Sabtu, 06 Februari 2010

KABUT BERACUN ITU BERNAMA VALENTINE'S DAY

PENDAHULUAN

14 Februari adalah hari yang sangat istimewa bagi para pendewa Valentine's Day. Pada hari itu mereka mengungkapkan rasa cinta dan sayang kepada orang-orang yang diinginkan. Ada yang menyatakan perasaannya kepada teman, guru, orang tua, kakak atau adik, dan yang paling banyak adalah yang menyatakan kepada kekasihnya. Pada hari itu pula mereka mengirimkan kartu atau hadiah bertuliskan "Be my Valentine" (Jadilah Valentine-ku) atau sama artinya "Jadilah kekasihku".

Di Indonesia, sejak era 1980-an, perayaan Hari Va­lentine ini makin memprihatinkan. Jika kita masuk toko buku atau semisalnya di bulan Februari, akan tampak rak-rak yang berjajar berisikan beragam kartu ucapan Valentine's Day. Tak mau kalah, toko-toko souvenir pun mulai menjajakan aneka kado bertema Valentine's Day. Mal dan supermarket juga menghias seluruh ruangan dengan warna-warna pink dan biru lembut, dengan hiasan-hiasan berbentuk hati dan pita di mana-mana. Hampir semua media cetak dan elektronik pun men­jadi penggesa program misterius ini.

Dengan berfikir sedikit saja kita dapat mengetahui bahwa perayaan 'aneh' ini tidak lepas dari trik bisnis para pengusaha tempat hiburan, pengusaha hotel, pe­rangkai bunga, dan lainnya. Akhirnya jadilah perayaan Valentine sebagai perayaan bisnis yang bermuara pada perusakan akidah dan akhlak pemuda Islam (khusus­nya). Saatnya kita bertanya pada diri kita masing-ma­sing, apa yang sudah kita lakukan dalam penyelamatan generasi penerus kita?!

SEKILAS SEJARAH VALENTINE'S DAY

Ribuan literatur yang menyebutkan sejarah Hari Valentine masih berbeda pendapat. Ada banyak versi tentang asal-usul perayaan Valentine ini. Yang paling populer adalah kisah Valentinus (St. Valentine) yang diyakini hidup pada masa Claudius II yang kemudian menemui ajal pada 14 Februari 269 M. Namun kisah ini pun ada beberapa versi lagi.

Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menilik lebih jauh lagi ke dalam tra­disi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno. Pada wak­tu itu ada sebuah perayaan yang disebut Lupercalia. Di dalamnya terdapat rangkaian upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari perta­ma dipersembahkan untuk Dewi Cinta, Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama ga­dis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar ha­rus menjadi pasangannya selama setahun untuk berse­nang-senang dan menjadi objek hiburan.

Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan Dewa Lupercalia terhadap gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda memecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dipecut kare­na menganggap pecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Kemudian agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Galasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine's Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari.

Jadi diri St. Valentine sendiri masih diperdebatkan para sejarawan. Saat ini, sekurang-kurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari. Di antaranya ada kisah menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemu­da menikah. Tindakan kaisar itu mendapatkan tantang­an dari St. Valentine yang secara diam-diam menikah­kan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M.

Dapat kita tarik beberapa kesimpulan:

Valentine's Day berakar dari upacara keagamaan ri­tual Romawi Kuno untuk menyembah dewa mereka yang dilakukan dengan penuh kesyirikan.
Upacara yang biasa dilaksanakan pada 15 Februari tersebut, pada tahun 496 oleh Paus Galasius I digan­ti menjadi 14 Februari.
Agar dunia menerima, hari itu disamarkan dengan nama "hari kasih sayang" yang kini telah tersebar di berbagai negeri, termasuk negeri-negeri Islam.

JANGAN IKUTI BUDAYA KAFIR

Begitulah wahai saudaraku seiman, Hari Valentine berasal dari mitos zaman Romawi yang seluruhnya ti­dak lain adalah bersumber dari paganisme syirik, penyembahan berhala, dan penghormatan kepada pastor. Selain itu, perayaan Valentine's Day adalah salah satu makar orang-orang Yahudi yang diselundupkan ke dalam tubuh umat Islam supaya diikuti. Jadi, perayaan Valentine's Day adalah salah satu acara yang diadakan oleh orang-orang kafir dan orang-orang yang berge­limang dosa dalam rangka berbuat maksiat, mengum­bar syahwat, dan memenuhi hawa nafsu belaka.

Di Bandung, 12 Februari 2005, Studio Carton Multi Kreasi menggelar acara lomba menjijikkan yang di­adopsi dari Amerika (Harian Pikiran Rakyat 13 Februari 2005). Arini dari Muri menyatakan bahwa lomba serupa pernah digelar pada Desember 2001 di New York, AS. Mengapa masih banyak pemuda-pemudi Islam tertipu dan ikut-ikutan membeo bu­daya orang-orang kafir tersebut? Ingatlah wahai kaum muslimin, musuh-musuh Islam selalu berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan kalian dari ajaran agama kalian! Alloh berfirman:

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepa­da kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakan­lah: "Sesungguhnya petunjuk Alloh Itulah petunjuk (yang benar).".... (QS. al-Baqoroh [2]: 120).

Dari Abu Sa'id al-Khudri رضي الله عنه dari Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ فَمَنْ؟

Sungguh kalian akan mengikuti sunnah perjalanan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga me­reka memasuki lubang dhab (hewan sejenis biawak di Arab). Mereka berkata, "Wahai Rasulullah apakah mereka Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR. Bukhari 7325 dan Muslim 2669).

Syaikh Sulaiman bin Abdulloh Alu Syaikh ber­kata: "Hadits ini merupakan mukjizat Nabi صلي الله عليه وسلم karena sungguh mayoritas umatnya ini telah mengikuti sun­nah perjalanan kaum Yahudi dan Nasrani dalam gaya hidup, berpakaian, syi'ar-syi'ar agama, dan adat-istia­dat. Dan hadits ini lafazhnya berupa kabar yang berarti larangan mengikuti jalan-jalan selain agama Islam." (Taisir Aziz al-Hamid hlm. 32)

MENYOROTI VALENTINE'S DAY

Setiap Februari menjelang, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau su­dah banyak yang mendengar bahwa Valentine adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak mereka pedulikan.Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu?

Lajnah Da'imah Arab Saudi pernah ditanya tentang perayaan Valentine's Day, mengucapkan ucapan se­lamat, memberikan hadiah, dan menyediakan alat-alat untuknya, lantas dijawab oleh Lajnah: "Dalil-dalil yang jelas dari al-Qur'an dan sunnah ser­ta kesepakatan ulama salaf telah menegaskan bahwa perayaan dalam Islam hanya ada dua, Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun perayaan-perayaan lainnya yang berkaitan dengan tokoh, kelompok, atau kejadian tertentu adalah perayaan yang diada-adakan.[Al-Hafizh Ibnu Rojab رحمه الله berkata : "Sesungguhnya perayaan tidaklah diadakan berdasarkan logika dan akal sebagaimana dilakukan oleh ahli kitab sebelum kita melainkan berdasakan syari'at dan dalil." (Fathul-Bari: 1/159, Tafsir Ibnu Rojab: 1/390)].
Tidak boleh umat Islam merayakannya, menyetujuinya, me­nampakkan kegembiraan padanya, atau membantu kelancarannya karena hal itu berarti melanggar hu­kum Alloh yang merupakan suatu tindak kezaliman. Dan bila perayaan tersebut merupakan perayaan orang kafir maka makin parah dosanya sebab hal itu terma­suk tasyabbuh (menyerupai) mereka dan termasuk ben­tuk loyalitas kepada mereka, sedangkan Alloh dalam al-Qur'an yang mulia telah melarang kaum mukminin menyerupai orang-orang kafir dan loyal kepada me­reka. Juga, telah shohih bahwa Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia ter­masuk dari kaum tersebut." (HR. Abu Dawud: 4031, Ah­mad: 2/50, 92, dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa'ul-Gholil: 1269)

Perayaan Valentine's Day termasuk hal di atas karena termasuk perayaan penyembah berhala dan umat Nasrani. Maka tidak boleh umat Islam yang beriman kepada Alloh dan hari akhir ikut merayakannya, me­nyetujuinya, dan mengucapkan selamat untuknya. Bahkan yang wajib adalah meninggalkannya dan men­jauhinya sebagai ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya serta menjauhi sebab kemurkaan Alloh. Sebagaimana pula diharamkan membantu semaraknya acara ini atau perayaan-perayaan haram lainnya baik dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, mensponsori, dan sebagainya karena semua itu termasuk tolong-menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Alloh berfirman:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

.... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) ke­bajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam ber­buat dosa dan pelanggaran.... (QS. al-Ma'idah [5]: 2). (Fatawa Lajnah Da'imah Lil-Buhuts Ilmiyyah wal-Ifta': 21203 tgl. 22/11/1420)

Syaikh Muhammad al-Utsaimin menyebutkan beberapa dampak negatif perayaan Valentine's Day. Beliau berkata dalam fatwa yang beliau tanda tangani bertanggal 5 Dzulqo'dah 1420 H:

"Perayaan ini tidak boleh karena alasan berikut:

Pertama. Valentine's Day hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.

Kedua. Merayakan Valentine's Day dapat menyebabkan cinta yang semu.

Ketiga. Menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perka­ra rendahan seperti ini yang sangat bertentangan de­ngan petunjuk para salafush-sholih ^fe. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya dalam ben­tuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah, ataupun lainnya. Hendaklah setiap mus­lim merasa bangga dengan agamanya, bukan malah menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan." (Majmu' Fatawa wa Rosa'il kar. Syaikh Ibnu Utsaimin: 16/199-200. Lihat pula Fatawa Ulama' Baladil-Haram hlm. 1022-1024 dan as-Sunan wal-Mubtada'at fil-A'yad hlm. 52 kar. Dr. Abdurrohman bin Sa'ad asy-Syisyri).

Dampak buruk lainnya, terhapuslah nilai-nilai Islam serta memperbanyak jumlah mereka dengan mendu­kung dan mengikuti agama mereka.

Alhasil, hendaklah kaum muslimin sekarang ini mengetahui dan berhati-hati terhadap propaganda yang diserukan oleh orang-orang kafir yang berusaha menjauhkan kaum muslimin dari ajaran Islam dan me­legalkan ajarannya yang sesat lagi menyesatkan.

VALENTINE, HARI CINTA?

Dikatakan, Valentine itu hari untuk menyebarkan kasih sayang dan cinta. Benarkah demikian? Salah, bahkan pernyataan itu sungguh memprihatinkan! Bu­kankah dengan demikian seolah-olah Islam tidak men­genal cinta kasih, padahal dalam Islam ajaran cinta ka­sih memiliki kedudukan tersendiri dengan skala prio­ritas sebagaimana tercantum dalam QS. al-Baqoroh [2]: 165, at-Taubah [9]: 24, al-Fath [48]: 29, dan al-Ma'idah [5]: 54

Kelihaian dan kelicikan musuh Islam untuk menipu umat Islam patut diacungi jempol. Valentine's Day yang berbau syirik pun bisa terbungkus dan terpoles rapi hingga diminati dan digandrungi oleh generasi muda Islam yang tidak memiliki kekuatan ilmu agama.

Sesungguhnya cinta dalam Valentine's Day hanyalah cinta semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Oleh karenanya, perhatikanlah bagaima­na Valentine's Day bukan hanya diingkari oleh para pemuka Islam melainkan juga oleh pemuka agama-agama lainnya. Di India misalnya, pernah diberitakan bahwa sejumlah aktivis dan pemuka agama Hindu berkumpul di Bombay pada Sabtu, 14 Februari 2004. Dengan lantang mereka menyerukan agar tidak ikut-ikutan merayakan Hari Valentine yang menganjurkan dekadensi moral dan merusak tradisi India. Seorang aktivis berteriak: "Valentine's Day bukan bagian dari kepribadian dan tradisi agama kita. Selain itu, apa yang diajarkan oleh Valentine's Day itu sungguh-sung­guh akan merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat warga India. Janganlah ikut-ikutan Barat!!" (Kantor Berita Reuters 12 Februari 2005)

KESIMPULAN

Valentine's Day merupakan hari raya orang kafir yang penuh kesyirikan. Tidak boleh umat Islam ikut-ikutan merayakannya, mengucapkan selamat kepada yang merayakannya, dan membantu memeriahkannya dengan memperdagangkan alat-alat yang digunakan. Wajib umat Islam menghindari kemurkaan Alloh. Allohu A’lam.

Referensi:
- Fatawa Ulama' Baladil Haram, dikumpulkan oleh Kholid bin Abdurrohman al-Juraisi, cet. ke-I, 1420 H
- Valentine's Day, Rizki Ridyasmara, Pustaka al-Kaut-sar, cet. ke-4, Februari 2008
- Fikih Kontemporer, Dr. Setiawan Budi Utomo, Pusta­ka Saksi, cet. ke-I, Oktober 2000
- Buletin AL FURQON, Th. 2 Vol. 10. No. 1/Shofar 1429 H


(Oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, Majalah Al-Furqon, Edisi 06, th. ke-8, 1430/2009)

FATWA TENTANG HUKUM PERAYAAN VALENITE'S DAY

1. Fatwa Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Buhuts Al-'Ilmiyah wal Ifta

'Pertanyaan:

Setiap tahunnya, pada tanggal 14 Februari, sebagian orang merayakan valentin's day. Mereka saling betukar hadiah berupa bunga merah, mengenakan pakaian berwarna merah, saling mengucapkan selamat dan sebagian toko atau produsen permen membuat atau menyediakan permen-permen yang berwarna merah lengkap dengan gambar hati, bahkan sebagian toko mengiklankan produk-produknya yang dibuat khusus untuk hari tersebut. Bagaimana pendapat Syaikh tentang: Pertama: Merayakan hari tersebut? Kedua: Membeli produk-produk khusus tersebut pada hari itu? Ketiga: Transaksi jual beli di toko (yang tidak ikut merayakan) yang menjual barang yang bisa dihadiahkan pada hari tersebut, kepada orang yang hendak merayakannya? Semoga Allah membalas Syaikh dengan kebaikan.

Jawaban:

Berdasarkan dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, para pendahulu umat sepakat menyatakan bahwa hari raya dalam Islam hanya ada dua, yaitu Idul Fithri dan Idul Adha, selain itu, semua hari raya yang berkaitan dengan seseorang, kelompok, peristiwa atau lainnya adalah bid'ah, kaum muslimin tidak boleh melakukannya, mengakuinya, menampakkan kegembiraan karenanya dan membantu terselenggaranya, karena perbuatan ini merupakan perbuatan yang melanggar batas-batas Allah, sehingga dengan begitu pelakunya berarti telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri. Jika hari raya itu merupakan simbol orang-orang kafir, maka ini merupakan dosa lainnya, karena dengan begitu berarti telah ber-tasyabbuh (menyerupai) mereka di samping merupakan keloyalan terhadap mereka, padahal Allah سبحانه و تعالى telah melarang kaum mukminin ber-tasyabbuh dengan mereka dan loyal terhadap mereka di dalam KitabNya yang mulia, dan telah diriwayatkan secara pasti dari Nabi صلی الله عليه وسلم, bahwa beliau bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, berarti ia termasuk golongan mereka." [HR. Abu Dawud dalam Al-Libas (4031). Ahmad (5093, 5094, 5634)]

Valentin's day termasuk jenis yang disebutkan tadi, karena merupakan hari raya Nashrani, maka seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir tidak boleh melakukannya, mengakuinya atau ikut mengucapkan selamat, bahkan seharusnya meninggalkannya dan menjauhinya sebagai sikap taat terhadap Allah dan RasulNya serta untuk menjauhi sebab-sebab yang bisa menimbulkan kemurkaan Allah dan siksaNya. Lain dari itu, diharamkan atas setiap muslim untuk membantu penyelenggaraan hari raya tersebut dan hari raya lainnya yang diharamkan, baik itu berupa makanan, minuman, penjualan, pembelian, produk, hadiah, surat, iklan dan sebagainya, karena semua ini termasuk tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan serta maksiat terhadap Allah dan RasulNya, sementara Allah سبحانه و تعالى telah berfirman:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya." (Al-Ma'idah: 2).

Dari itu, hendaknya setiap muslim berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah dalam semua kondisi, lebih-lebih pada saat-saat terjadinya fitnah dan banyaknya kerusakan. Hendaknya pula ia benar-benar waspada agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan orang-orang yang dimurkai, orang-orang yang sesat dan orang-orang fasik yang tidak mengharapkan kehormatan dari Allah dan tidak menghormati Islam. Dan hendaknya seorang muslim kembali kepada Allah dengan memohon petunjukNya dan keteguhan didalam petunjukNya. Sesungguhnya, tidak ada yang dapat memberi petunjuk selain Allah dan tidak ada yang dapat meneguhkan dalam petunjukNya selain Allah سبحانه و تعالى. Hanya Allah lah yang kuasa memberi petunjuk.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

Rujukan: Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah lil Buhuts Al-'Ilmiyah wal Ifta' (21203) tanggal 22/11/1420 H. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.

2. Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimian Rahimahullah

Pertanyaan:

Akhir-akhir ini telah merebak perayaan valentin's day 'terutama di kalangan para pelajar putri', padahal ini merupakan hari raya kaum Nashrani. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah dan saling bertukar bunga berwarna merah .. Kami mohon perkenan Syaikh untuk menerangkan hukum perayaan semacam ini, dan apa saran Syaikh untuk kaum muslimin sehubungan dengan masalah-masalah seperti ini. Semoga Allah menjaga dan memelihara Syaikh.

Jawaban:

Tidak boleh merayakan valentin's day karena sebab-sebab berikut:

Pertama: Bahwa itu adalah hari raya bid'ah, tidak ada dasar-nya dalam syari'at.

Kedua: Bahwa itu akan menimbulkan kecengengen dan kecemburuan.

Ketiga: Bahwa itu akan menyebabkan sibuknya hati dengan perkara-perkara bodoh yang bertolak belakang dengan tuntunan para salaf رضى الله عنهم.

Karena itu, pada hari tersebut tidak boleh ada simbol-simbol perayaan, baik berupa makanan, minuman, pakaian, saling memberi hadiah, ataupun lainnya.

Hendaknya setiap muslim merasa mulia dengan agamanya dan tidak merendahkan diri dengan menuruti setiap ajakan. Semoga Allah سبحانه و تعالى melindungi kaum muslimin dari setiap fitnah, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dan semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan bimbingan dan petunjukNya.

Rujukan: Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin, tanggal 5/11/1420 H yang beliau tandatangani. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar