Kamis, 04 Februari 2010

Mana Bukti Cintamuu???

Bukti cinta kepada Allah adalah mengaplikasikan ikrar (pengakuan terhadap Allah swt.) yang tertanam di dalam hati dan diucapkan dengan lisan, dan diperlihatkan melalui amal perbuatan sehari-hari, yang sesuai dengan syariat Allah dan rasulNya.

Andaikan kita ingin membuktikan cinta kita pada orang yang kita cintai, apakah yang kita lakukan? Tentunya dengan mencari tahu apa yang diinginkannya. Kemudian kita akan melaksanakan keinginannya itu tanpa . Begitu pula bukti cinta kita kepada Allah, sangat bergantung pada apa keinginan Allah. Bukan bergantung pada keinginan kita atau masyarakat sekitar kita. Dalam hubungan cinta sesama insan, keinginan orang yang kita cintai belum tentu baik untuk kita. Tetapi keinginan Allah sudah pasti berbuah kebaikan untuk kita.

Bagaimana kita bisa tahu keinginan orang yang kita cintai? Tentu dari perkataannya. Keinginan Allah juga dapat kita ketahui dari firman-firman-Nya yang tertuang dalam Alqur’anul Karim. Seberapa jauh cinta seseorang kepada Allah sejauh itu pula cintanya kepada kalamNya.

Seperti yang disyairkan oleh Imam Ibnu Qoyyim Aljauziah berikut ini:

Jika kau mengaku mencintai-Ku

Mengapa kau hindari kitab-Ku?

Tidakkah kau mengangan-angankan kandungannya

Yang penuh kenikmatan

Keinginan Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah agar kita taat dalam melaksanakan perintahNya (Q.S. Ali Imran 31-32) yaitu menegakkan syariat Allah dan sunnah Rasulullah dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu kehidupan pribadi, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya. Semua itu tidak bisa kita pisahkan dari syariat Allah dan sunnah Rasulullah. Namun tidak jarang dalam menegakkan syariat Allah dan Rasul-Nya, kita sering mendapatkan hambatan. Bahkan dari kalangan umat Islam sendiri.

Beberapa contoh membuktikan hal itu. Masalah pemahaman agama, misalnya. Ketika seseorang ingin meluruskan pemahaman umat terhadap aqidah islam yang keliru seperti Syirik, Khurafat, Tahayul, dan bid’ah maka yang dihadapinya adalah penolakan dan pertentangan dari berbagai pihak. Baik dari teman, tetangga, lingkungan keluarga, bahkan dari kalangan yang mengaku kyai/ ulama. Padahal, orang itu meluruskan sesuai dengan petunjuk Allah swt. dan tuntunan Rasulullah saw.

Masih segar dalam ingatan bagaimana ketika umat islam melakukan aksi penolakan terhadap perkembangan aliran sesat Ahmadiyah di Indonesia. Apa yang terjadi? Para pembela agama Allah itu justru dijebloskan ke dalam penjara. Sedangkan pembelaan terhadap Ahmadiyah datang dari semua lapisan dan tokoh masyarakat. Bahkan seorang yang diakui sebagai Kyai besar, ikut membela Ahmadiyah.. Padahal, ia mengaku cinta Allah dan Rasulullah saw. Tapi kenyataannya ia lebih membela kemungkaran daripada yang ma’ruf. Mana bukti cintanya kepada Allah?

Fenomena lain yang terjadi di masyarakat kita sekarang, adalah para pelaku pornografi dan pornoaksi semakin merajalela. Undang-Undang Pornografi pun hanya menjadi bait-bait nyanyian nina bobo bagi para penentang pornografi dan pornoaksi. Tayangan berbau syirik di televisi semakin gencar dan bervariasi,. Homoseksual dan waria semakin mendapat tempat di masyarakat Bahkan cenderung mendapat dukungan. Fatwa-fatwa MUI pun bagai macan ompong. “Ga ngaruh” kata anak muda sekarang. Para kyai pun ternyata hanya bisa mengungkapkan keprihatinannya.

Anehnya, para ulama yang melakukan protes keras terhadap berbagai prilaku menyimpang itu, justru dicap munafik dan tidak mengerti seni. Masya Allah…! Sungguh ironis. Negara kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yang semestinya dapat menegakkan syariat Islam, tapi toh, tidak dapat berbuat apa-apa dalam menghadapi kemungkaran dan kemaksiatan. Sementara syair-syair cinta kepada Allah semakin sering didengungkan, tetapi mana buktinya?

Salah satu bukti cinta kita kepada Allah adalah membenci tatkala hak-hak Allah dan Rasul-Nya dilanggar. Namun , di masa kini banyak kaum intelek kita yang terkagum-kagum dengan pemikiran yang datang dari Barat. Kaum terpelajar, terutama yang pernah mengenyam pendidikan di negara-negara Barat termakan oleh paham-paham Liberalisme, Sekularisme, dan Pluralisme. Ancaman bencana besar bagi Islam, karena syariat Allah telah dikalahkan oleh pemikiran orang kafir yang jelas-jelas bertentangan. Kaum intelektual Islam yang seharusnya berpartisipasi dalam penegakkan syariat Islam, malah berpikiran nyeleneh dan melanggar hak-hak Allah. Mana bukti cinta mereka kepada Allah?

Untuk membuktikan cinta kita kepada Allah SWT, seharusnya kita membenci dan menolak paham-paham semacam itu demi tegaknya syariat Allah. Minimal kita tidak mengamini dan tidak memuji paham semacam itu. Seharusnyalah kita mengingkari pemahaman mereka itu.

Saat ini umat Islam tengah menghadapi cobaan besar dengan adanya pencitraburukan terhadap islam. Media massa seolah digiring untuk membentuk opini, bahwa Islam identik dengan kekerasan, kebrutalan dan terorisme. Hal ini tentu lebih berbahaya daripada menghadapi perang yang sesungguhnya. Akibat pencitraburukan tersebut, umat Islam yang awam semakin jauh dari tuntunan Islam yang murni. Akhirnya menjadi takut menampilkan identitas keislamannya. Bahkan ikut menghujat para penegak syariah sebagai biang terorisme. Tetapi, bagi orang mukmin yang cinta Allah, tidak akan terbawa arus opini publik yang menyesatkan itu. Mereka justru akan tampil sebagai pembela Islam dan teguh dalam keyakinan, bahwa Islam rahmatan lil alamin. Itulah bukti cinta kepada Allah.

Bukti cinta kita yang paling tinggi adalah jihad fi sabilillah, yaitu berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ridha Allah swt. Dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa, sebagaimana tertuang dalam firman Allah surat Al Hujurat ayat 15:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.”(Q.S. Al Hujurat: 15)

Dalam sebuah riwayat yang diterangkan, bahwa seorang sahabat yang bernama Abu Dzarr ra. Bertanya kepada Rasulullah. “Ya Rasulullah, amal apakah yang paling utama?” Lalu Rasulullah menjawab, “Iman kepada Allah dan berjihad fi sabilillah”.(H.R. Bukhari-Muslim)

Ketika kita membuktikan cinta kepada sesama insan, terkadang tidak dibalas sesuai dengan yang kita harapkan. Tetapi, membuktikan cinta kepada Allah pasti mendapat balasan yang lebih dari apa yang kita harapkan. Janji Allah terhadap orang yang membuktikan cinta kepada-Nya adalah akan mendapat pertolongan, kasih sayang, dan ampunan Allah, serta meninggikan derajat kita di dunia dan kelak akan ditempatkan di dalam surgaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar