Jumat, 26 Februari 2010

Pentingnya Fokus dalam Hidupmu



Pentingnya Fokus dalam Hidupmu
Ditulis oleh Administrator
Monday, 01 February 2010

Toni namanya. Ia adalah anak desa. Tapi jangan tanya kecerdasannya. Ia termasuk salah seorang siswa yang keterima di sebuah SMA favorit. Di SMA itu pun ia bukan anak yang biasa-biasa saja. Ia tetap saja menjadi bintang kelas bahkan bintang sekolah. Nilai pelajaran eksakta-nya selalu top.
Ia juga bukan hanya yahud di atas kertas. Aktivitasnya pun oke punya. Ia pegang jabatan sebagai ketua kerohanian Islam di sekolahnya. Pelajaran oke, organisasi pun bagus.
Sewaktu naik ke kelas XII, Toni masih menampakkan kecemerlangannya. Ia tetap saja menjadi siswa yang berprestasi. Nilai ujian nasionalnya sangat huebat. Untuk mata pelajaran eksakta dan matematika, hanya nilai 10 dan 9 yang ia dapatkan.

Tapi Toni bikin kaget hampir seluruh sekolah. Guru-gurunya gusar. Toni kepingin banget kalau lulus SMA nanti mau melanjutkan ke pondok pesantren. Di sana ia mau belajar bahasa Arab. Trus, setelah itu ia mau menembus ujian masuk Universitas Islam Madinah.
Cita-citanya yang nggak serupa dengan kebanyakan temannya itu bikin tanda tanya banyak orang. Ia pun diinterogasi pihak sekolah dengan cita-citanya yang ‘aneh’ itu. Tapi Toni tak bergeming. Ia tetap berpegang teguh dengan apa yang menjadi tujuannya.
Selepas SMA, Toni bener-bener ke pondok pesantren untuk belajar bahasa Arab. Ia menyelesaikan hal itu dengan baik. Ia pun mendaftar ujian masuk Universitas Islam Madinah. Segala puji bagi Allah, ia keterima. Saat ini, Toni sedang menyelesaikan pendidikan strata duanya di universitas yang sama.

Ada kisah lain lagi. Hasan namanya. Ia juga merupakan anak yang cerdas. Hampir semua nilai pelajarannya selalu dapat nilai bagus; entah yang eksakta maupun non eksakta. Sewaktu SMP dan SMA, juara sekolah selalu dipegangnya.
Pada suatu waktu, karena kebijakan sistem pendidikan nasional, semua siswa SMA harus memilih antara jurusan eksakta, non eksakta, atau bahasa. Hasan termasuk siswa yang dihadapkan pada pilihan ini.
Berbekal nilai-nilainya yang sangat yahud, Hasan bisa saja memilih jurusan eksakta yang konon katanya sulit dengan mudah dan melenggang santai memasukinya. Tapi Hasan adalah Hasan. Ia memilih jurusan non eksakta. Guru-guru pun kebingungan dengan pilihan Hasan ini. Seperti Toni, Hasan pun dipanggil para guru gara-gara pilihannya ini. Intermezzo: aneh ya, siswa disuruh memilih. Setelah memilih malah ditanyain kenapa milih itu?
Hasan tetep kekeuh dengan pilihannya. Setelah lulus SMA pun, ia melanjutkan pendidikannya di jurusan non eksakta. Sekarang Hasan sudah mengajar sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi negeri ternama. Konon ia juga sedang menempuh pendidikan doktornya.
Ada juga kisah tentang Wawan. Ia juga merupakan siswa berprestasi. Sejak SD ia juga selalu menjadi bintang sekolah, begitu pun SMP dan SMA. Sewaktu lulus SMA, ia masuk di sebuah jurusan teknik universitas negeri ternama. Setelah setahun mencicipi bangku di kuliahnya tersebut, ternyata Wawan cabut diri. Ia mengikuti SPMB lagi dan keterima di sebuah jurusan favorit sebuah institut teknik ternama. Setahun kemudian, saya pun mendengar berita lagi: ia juga cabut dari institut itu dan mendaftar SPMB lagi. Beberapa saat kemudian saya sudah tidak mendengar cerita tentang dirinya lagi. Hanya Allah yang tahu di mana akhirnya Wawan melanjutkan menuntut ilmu.

www.majalahelfata.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar