Rabu, 24 Februari 2010

Seuntai Surat Teruntuk Saudari2ku Tercinta.......

Saudariku,
Mungkin aku memang tak romantis, tapi siapa peduli!
Karena toh kau tak mengenalku dan memang tak perlu mengenalku
Bagiku kau bukan bunga, tak mampu aku samakanmu dengan bunga-bunga terindah dan terharum sekalipun
Bagiku manusia adalah mahluk terindah, tersempurna dan tertinggi
Bagiku dirimu salah satu manusia terindah, tersempurna, tertinggi … karena kau tak membutuhkan persamaan

Saudariku,
Jangan biarkan aku menatapmu penuh, karena itu akan membuatku mengingatmu
Berarti … memenuhi kepalaku dengan inginkanmu
Berimbasnya dengan tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku
Membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa sesemangat mentari
Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh lumpur … karena dirimu terlalu suci untuk itu

Saudariku,
Berdua habiskan waktu denganmu bagaikan mimpi tak berujung
Ada ingin tapi tak ada henti
Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun tak berani kusentuh
Jangan pernah kalah oleh mimpi dan inginku karena sucimu, indahmu kau pertaruhkan
Mungkin kau tak peduli, tapi kau hanya akan menjadi wanita biasa dihadapanku bila kau kalah …
Ya … tak lebih dari wanita biasa

Saudariku,
Jangan pernah kau tatap diriku penuh, bahkan tak perlu kau lirikkan matamu untuk melihatku
Bukan karena aku terlalu indah … tapi lebih karena aku adalah seorang manipulator
Aku bisa memakaikan topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas
Meniru laku para rahib, meski hatiku lebih kotor dari kubangan Lumpur
Kau memang suci, tetapi masih sangat mungkin kau termanipulasi,
Karena kau toh hanya manusia biasa-hanya wanita, meskipun kau adalah wanita suci

Saudariku,
Beri dia sepenuh diri sang lelaki suci yang dengan sepenuh diri bawamu pada Tuhan
Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam kitab suci, dan tak perlu kau pikirkan lagi
Tunggu sang lelaki suci menjemputmu dalam rangkaian khitbah dan akad
Atau kejar sang lelaki suci itu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah
Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci

Saudariku,
Bariskan harapmu pada barisan istikharah sepenuh arti ikhlas
Relakan Tuhan pilihkan lelaki suci bagimu, mungkin sekarang … atau nanti … bahkan tak kan ada sampai kau mati
Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di alam permainan saat ini
Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu yang kau bangun dengan kekhusyu’an ibadah

Saudariku,
Pilihan Tuhan tak selalu seindah inginmu, tapi itulah pilihan-Nya
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Tuhan
Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki terpilih itu, melainkan ada pada jalan yang kau pilih,
Seperti kisah seorang wanita suci di masa lalu
Yang meminta keislaman sebagai mahar pernikahan
Atau kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi
Kekasih tempat kita (seharusnya) memberikan semua cinta dan menerima cinta tak terhingga dalam tiap detik kehidupan kita...


Dalam perjalanannya mencari cahaya Rabb -nya, berkali ia terjatuh diuji dengan cobaan. Kali ini pun ujian itu kembali menghampirinya… Rindu itu semakin memerah seperti senja, menyeruak perlahan memenuhi sisi hatinya. Tetes-tetes air mata kembali tumpah membasahi sajadah sujudnya, betapa beratnya memendam rasa yang tak pernah dapat diungkapkan. Lebih banyak lagi air mata yang tersembunyi, menggoreskan luka yang dalam. Kata-kata kasih itu tersimpan rapi di hati, hanya dia dan Tuhannya yang tau. Betapa ia amat berharap sebuah pertemuan, yang bisa mendamaikan resah hatinya selama ini. Pertemuan yang menuntaskan bulir-bulir kerinduan yang menyakitkan tapi penuh pesona.

Namun kesadarannya selalu menyertai saat kerinduan itu datang, bahwa cinta tak menghendaki penghambaan dan pemujaan sesama hamba. Akan ada saatnya harus berhenti mencintai seseorang, ketika cinta itu sudah merasuk memenuhi hatinya dan tak menyisakan tempat bahkan bagi Tuhannya. Ada cinta sejati yang seharusnya diperjuangkan, meski ia berjalan bersama benih-benih pedih penuh bahagia. Cinta Rabb-nya, yang menghapuskan pedih, yang selalu berbalas bahkan dengan volume cinta yang lebih besar tak terbandingkan.

Harapan itu masih ada sampai saat ini, terkadang muncul bersama serpihan rindu yang datang tanpa permisi. Jika pun kemudian cinta itu tak berujung, harapan itu tak berjawab, maka ia telah bersiap untuk membebaskan hatinya. Terbang lepas, mencoba menegakkan kembali sayap hatinya, mengugurkan daun-daun kasih yang tak seharusnya ada. Berupaya menjadi kekasih sejati yang mempersembahkan cinta sejati untuk Sang Pemilik Cinta. Menyalakan lilin cinta yang harus terjaga karena-Nya, yang menjadi cahaya bagi jiwanya dalam menjaga kesuciannya.

Teringat pada sebuah doa yang pernah didengarnya…
“Ya Allah jika aku jatuh cinta..Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya padaMu, agar tumbuh kekuatan untukku mencintaiMu”.

sumber: http://langitrindu.blogspot.com/2009/08/mengharap-sebuah-pertemuan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar