Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i kita tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Haruslah dibedakan antara majelis ilmu dan majelis yang lainnya; antara tempat kita menuntut ilmu syar’i dengan tempat yang lain, apalagi yang disampaikan adalah ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Secara umum Allah menyebutkan tentang hal ini dalam firman-Nya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
Secara umum Allah menyebutkan tentang hal ini dalam firman-Nya
[Al-A’raaf: 204]
وَإِذَا قُرِىءَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al-Qur-an, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6018, 6136), Muslim (no. 47), dan at-Tirmidzi (no. 2500), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.]
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/159, 177), at-Tirmidzi (no. 2301), dan ad-Darimi (lI/299), dari Shahabat ‘ Abdullah bin’ Amr radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 536) dan Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 6367).]
“Barangsiapa yang diam, maka ia akan selamat.”
Imam adh-Dhahhak bin Muzahim (wafat thn. 102H) rahimahullah mengatakan:
“pintu pertama dari ilmu adalah diam, yang kedua mendengarkan, yang ketiga mengamalkannya, yang keempat menyebarkan dan mengajarkannya.”
[Dinukil dari Adab Thalibil Hadits minal Jaami' lil Khatiib (hal. 16), karya syaikh Bakr Abu Zaid hafizahullah. Lihat juga al-Jami' li Akhlaqir Rawi wa Adabis Sami' (I/194)]
Muhamad bin 'Abdul Wahhab al-Kufi (wafat thn.212H) rahimahullah mengatakan:
"Diam itu mengumpulkan dua perkara bagi seseorang: Selamat dalam agama dan pemahaman (yang benar) bagi pelakunya."
[Kitabus Shamt Wa Adabul Lisan (hal. 69, no 55), karya Ibnu Abid Dunya rahimahullah]
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang adab menuntut ilmu syar'i ketika menghadiri majelis ilmu:
"(seseorang murid) tidak boleh mengangkat suara tanpa keperluan, tidak boleh tertawa, tidak boleh banyak berbicara tanpa kebutuhan, tanpa adanya keperluan yang sangat, bahkan ia harus menghadapkan wajahnya ke arah gurunya..."
[Syarah Muqaddimah al-Majmu' (hal 143), karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah]
Disalin dari Kitab Menuntut Ilmu, Jalan Menuju Surga
Karya: Ust Yazid bin Abdul Qadir Jawas
“pintu pertama dari ilmu adalah diam, yang kedua mendengarkan, yang ketiga mengamalkannya, yang keempat menyebarkan dan mengajarkannya.”
[Dinukil dari Adab Thalibil Hadits minal Jaami' lil Khatiib (hal. 16), karya syaikh Bakr Abu Zaid hafizahullah. Lihat juga al-Jami' li Akhlaqir Rawi wa Adabis Sami' (I/194)]
Muhamad bin 'Abdul Wahhab al-Kufi (wafat thn.212H) rahimahullah mengatakan:
"Diam itu mengumpulkan dua perkara bagi seseorang: Selamat dalam agama dan pemahaman (yang benar) bagi pelakunya."
[Kitabus Shamt Wa Adabul Lisan (hal. 69, no 55), karya Ibnu Abid Dunya rahimahullah]
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang adab menuntut ilmu syar'i ketika menghadiri majelis ilmu:
"(seseorang murid) tidak boleh mengangkat suara tanpa keperluan, tidak boleh tertawa, tidak boleh banyak berbicara tanpa kebutuhan, tanpa adanya keperluan yang sangat, bahkan ia harus menghadapkan wajahnya ke arah gurunya..."
[Syarah Muqaddimah al-Majmu' (hal 143), karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah]
Disalin dari Kitab Menuntut Ilmu, Jalan Menuju Surga
Karya: Ust Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar