Rabu, 24 Februari 2010

Apakah Anda Ingin Menjadi Istri Yang Selalu Dicintai Suami...???

Kebanyakan istri beranggapan bahwa mereka berhak atas cinta suaminya, anggapan ini tidak sepenuhnya salah, karena memang salah satu pilar tegaknya sebuah rumah tangga bahagia adalah adanya mawaddah (cinta) antara suami istri. Tetapi, patut direnungkan, bahwa cinta tidak datang dengan sendirinya, dan ketika ia hadir tidak ada yang bisa menjamin ia akan menetap selamanya. Ini artinya adalah bahwa cinta memerlukan usaha! Jika ingin suami selalu mencintai anda, maka sebaiknya anda jangan hanya berkata "Loh! Dia kan suami saya, otomatis dia mencintai saya dong! Kalau tidak ngapain dia memilih saya menjadi istrinya."

Bahwa suami mencintai anda karena anda adalah istrinya, memang betul tetapi apakah anda yakin cintanya selalu ada dan terus ada selamanya? Banyak perempuan tidak yakin setelah menjalani kehidupan rumah tangganya sekian tahun, apakah suaminya masih mencintai dirinya seperti dulu? Untuk itu berhentilah untuk bersikap pragmatis, berusahalah agar suami anda selalu cinta, bahkan dari hari ke hari semakin bertambah cintanya kepada anda.

Sebelum membicarakan cara membuat suami selalu cinta, ada satu hal yang menjadi inti persoalan dan tidak boleh dilupakan, yaitu cinta adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya, dan inilah yang disebut dengan cinta yang hakiki atau cinta sejati. Allah lah pemilik cinta dan Allah lah yang menjadikan cinta di antara suami istri. "Dan di antara ayat-ayatnya adalah diciptakanNya untuk mu istri-istri dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS Ar-Ruum: 21)

Oleh karena itu, seorang istri yang selalu ingin dicintai suaminya, hendaknya menyadari bahwa jurus yang paling efektif untuk meraih itu semua adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah AWT, dengan cara berusaha sekuat tenaga menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dengan kata lain berusaha menjadi muslimah yang shalihah. Harm bin Hayyan seorang ulama di masa Khalifah Umar bin Khattab ra berkata, "Tiada seorang hamba yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, melainkan Allah SWT akan mendekatkan hati orang-orang mukmin kepadanya, dan istri yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, maka Allah akan mendekatkan hati suaminya kepadanya, sampai ia mendapatkan cintanya."

Enam saran agar suami selalu cinta:

1. Berusaha dengan tulus dan ikhlas menyerahkan hidupnya untuk berbakti kepada suami sambil berharap pahala Allah SWT, meskipun sang istri sibuk di luar rumah tapi ia tidak terlena dan lupa bahwa ia memiliki peluang meraih syurga Allah dengan berbakti kepada suami. "Apabila seorang perempuan menunaikan sholat, puasa, memelihara kemaluannya dan berbakti, mentaati suaminya, maka ia akan masuk syurga." (HR Al-Bazzar). Istri seperti ini memiliki nilai yang tinggi di mata suaminya dan akan selalu dicintai suaminya.

2. Berusaha menjadi perempuan yang bersahaja dalam nafkah, artinya tidak banyak menuntut, menerima dengan rasa syukur betapa pun sedikitnya pemberian suami, dan tidak boleh berlebihan dalam membelanjakan nafkah yang diberikan oleh suami. Bila anda sanggup selalu bersikap seperti ini maka cinta suami akan selalu tercurah pada anda.

3. Sederhana dalam penampilan, karena dari hasil penelitian umumnya laki-laki tidak menyukai perempuan yang berpenampilan seronok dengan wajah penuh riasan tebal, sebaliknya kesederhanaan lebih menarik bagi mereka, sebab menurut mereka lebih memancarkan kecantikan perempuan. Tetapi ini bersifat relatif, sebaiknya kenali dulu kecenderungan suami anda, apakah suami anda menyukai penampilan yang wah atau yang sederhana. "Sebaik-baiknya perempuan adalah yang menyenangkanmu bila engkau memandangnya, mentaatimu bila engkau perintahkan dan menjaga dirinya dan
hartamu bila engkau tidak di rumah." (HR Thabrani)

4. Berusaha untuk selalu sabar dan tidak menyakiti hati suami. Perbedaan pendapat dan perselisihan antara suami istri terkadang dapat memicu terjadinya pertengkaran kecil atau besar. Bila anda menghadapi keadaan ini, maka ingatlah bahwa anda sedang berhadapan dengan dengan seseorang yang Allah berikan yang sangat besar atas diri anda. "Seorang perempuan belum dianggap menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak
suaminya." (HR Ibnu Majah). Untuk itu apapun yang bergejolak di hati anda maka berusaha untuk tetap sabar agar tidak menyakiti hati suami anda.

5. Dapat mendampingi suami baik dalam suka maupun duka. Apapun yang dialami suami anda, berusahalah untuk menjadi pendampingnya yang setia. Misalnya di saat suka menjadi pengingat agar suami tidak terlena, dan di saat duka menjadi pelipur lara.

6. Berusahalah menjadi partner yang menyenangkan di kamar tidur. Banyak perempuan yang masih merasa malu untuk bersikap agresif kepada suaminya sendiri. Hal ini disebabkan adanya anggapan perempuan yang agresif terkesan murahan dan tidak terhormat. Anggapan ini tidak berlaku bagi seorang istri yang agresif terhadap suaminya sendiri. Belajarlah cara dan teknik menyenangkan suami di tempat tidur dan anda akan mendapati suami selalu melimpahkan cintanya untuk anda.[]

Tulisan ini pernah dimuat di majalah Safina No. 10, bulan Januari 2004 tahun I


Jurus ampuh Menghadapi Pasangan Pendiam

Usia pernikahan Ahmad dan Nadya telah mendekati satu tahun, sepentasnya tidak ada masalah dalam pernikahan mereka. Tapi simaklah penuturan Nadya. "Kami adalah pasangan suami istri yang saling pengertian, saling mendukung dan sama-sama terpelajar, tapi kami berdua belum akrab dan dekat satu sama lain. Saya sama sekali tidak mengetahui apa yang ada di hati suami saya. Ia tidak menginginkan saya mengetahui perasaannya, dan ia juga tidak mau mengatakan apapun tentang dirinya, sehingga saya merasa asing di hadapan suami saya sendiri."

Nadya sepertinya menghadapi suami yang bertipikal pendiam, walaupun tidak semua laki-laki pendiam, sebagaimana juga tidak semua perempuan itu cerewet. Jika pendiam itu diartikan dengan tidak mau atau tidak bisa mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara terbuka, maka secara umum laki-laki itu lebih pendiam dibandingkan dengan perempuan. Padahal ungkapan sesorang tentang dirinya sendiri jelas lebih tepat dan akurat dibandingkan penilaian orang lain termasuk pasangannya sendiri, dan ini penting agar keduanya lebih mengenali pribadi masing-masing, sehingga proses adaptasi dapat berlangsung lebih lancar.

Cara menghadapi pasangan yang pendiam:

1. Hendaknya para istri mampu menahan diri dari bersikap bahwa suami adalah miliknya sepenuhnya, karena itu berarti istri juga beranggapan memiliki hati suami sepenuhnya. Jika istri bersikap demikian maka suami akan bersikap defensif (bertahan pada tabiatnya) atau bahkan lebih menutup dirinya. Sedangkan bila istri menghargai kebebasan suaminya selama tidak melanggar batasan syar'i dalam berpikir, bertindak dan bersikap, maka suami dengan suka rela akan berbagi rasa dengannya, dan menyertakan dirinya dalam menghadapi suatu persoalan.

2. Jika anda menginginkan pasangan anda yang pendiam itu mengungkapkan isi hatinya, mulailah dengan menceritakan pribadi anda terlebih dahulu, seperti karakter khusus anda, harapan, kekhawatiran, kesulitan dan kegelisahan anda, secara bertahap dan bersabarlah menunggunya mengikuti anda untuk dapat bercerita tentang dirinya.

3. Laki-laki sebenarnya ingin mengungkapkan apa yang dalam dirinya bila ia tidak dipaksa atau diperintah untuk mengungkapkannya. Untuk itu istri sebaiknya menggunakan cara yang santai dengan diselingi gurauan untuk menanyakan suatu persoalan yang dihadapi suaminya. Biasanya laki-laki tidak menyukai mendikusikan dengan serius permasalahan yang mencemaskannya. Ia juga tidak menghendaki istrinya memberi nasehat bertele-tele, karena ia merasa dapat mengatasinya sendiri. Yang dikehendaki adalah keberadaan istrinya di sisinya pada saat ia mengalami masalah.

4. Kebanyakan laki-laki tidak suka diinterograsi dan dikorek tentang permasalahan yang dihadapinya. Jadi, kalau anda ingin tahu masalah suami anda, jangan bertanya seperti polisi menginterograsi pelaku kejahatan.

5. Kadang lelaki bertanya pada dirinya, "Kenapa istriku ingin mengetahui semua urusanku?" Nah, di sini anda harus mampu meyakinkannya bahwa anda ingin mengetahuinya karena kecintaannya padanya, bukan karena ingin selalu ikut campur dalam semua urusannya apalagi ingin menguasainya. Yakinkan dia semampu anda, bahwa semua yang anda lakukan itu semata-mata bertolak dari perhatian anda yang tulus kepada apapun yang terkait dengan dirinya, dan keinginan anda untuk membantunya dengan seluruh kemampuan anda.

6. Ingatlah dengan baik bahwa tidak berarti diam itu selalu dapat diterima. Dalam hubungan cinta dan kasih sayang antara suami istri, kadangkala pada saat tertentu istri justru menghendaki suaminya diam dan tidak memberitahukan kepadanya hal-hal yang membuatanya kesal. Misalnya ketika suami melihat istrinya kurang menarik, istri lebih tenang jika suaminya diam dan tidak berkomentar yang sebenarnya.

Di atas semua itu, diam yang berlebihan mengindikasikan bahwa di dalam diri seorang laki-laki ada suatu persoalan, yang ia sendiri takut untuk mengungkapkannnya. Ini justru membuat istri merasa terasing dari dirinya, seolah-olah ada pintu yang tertutup di antara mereka berdua. Lalu apa yang harus dilakukan seorang istri seandainya ia mengetuk pintu itu berkali-kali, tapi pintu itu tidak juga terbuka? Maka usahakanlah sekali lagi, cobalah usahakanlah sekali lagi dengan cara yang lebih baik, ulangi terus usaha anda, yakinlah suatu saat nanti anda pasti berhasil.

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Safina no.7 tahun 1, September 2003.
Sumber : www.eramuslim.com



Mengenalkan Allah
Karya : Fauzil Adhim

Kalau anak-anak kelak tak menjadikan Tuhannya sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan, barangkali kitalah penyebab utamanya. Kitalah yang menjadikan hati anak-anak tak dekat dengan Tuhannya. Bukan karena kita tak pernah mengenalkan ?meskipun barangkali ada yang demikian?tetapi karena keliru dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak.

Kerapkali, anak-anak lebih sering mendengar asma Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam suasana menakutkan dengan sifat-sifat Jalaliyah (Maha Besar). Sifat Jamaliyah (Maha Indah) Allah hampir-hampir tak mereka ketahui, kecuali namanya saja. Mereka mendengar asma Allah ketika orangtua hendak menghukumnya. Sedangkan saat gembira, yang mereka ketahui adalah boneka barbie. Akibatnya, mereka menyebut nama Allah hanya di saat terjadi musibah yang mengguncang atau saat kematian menghampiri orang-orang tersayang. Astaghfirullah al 'azhiim...

Anak-anak kita sering mendengar nama Allah ketika mereka sedang melakukan kekeliruan?meski terkadang kekeliruan itu sebenarnya ada pada kita--lalu kita mengeluarkan ancaman. Kita meneriakkan asma Allah, "Ayo..., nggak boleh! Dosa! Allah nggak suka sama orang yang sering berbuat dosa."

Atau, saat mereka tak sanggup menghabiskan nasi yang memang terlalu banyak untuk ukuran mereka. "Eh... nggak boleh begitu. Harus dihabiskan. Kalau nggak dihabiskan, namanya muba...? Mubazir! Mubazir itu temannya setan. Nanti Allah murka, lho."

Nama Allah yang mereka dengar lebih banyak dalam suasana negatif; suasana yang membuat manusia justru cenderung ingin lari. Padahal kita diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mendakwahkan agama ini, termasuk kepada anak kita, dengan cara, "Mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka lari."

Anak tidak merasa dekat dengan Tuhannya jika kesan yang ia rasakan tidak menggembirakan. Sama seperti pengguna kendaraan bermotor yang cenderung menghindari polisi, bahkan di saat membutuhkan pertolongan. Mereka 'menjauh' karena telanjur memiliki kesan yang tidak menyenangkan. Jika ada pemicu yang cukup, kesan negatif itu dapat menjadi benih-benih penentangan kepada agama; Allah dan Rasul-Nya. Na'udzubillahi min dzalik. (Kita berlindung kepada Allah dari hal demikian).

Rasanya, telah cukup pelajaran yang terbentang di hadapan mata. Anak-anak yang dulu paling keras mengumandangkan adzan, sekarang sudah ada yang menjadi penentang perintah Tuhan. Anak-anak yang dulu segera berlari menuju tempat wudhu begitu mendengar suara batuk bapaknya di saat maghrib, sekarang mereka berlari meninggalkan agama. Mereka mengganti keyakinannya pada agama dengan kepercayaan yang kuat pada pemikiran manusia, karena mereka tak sanggup
merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Semenjak kecil, mereka memang tak biasa menangkap dan merasakan kasih sayang Allah.

Agaknya, ada yang salah pada cara kita memperkenalkan Allah kepada anak. Setiap memulai pekerjaan, apapun bentuknya, kita ajari mereka mengucap basmalah. Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tetapi kedua sifat yang harus selalu disebut saat mengawali pekerjaan itu, hampir-hampir tak pernah kita kenalkan maknanya kepada mereka (atau jangan-jangan kita sendiri tak mengenalnya?). Apa yang mereka rasakan bertentangan dengan apa yang mereka ucapkan tentang Tuhannya.

Bercermin pada perintah Nabi dan urutan turunnya ayat-ayat suci yang awal, ada beberapa hal yang patut kita catat dengan cermat. Seraya memohon hidayah kepada Allah atas diri dan anak-anak kita, mari kita periksa catatan berikut ini:

Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha IllaLlah. Rasulullah pernah mengingatkan, "Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat Laa ilaaha illaLlah."

Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otak dan menghidupkan cahaya hati. Apa yang didengar di saat-saat awal kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan.

Suara ibu yang berbeda dari suara-suara lain, jelas pengucapannya, terasa seperti mengajarkan (teaching style) atau mengajak berbincang akrab (conversational quality), memberi pengaruh yang lebih besar bagi perkembangan bayi. Selain menguatkan pesan pada diri anak, cara ibu berbicara seperti itu juga secara nyata meningkatkan IQ balita, khususnya usia 0-2 tahun.
Begitu pelajaran yang bisa saya petik dari hasil penelitian Bradley & Caldwell berjudul 174 Children: A Study of the Relationship between Home Environment and Cognitive Development during the First 5 Years.

Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu 'Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah berpesan:
"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasihat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (Riwayat At-Tirmidzi)

Dalam riwayat lain disebutkan, "Jagalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau berada dalam kelapangan, niscaya Allah pun akan mengingatmu ketika engkau berada dalam kesempitan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang salah dalam dirimu tidak mesti engkau langsung mendapatkan hukuman-Nya. Dan juga apa-apa yang menimpa dirimu dalam bentuk musibah atau hukuman tidak berarti disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu akan datang ketika engkau berada dalam kesabaran, dan bersama kesempitan akan ada kelapangan. Juga bersama kesulitan akan ada kemudahan."

Tak ada penolong kecuali Allah Yang Maha Kuasa; Allah yang senantiasa membalas setiap kebaikan. Tak ada tempat meminta kecuali Allah. Tak ada tempat bergantung kecuali Allah. Dan itu semua menunjukkan kepada anak bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah. Wallahu a'lam bishawab.

Iqra' Bismirabbikal ladzii Khalaq
Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah al-Khaliq dan al-Kariim, sebagaimana firman-Nya,

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-'Alaq: 1-5)

Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara.

PERTAMA, memperkenalkan Allah melalui sifat al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemana pun kita menghadap, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.

KEDUA, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Pelahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. Katakan, misalnya, pada anak yang menjelang usia dua tahun, "Mana matanya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk Owi. Matanya buat apa, Nak?"

Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat dijalankan oleh orangtua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran?bukan hanya pengetahuan?bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.

KETIGA, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat al-Karim. Di dalamnya berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah.
Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya, dan memuliakan mereka yang mulia.

Wallahu a'lam bishawab.

Sumber : unknown....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar