Kehidupan Dalam Rumah Tangga”
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan hubungi studio Radio Rodja di (021) 8233661 pada hari kerja dan tidak pada jam Shalat

Untuk kepentingan bersama dan juga untuk kekhidmatan saat proses kajian diharapkan tidak membawa anak kecil yang bisa menganggu ketentraman bagi jamaah lain.

Kajian ini Insya Allah akan disiarkan langsung oleh Radio Rodja baik itu lewat Radio, Audio Streaming di http://live.radiorodja.com atau http://live.radiorodja.com:8000 dan juga melalui Uji Coba Siaran TV Streaming/Video Streaming di http://radiorodja756.com:8200/;stream.nsv

Jazaakumullahu Khairan

*sila perbanyak catatan ini -copas- lalu buat catatan yg sama di nota anda, lalu tag kpd kerabat dan sanak famili anda, semoga usaha anda sekalian di balas dengan jannah. amin.
http://photos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs450.snc3/25771_1140690017787_1843532990_286138_7409576_t.jpg
READ MORE - Kajian Ilmiah & Bedah Buku http://www.radiorodja.com/

kiat memberi nama kepada anak

Kiat singkat memberi nama pada Anak

Di dalam Islam, kita dianjurkan supaya memilih nama-nama yang baik untuk dinamakan kepada anak-anak kita. Ini kerana nama itu akanmenjadi pengenalan dan panggilan kepada anak kita seterusnya melambangkan dan membezakan antara kita dengan orang lain
lebih-lebih lagi antara Muslim dengan bukan Muslim. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud:

"Sesungguhnya kamu akan diseru pada hari qiamat dengan nama-nama kamu, dan
nama-nama bapa kamu, maka perindahkanlah nama-nama kamu itu."

(Riwayat Abu Daud)

Dalam menamakan anak ini Syariat islam telah menetapkan beberapa panduan untuk memilih nama anak sebagai berikut:
a. Hendaklah nama yang dipilih itu memberi pengertian dan maksud yang baik. Sehubungan dengan itu kita dilarang untuk menamakan anak-anak kita dengan nama yang buruk yang boleh menjejaskan kehormatan dan mungkin menjadi sendaan dan memalukan anak tersebut, seperti a'war (yang buta),
b. Jangan namakan anak dengan nama-nama yang khusus kepada nama Allah seperti Ahad, Ar-Rahman, AL-Khalid dan sebagainya. Sekiranya nama ini hendak diberikan kepada anak kita maka hendaklah disertai dengan nama lain di hadapannya seperti Abdul Rahman, Abdul Khalid dan sebagainya.
c. Jangan menggunakan nama yang dikaitkan dengan Abdul (hamba kepada lain dari Allah seperti Abdul Uzza (hamba berhala Uzza), Abdul Nabi (hamba kepada nabi), abdul muthollib dan sebagainya.Ulama bersepakat mengatakan bahawa menamakan sedemikian adalah haram.
d. Elakkan dari menamakan anak dengan nama-nama orang kafir atau nama-nama yang menyerupai nama bukan Islam seperti Jon, Sally, sebagainya.
Allohu a'lam



sebagian di sadur dari buku Nama-Nama Indah Dalam Islam
oleh
Ja'far Al-Matahari Bin Abdul Rahman
READ MORE - kiat memberi nama kepada anak

- DOA APABILA BERKUNJUNG KEPADA ORANG YANG SAKIT

9- DOA APABILA BERKUNJUNG KEPADA ORANG YANG SAKIT147- لاَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ.147. “Tidak mengapa semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih insya Allah.” (165)148- أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ. 148. “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung Tuhan yg menguasai arasy yang agung agar menyembuhkan penyakitmu” (166)(165) HR. Al-Bukhari dgn Fathul Bari 10/ 118. (166) “Tidaklah seorang hamba Muslim mengunjungi orang sakit yg belum datang ajalnya lalu membaca sebanyak tujuh kali: … … kecuali ia pasti disembuhkan HR. At-Tirmidzi Abu Dawud dan lihat Shahih At-Tirmidzi 2/210 dan Shahihul Jami’ 5/180.50- KEUTAMAAN BERKUNJUNG KEPADA ORANG SAKIT149- قَالَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ.149. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang laki-laki berkunjung kepada saudaranya yg muslim maka seakan-akan dia berjalan di kebun Surga hingga duduk. Apabila sudah duduk maka dituruni rahmat dgn deras. Apabila berkunjung di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya agar mendapat rahmat hingga sore. Apabila berkunjung di sore hari maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya agar diberi rahmat hingga pagi.” (167)(167) HR. At-Tirmidzi Ibnu Majah Ahmad dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/244 dan Shahih At-Tirmidzi 1/286. Ahmad Syakir menyatakan bahwa hadits tersebut adl shahih.51- DOA ORANG SAKIT YANG TIDAK ADA LAGI HARAPAN UNTUK HIDUP TERUS150- اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى.150. “Ya Allah ampunilah dosaku berilah rahmat kepadaku dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi.” (168)151. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam memasukkan kedua tangannya ke dalam air lalu diusapkan ke wajahnya dan beliau bersabda:151- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ لَسَكَرَاتٍ.“Tiada Tuhan yg berhak disembah selain Allah sesungguhnya mati itu mempunyai sekarat.” (169)152- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.152. “Tiada Tuhan yg berhak disembah selain Allah Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan yg berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa tidak ada Tuhan yg berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa tiada sekutu bagiNya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah bagiNya kerajaan dan bagiNya pujian. Tidak ada Tuhan yg berhak disembah kecuali Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.” (170)(168) HR. Al-Bukhari 7/10 Muslim 4/1893. (169) HR. Al-Bukhari 8/144 dgn Fathul Bari dalam hadits terdapat keterangan siwak. (170) HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Menurut penda-pat Al-Albani hadits tersebut adalah sahih. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/317. sumber : Kitab Hisnul Muslim - Kumpulan Doa dan Dzikir Dari Al Quran dan As Sunnah, Said bin Ali Al Qathani dalam ebook DzikirWirid.chm oleh akhukum fillah La Adri At Tilmidz
READ MORE - - DOA APABILA BERKUNJUNG KEPADA ORANG YANG SAKIT

Pentingnya Fokus dalam Hidupmu



Pentingnya Fokus dalam Hidupmu
Ditulis oleh Administrator
Monday, 01 February 2010

Toni namanya. Ia adalah anak desa. Tapi jangan tanya kecerdasannya. Ia termasuk salah seorang siswa yang keterima di sebuah SMA favorit. Di SMA itu pun ia bukan anak yang biasa-biasa saja. Ia tetap saja menjadi bintang kelas bahkan bintang sekolah. Nilai pelajaran eksakta-nya selalu top.
Ia juga bukan hanya yahud di atas kertas. Aktivitasnya pun oke punya. Ia pegang jabatan sebagai ketua kerohanian Islam di sekolahnya. Pelajaran oke, organisasi pun bagus.
Sewaktu naik ke kelas XII, Toni masih menampakkan kecemerlangannya. Ia tetap saja menjadi siswa yang berprestasi. Nilai ujian nasionalnya sangat huebat. Untuk mata pelajaran eksakta dan matematika, hanya nilai 10 dan 9 yang ia dapatkan.

Tapi Toni bikin kaget hampir seluruh sekolah. Guru-gurunya gusar. Toni kepingin banget kalau lulus SMA nanti mau melanjutkan ke pondok pesantren. Di sana ia mau belajar bahasa Arab. Trus, setelah itu ia mau menembus ujian masuk Universitas Islam Madinah.
Cita-citanya yang nggak serupa dengan kebanyakan temannya itu bikin tanda tanya banyak orang. Ia pun diinterogasi pihak sekolah dengan cita-citanya yang ‘aneh’ itu. Tapi Toni tak bergeming. Ia tetap berpegang teguh dengan apa yang menjadi tujuannya.
Selepas SMA, Toni bener-bener ke pondok pesantren untuk belajar bahasa Arab. Ia menyelesaikan hal itu dengan baik. Ia pun mendaftar ujian masuk Universitas Islam Madinah. Segala puji bagi Allah, ia keterima. Saat ini, Toni sedang menyelesaikan pendidikan strata duanya di universitas yang sama.

Ada kisah lain lagi. Hasan namanya. Ia juga merupakan anak yang cerdas. Hampir semua nilai pelajarannya selalu dapat nilai bagus; entah yang eksakta maupun non eksakta. Sewaktu SMP dan SMA, juara sekolah selalu dipegangnya.
Pada suatu waktu, karena kebijakan sistem pendidikan nasional, semua siswa SMA harus memilih antara jurusan eksakta, non eksakta, atau bahasa. Hasan termasuk siswa yang dihadapkan pada pilihan ini.
Berbekal nilai-nilainya yang sangat yahud, Hasan bisa saja memilih jurusan eksakta yang konon katanya sulit dengan mudah dan melenggang santai memasukinya. Tapi Hasan adalah Hasan. Ia memilih jurusan non eksakta. Guru-guru pun kebingungan dengan pilihan Hasan ini. Seperti Toni, Hasan pun dipanggil para guru gara-gara pilihannya ini. Intermezzo: aneh ya, siswa disuruh memilih. Setelah memilih malah ditanyain kenapa milih itu?
Hasan tetep kekeuh dengan pilihannya. Setelah lulus SMA pun, ia melanjutkan pendidikannya di jurusan non eksakta. Sekarang Hasan sudah mengajar sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi negeri ternama. Konon ia juga sedang menempuh pendidikan doktornya.
Ada juga kisah tentang Wawan. Ia juga merupakan siswa berprestasi. Sejak SD ia juga selalu menjadi bintang sekolah, begitu pun SMP dan SMA. Sewaktu lulus SMA, ia masuk di sebuah jurusan teknik universitas negeri ternama. Setelah setahun mencicipi bangku di kuliahnya tersebut, ternyata Wawan cabut diri. Ia mengikuti SPMB lagi dan keterima di sebuah jurusan favorit sebuah institut teknik ternama. Setahun kemudian, saya pun mendengar berita lagi: ia juga cabut dari institut itu dan mendaftar SPMB lagi. Beberapa saat kemudian saya sudah tidak mendengar cerita tentang dirinya lagi. Hanya Allah yang tahu di mana akhirnya Wawan melanjutkan menuntut ilmu.

www.majalahelfata.com
READ MORE - Pentingnya Fokus dalam Hidupmu

"Pesankan Saya tempat Di Neraka"

ORANG-ORANG Mesir sangat gandrung sama al-Quran. Kemanapun mereka pergi, mereka tidak lupa untuk membawa mushaf. Tidak heran bila hampir semua orang (apapun tugas, karir dan jabatannya) terlihat membaca Quran di sela-sela waktu senggang atau ba'da shalat. Begitu juga pemilik toko, penjaganya, para karyawan, satpam, sopir taksi, bos-bos kantoran, selalu terlihat membaca al-Quran. Kalau tidak dibaca, Al-Quran mereka letakkan dengan rapih di atas mejanya, atau ditenteng dan disimpan dalam tas jika bepergian.

Ayat al-Quran juga sering diperdengarkan dari rumah-rumah sederhana hingga hotel berbintang lima, dari warung-warung kecil hingga shopping center mewah, dari sarana transportasi butut hingga pesawat terbang.

Nyaris di semua tempat selalu ada yang membaca al-Quran. Begitupun di dalam taksi, mikrolet, bus kota, kereta api, tram kota, senantiasa para pemuda, bapak-bapk dan kaum hawa senantiasa khusyu membaca Quran sambil mengusir suara bising obrolan dan deru knalpot.

Secara umum, ayat-ayat al-Quran yang "distel" di dalam kendaraan sangat bempengaruhi "karakteristik" pendengarnya. Normalnya, para penumpang malu untuk berbuat hal-hal yang tidak senonoh.

Kendati begitu, tetap saja ada saja pemandangan yang di luar dugaan. Misalnya, gara-gara ada copet akhirnya copot seluruh isi dompet. Atau ada saja yang berbuat ricuh di dalam bus lantaran rebutan tempat duduk, tak setuju tarif, perempuan disenggol laki-laki nakal, dsb. Sementara pembaca al-Quran tetap anteng dan adem ayem.

Pemandangan lain (yang di luar dugaan) juga terjadi di musim panas tahun 2002, dalam perjalanan menuju Alexandria , kota pantai yang bersejarah itu. Ada seorang gadis yang berpakaian sangat minim, bahkan tipis dan tembus pandang. Semula dia tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri, dan "terlihat" oleh semua penumpang (jangan lupa lho, gadis-gadis Mesir kebanyakan montok-montok atawa 'berisi'). Kebetulan Seorang syekh mencoba mengingatkan, tapi tidak digubris. Selengkapnya ditulis oleh kolumnis majalah Almannar (bukan Almannar yang dulu dikelola syekh Muhammad Rasyid Ridho yang kemudian menulis tafsir Almannar itu, melainkan Almannar Aljadid/neo-Almannar) berikut ini:

***

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab memang memiliki multifungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.

Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.

Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!

"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!"

Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.

Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.

Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria . Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.

"Bangunkan saja!" kata seorang penumpang.
"Iya, bangunkan saja!" teriak yang lainnya.

Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.

Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.
Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat.

Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar...
mumpung kesempatan itu masih ada!

Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallahu a'lam.




Ditulis dalam majalah Almannar (bukan Almannar yang dulu dikelola syekh Muhammad Rasyid Ridho yang kemudian menulis tafsir Almannar itu, melainkan Almannar Aljadid/neo-Almannar),
READ MORE - "Pesankan Saya tempat Di Neraka"