Inilah kisah taubat paling indah, sungguh sebuah kisah taubat yang membuat air mata meleleh, yang karenanya menjadikan diri-diri yang merindu selalu ingin menikmati indahnya taubat. Renungilah kisahnya dan bersegeralah menuju ampunan ALLAH azza wa jalla.
Lalu, siapakah Malik bin Dinar? Ia seorang Tabi’in. Sesuatu yang terkenal darinya, bahwa ia selalu menangis sepanjang malam sambil berkata “Ya Rabbku, Kau sendirilah yang tahu penghuni surga dari penghuni neraka, lalu aku termasuk yang mana? Ya ALLAH, jadikanlah aku dari penghuni surga, dan jangan Kau jadikan aku dari penghuni neraka.”
Perhatikan ibadahnya! inilah Malik bin Dinar. Tapi, diawal hidupnya dia tidak memiliki ketakwaan seperti ini. Ia berkata, “Aku memulai hidupku dengan sia-sia, banyak minum dan banyak berbuat maksiat. Aku berbuat dzalim kepada manusia, aku makan hak orang lain, aku memakan riba, aku memukul manusia, aku melakukan kezaliman, tiada maksiat yg tidak kulakuan aku sangat fajir, sehingga manusia menjauhiku.”
Apakah Malik bin Dinar seperti itu? Ya, dulu ia seperti itu. Lalu ia berkata,” Tapi di suatu hari aku ingin menikah dan memiliki anak. Maka aku pun menikah dan istriku melahirkan anak yang kuberi nama Fatimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali Fatimah bertambah besar, imankupun bertambah dan maksiatku berkurang. Mungkin Fatimah tahu kalau aku memegang botol khamr, lalu ia mendekat padaku, sehingga aku berusaha menjauhkan botol itu darinya, sedang ia baru berusia dua tahun. Seakan ALLAH menjadikan ia melakukan itu. Setiap kali Fatimah bertambah besar, imanku pun bertambah. Dan semakin aku selangkah lebih dekat dengan ALLAH, maka aku sedikit demi sedikit semakin jauh dari maksiat, hingga usia Fatimah genap tiga tahun.
Ketika usianya tiga tahun ia mati… maka hidupku berubah menjadi lebih buruk dari yang dahulu. Aku belum memilii kesabaran orang yang beriman yang menguatkanku menerima bala’, sehingga setan mempermainkanku. Sampai datang suatu hari maka ia berkata, “Mabuklah kau yang mana kau belum pernah mabuk seperti itu sebelumnya…”. Maka akupun ingin mabuk, aku ingin minum khamr, sehingga aku minum sepanjang malam.
Lalu aku bermimpi yang menembus kesadaranku. Aku bermimpi melihat diriku pada hari kiamat. Ketika matahari menjadi gelap, lautan berubah menjadi api, bumi bergoncang, dan manusia berkumpul dihari kiamat, manusia berbondong-bondong, aku bersama manusia, aku mendengar ada yang menyeru Fulan bin Fulan kemarilah menghadap pada Yang Maha Memaksa.”
“Aku lihat wajah Fulan bin Fulan itu berubah menjadi hitam karena ketakutan. Sehingga aku mendengar si penyeru itu memanggil Malik bin Dinar. Manusia di sekelilingku hilang, seakan tidak ada orang di bumi Masyar itu. Lalu aku melihat ular besar lagi ganas berjalan kearahku sambil membuka mulutnya. Aku pun lari ketakutan, hingga aku menemukan laki-laki tua lagi lemah dan aku berkata, “Tolonglah aku dari ular itu.” Ia berkata, “Anakku, aku lemah, aku tidak bisa menolongmu, tapi larilah kearah ini mungkin kau akan selamat.”
Aku pun lari kearah yang ia tunjukkan. Ular berada dibelakangku, dan di depanku neraka. Maka aku pun berkata, “Apakah aku akan lari dari ular dan jatuh ke neraka?” aku pun segera kembali lari dan ular semakin dekat, aku kembali pada laki-laki lemah itu sambil berkata, “Selamatkan aku, tolonglah aku.” Ia pun menangis kasihan pada keadaanku, lalu berkata, “Aku lemah seperti yang kau lihat, aku tidak mampu melakukan apa-apa, tapi larilah ke gunung itu mungkin kau akan selamat”.
Aku pun lari ke gunung dan ular akan menyambarku. Lalu aku lihat di puncak gunung itu anak-anak kecil, mereka berteriak, “Wahai Fatimah, temuilah bapakmu, temuilah bapakmu!”.
Aku pun tahu kalau itu anakku. Aku senang anakku yang mati di usia tiga tahun menolongku, mengambil tanganku dan mengusir ular itu dengan tangan kirinya, sedang aku seperti mayit karena takut. Lalu akupun duduk dikamarku seperti aku duduk di dunia, dan ia berkata, “wahai bapakku, ‘Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat ALLAH…’ (Al-Hadid:16).”
Aku bertanya, “Wahai anakku, beritahulah kepadaku tentang ular itu!” ia menjawab. “Itu adalah amalmu yang buruk, kau besar-besarkan dan kembangkan, sehingga hampir ia memakanmu. Bukankah kau tahu, wahai bapakku, bahwa amal di dunia akan berubah memiliki jasad di hari kiamat?”.
Aku bertanya lagi, “Dan laki-laki lemah itu?” ia menjawab, “Itu amal shalihmu. Kau lemahkan dia, sehingga ia menangis melihat keadaanmu, dan ia tidak mampu melakukan sesuatu. Sekiranya kau tidak melahirkan aku, dan aku mati ketika masih kecil tentu tidak ada yang bermanfaat bagimu.”
Aku pun terbangun dari tidurku sambil berteriak. “Telah datang, wahai Tuhanku…. telah datang, wahai Tuhanku… ‘Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat ALLAH….’”.
“Aku pun mandi dan keluar untuk shalat subuh, aku ingin taubat, kembali pada ALLAH.”
Ia bercerita lagi, “Ketika aku masuk masjid, sang imam sedang membaca Surat Al-Hadid ayat 16, ‘Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat ALLAH…’”.
Malik pun bertobat, hingga ia terkenal setiap hari duduk di depan masjid sambil berkata, “Wahai hamba yang bermaksiat, kembalilah pada majikanmu. Wahai hamba yang lari, kembalilah pada majikanmu, majikanmu menyerumu satiap malam dan siang hari sambil berkata, ‘Siapa yang mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat padanya sehasta, lalu siapa yang mendekat pada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa, dan siapa mendekat pada-Ku sambil berjalan, maka Aku akan mendekat padanya sambil berlari-lari kecil (HR. Bukhari dan Muslim)…”
[Kisah ini dikutip dari: Amru Khalid, Hati Sebening Mata Air, Aqwam, 2006, h. 85-88]
Kini, lihatlah diri-diri kita. Sudahkah kita bertaubat? Ingat kembali kapan terakhir kita menangis? ingat kembali kapan terakhir kita bertaubat? tidakkah kita menginginkan bisa menikmati nikmatnya taubat sebagaimana Malik bin Dinar? Mari, marilah kita bersegera untuk bertaubat. ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang bertakwa.” (QS. Ali-Imran:133).
Hitunglah berapa banyak dosa-dosa kita sebelum kita menghadapi hari perhitungan, barapa banyak kita telah berbuat maksiat kepada ALLAH, berapa banyak kita telah bermaksiat kepada orang tua kita, kita durhakai mereka. Barapa lama kita terlenakan oleh kehidupan duniawi, berapa banyak kata-kata dusta yang telah keluar dari mulut-mulut kita, mata kita! berapa banyak kita menikmati keindahan-keindahan aurat wanita-wanita yang sekarang ini diumbar bebas?!.
Terlalu banyak dosa-dosa kita, terlalu banyak kita bermaksiat, dan kita selalu santai dengan dosa, lalai dan terbenam dalam dosa seperti ikan dalam lautan yang tidak pernah menyadari begitu banyaknya air menyelimuti. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian meremehkan dosa. Sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil hanyalah seperti suatu kaum yang singgah diperut lembah, lalu masing-masing datang membawa sebuah ranting kayu, sehingga mereka berhasil mengumpulkan sejumlah apa (ranting kayu bakar) yang dapat menanak roti mereka. Sesungguhnya tatkala dosa-dosa kecil dikumpulkan oleh pelakunya, maka hal itu akan membinasakannya.” (HR. Ahmad).
Ibnul Jauzi berkata, “Wahai orang-orang yang berdosa, apakah kalian memiliki kesabaran menghadapi siksa? ‘sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu api yang bergejolak’ (QS. Al-Ma’aarij:15). Ketika engkau menyaksikan orang yang menukar kelezatan sesaat dengan azab bertahun-tahun, yang ‘Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah’ (QS. Al-Mulk:8), siapa yang ingin selamat darinya maka bertaubatlah. Bagaimana orang-orang yang bermaksiat merasa aman? Padahal ‘Tidak ada satupun dari kamu, melainkan mendatangi neraka’ (QS. Maryam:71). Bagaimana mereka lupa akibat dosa? ‘Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula’ (Az-Zalzalah:8).
Bukankah ALLAH Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya),
“Dan bertaubatlah kapada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS. An-Nuur: 31).
Apalagi yang kita tunggu?! apakah kita menunggu dicabutnya kenikmatan, apakah kita menunggu diambilnya orang-orang yang kita cintai sebagaimana Malik bin Dinar? kita menunggu anak-anak kita mati atau mungkin kita menunggu istri-istri atau suami kita mati atau kita menunggu diazab terlebih dahulu untuk bertobat?!!...
“Dan tidak ada (sesuatu pun) yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk telah datang kepada mereka dan memohon ampunan kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat yang terdahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.” (QS. Al-Kahf: 55).
Kiranya peringatan ALLAH azza wa jalla dalam firman-NYA ini cukup untuk membuat kita bertobat.
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang kepadamu azab dari Tuhanmu secara mendadak, sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar:53-55).
ALLAH Subhanahu wa Ta’ala akan mengampuni semua dosa-dosa. Ya, semuanya. Lalu mengapa, masih enggan untuk bertaubat? bertaubatlah segera sebelum azab ALLAH menimpa, bertaubatlah sebelum hari kiamat tiba, dan bertaubatlah sebelum menghadapi pernyataan sebagaimana di sebutkan dalam ayat berikut ini (yang artinya),
“Agar jangan ada yang mengatakan. ‘Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). Atau (agar jangan) ada yang berkata, ‘Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa. Atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab, ‘Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.’ ” (QS. Az-Zumar:56-58).
Masihkah enggan bertaubat?! apakah kita menginginkan menjadi seperti Fulan bin Fulan yang pada saat dipanggil berubah warna mukanya menjadi hitam karena ketakutan yang teramat sangat tersebut sebagaimana yang dikisahkan diatas. Perhatikanlah dalam ayat berikutnya ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang yang berbuat dusta kepada Allah, wajahnya menghitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri ?.” (QS. Az-Zumar:60).
Kelak, dihari kiamat akan tampak wajah-wajah hitam orang-orang yang enggan bertaubat dan tunduk kepada ALLAH. Mereka sombong. Ya… mereka menyombongkan diri dan enggan bertaubat, padahal ALLAH azza wa jalla berjanji akan mengampuni segala macam dosa-dosa hamba-NYA. Lihatlah betapa kesombongan telah menghancurkannya karena menolak untuk bertaubat. Bahkan ALLAH Subhanahu wa Ta’ala menegur orang-orang yang enggan bertaubat, “…dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11).
ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun Maha Penyayang. Dan narang siapa bertaubat dan mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqan:70-71).
Maka bertaubatlah dengan sebenar-benar taubat, “Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya…” (QS. At-Tahrim: 8).
Betapa indah kisah taubat Malik bin Dinar, lihatlah keadaannya sebelum ia bertaubat lalu bagaimana kaeadaannya setelah ia bertaubat, ia telah bertaubat dengan sebenar taubat. Sungguh ALLAH azza wa jalla mencintai orang-orang yang bertaubat.
“…Sesungguhnya Allah menyukai orang bertaubat, dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah: 222).
Dalam hadist Qudsi disebutkan: “Allah lebih gembira menerima taubat hamba-Nya dari pada hamba yang berjalan di padang pasir, lalu ia kehilangan kendaraannya yang memuat makanan dan minumannya. Ia menyangka akan mati, lalu ia menggali lubang, dan tidur didalamnya sambil berkata, ‘aku akan tidur di lubang ini sampai kematian datang menjemput.’ Tiba-tiba kendaraan dan makanannya yang ia bawa berada diatasnya. Adakah kebahagiaan yang lebih besar dari peristiwa itu ? kebahagiaan orang yang akan mati lalu selamat ? sampai-sampai ia berkata, ‘ Ya Allah Kau hambaku, dan aku tuhan-Mu. (ia sampai salah bicara karena bahagia). Maka Allah lebih gembira menerima taubat hamba-Nya dari pada kegembiraan hamba tadi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
ALLAH Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya),
“Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertaubat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Taha:82).
IKUTIlah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid'ah, PATUHILAH SELALU kepada ALLAH dan Rasul-NYA, jangan melanggar; JUNJUNG TINGGILAH TAUHID dan JANGAN MENYEKUTUKAN DIA; SUCIKANlah DIA senantiasa dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-NYA. PERTAHANKAN KEBENARAN-NYA dan JANGAN RAGU sedikit pun. BERSABARLAH SELALU dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. BERISTIQOMAHlah; berHARAPlah kepada-NYA, jangan kesal, tetapi bersabarlah. BEKERJASAMALAH DALAM KETAATAN dan jangan berpecah-belah. Saling MENCINTAILAH dan jangan saling mendendam. JAUHILAH KEJAHATAN dan jangan ternoda olehnya. PERCANTIKlah dirimu dengan ketaatan kepada RABB-mu; jangan menjauh dari pintu-pintu-NYA; JANGAN BERPALING DARI-NYA. BERSEGERAlah BERTAUBAT dan kembali kepada-Nya. JANGAN MERASA JEMU dalam memohon ampunan kepada KHALIQ-mu, baik siang maupun malam.
Ya ALLAH, ENGKAUlah Tuhanku.
tiada Tuhan kecuali ENGKAU.
ENGKAU Penciptaku dan aku hamba-MU yang tetap dalam kesetiaan dan janjiku sepanjang kemampuanku.
aku kembali kepada-MU dengan kenikmatan dan kembali kepada-MU dengan dosaku. maka ampunilah aku.
sesungguhnya tiada pengampun dosa-dosa kecuali ENGKAU.
aamiin…
-----
Daftar bacaan:
- Al-Quran Dan Terjemahnya - Departemen Agama RI.
- Futuuhul Ghaib [Penyingkap keghaiban], Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani.
- Hati Sebening Mata Air, Amru Khalid.
- PITA KUSUT TENTANG HATI Peringatan bagi Orang yang Masih Memiliki Hati, Shabri Salamah Syahin.
- 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar