Sabtu, 06 Februari 2010

WASPADAI BUJUKAN BERBISA

WASPADAI BUJUKAN BERBISA

Sejak dahulu ajaran agama ini selalu mendapat perlawanan aktif dari para penentangnya. Bentuknya bermacam-macam, mulai sekedar mencibir, mengolok-olok, mengadu domba, sampai kepada menantang secara terang terangan akan kekuasaan Allah SWT. Mereka telah berani menggoyang 'wilayah' kekuasaan Allah dengan berbagai cara yang diakal-akali (na'udzubillah).

Kelompok yang masuk kategori terakhir ini belakangan semakin aktif dengan memasuki jaring-jaring ilmiah. Ilmu dan teknologi di zaman ini telah dimanfaatkan pula untuk kepentingan-kepentingan itu. Keilmuan telah mereka pergunakan sedemikian rupa untuk melakukan missi pengikisan tauhid dengan cara yang paling kontemporer, dengan langkah yang mudah dipahami oleh manusia yang kini hidup di zaman global.

dahulu ketika komputer hadir untuk pertama kali, masyarakat awam sempat dibuat terperangah. Perangkat lunak yang sekarang telah dikenal luas di tengah masyarakat itu konon akan pandai membaca nasib manusia. Menerjemahkan nasibnya di hari esok. Dengan memainkan keyboard, manusia bisa memprediksi masa depannya. Bahkan jodoh dan peluang-peluang bisnis yang akan menguntungkan sudah tergambar di sana.

Bagaimanakah kenyataan yang terjadi selanjutnya? Komputer yang menawarkan program ramalan-ramalan seperti itu kini malah menjadi barang cibiran. Setidaknya program ramalan seperti itu lebih terkesan sebagai bagian dari program dusta. Hanya pembote saja, istilah anak sekarang.

Memang untuk kepentingan-kepentingan menyelesaikan persoalan sesuai dengan bidangnya, komputer menjadi jago. Bahkan juara dunia catur berkali-kali Garry kasparov-pun akhirnya ditundukkan oleh Deep Blue-nya IBM. Tetapi untuk sesuatu yang tidak menjadi bagiannya, maka komputer tidak bisa melakukan apa-apa.

Perhitungan-perhitungan manusia yang dibantu komputerpun tetap tidak bisa menjamin hasil akan sesuai dengan prediksi awal. Betapa sering terjadi kecelakaan pesawat terbang, misalnya. Sekalipun sejak berangkat pesawat dinyatakan sehat. Kejadian-kejadian di luar jangkauan manusia itu bisa saja terjadi secara tiba-tiba. Terlalu banyak hal yang bisa menjadi penyebabnya, yang kadang untuk gampangnya disebut sebagai 'faktor X'. Faktor-faktor XYZ itu sebenarnya merupakan peringatan bagi manusia, bahwa masih ada kekuasaan di atas kekuasaan mereka. Itulah kekusaan Allah SWT.

Tetapi manusia-manusia yang hadir ke dunia membawa missi kerusakan, sekalipun sadar akan adanya kekuasaan di atas yang nampak, tetap berupaya mengesankannya tidak ada. Mereka terus mengotak-atik agar umat beragama menjadi ragu. sampai-sampai ada yang menyatakan, bahwa Laut Merah terbelah bukan oleh tongkat Nabi Musa, melainkan karena adanya lintasan benda angkasa yang kebetulan lewat persis di atasnya, bertepatan dengan momen Musa dikejar Fir'aun.

Manusia dibuat lupa terhadap firman Allah: "Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberi rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali)". (Q. 30: 40)

Tidak Henti Berfikir.

Para penentang agama tidak henti-hentinya melakukan upaya perongrongan. Bahkan mereka bekerja sangat keras tidak kenal berhenti. Kalau kita memanfaatkan waktu hanya 8 sampai 12 jam sehari untuk bekerja, mereka menganggap waktu yang 24 jam itu tidak cukup untuk mewujudkan keinginannya.

Waktu sehari bagi mereka sangatlah sempit. Diantaranya mereka bahkan bangga memperoleh gelar sebagai penggilan kerja (workaholik). Kerja adalah segala-galanya. Bahkan mereka cenderung telah mengubah tanggungjawab kerja menjadi ideologinya, menjadi tuhannya.

Dan kini mereka kembali melempar isu bahwa jiwa (ruh) manusia juga mulai dapat ditebak kapan berakhirnya. Kematian bukan lagi rahasia Tuhan. Dengan teknologi mereka seolah hendak berolok-olok tentang Tuhan. Ayat ini hendak dikaburkannya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh adalah urusan Tuhanku. dan tidaklah manusia diberi ilmu, kecuali amat sedikit'" (Q. 17:85)

File data tentang ruh milik Tuhan seolah telah mereka curi, kemudia dengan lantang mereka memproklamirkannya. Dengan bahasa keangkuhan mereka tertawa sambil menepuk dada yang penuh kedustaan. Bahwa Tuhan telah mati bersama mitos-mitos sesembahan selama ini.

Melalui itu mereka menginginkan kaum muslimin secara peerlahan-lahan mengubah keyakinannya. Setidaknya sasaran yang paling mudah disentuh adalah kalangan remaja muslim yang jumlahnya makin banyak di negeri ini. Merekalah ladang yang subur untuk menanam benih pemurtadan. Usia pertumbuhan mereka sangat rentan terhadap rumor-rumor ideologi yang menyimpang itu.

Melalui konser musik keras sebagai ciri khas produk lingkungan yang semakin keras, telah lahir untaian-untaian syair yang tidak kalah gamangnya dalam mendiskritkan Tuhan.

Kita pasti menikmati neraka
Tidak ada sisa yang tersembunyi
Bunuhlah dirimu dengan belati suci
Jika kau ingin pergi ke sana
Janganlah khawatir terhadap agama
Buanglah Tuhan bangsatmu itu
Waspadalah selamanya terhadap surga.

Syair-syair begini terdengar di kalangan sekelompok remaja di kota-kota di Indonesia. Mereka mendendangkannya penuh khidmat dengan dilengkapi seragam dan acara ritual, membakar kemenyan dan mengenakan pakaian serba hitam. Mereka hendak memanggil syetan sebagai tanda sahabat. Tidak ada Tuhan, yang ada hanya syetan, kata mereka. Sungguh tragis apa yang telah mereka lakukan itu.

Anak-anak muda itu telah termakan isu syetan. Telah terjerat bujuk rayunya. Mereka telah dibikin lupa oleh syetan tentang jati diri yang sebenarnya sebagai makhluk bertuhan. "Syetan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah," firman Allah dalam surah al-Mujaadillah: 19. Dalam ayat lain disebutkan: "Dan jika syetan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini) maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu...." (Q. 6:68)

Tidak ada yang dapat menikmati untaian syair tersebut dengan perasaan nikmat, selain mereka yang sudah kesyetanan. Semakin ngawur maknanya, akan semakin membuat mereka berbunga-bunga. Girang dan tawa riang menjadi ciri khasnya. Berjingkrak dan berhura-hura menjadi penyedapnya. Fisik dan jiwa mereka sdah dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh syetan yang bersemayam dalam hati dan pikirannya.

Sungguh sedikit sebenarnya ilmu yang dimiliki manusia. Karena sedikitnya manusia sering dibuat pusing oleh masalah yang diciptakannya sendiri. Tidak jarang manusia dibuat pusing tujuh keliling dengan masalah yang sangatlah sederhana, misalnya menyangkut kebutuhan hidupnya.

Namun sering dengan itu, bila manusia menemukan sesuatu, melahirkan gagasan tertentu, tiba-tiba ia akan tampil sebagai tuhan, sebagai makhluk yang superior. Seolah-olah dirinyalah yang terbesar, terbaik dan termulia.

Mereka, para perongrong ajaran aqidah sering melewati celah ini untuk menggoda agar kaum muslimin meninggalkan pos keyakinannya. Bahwa manusia memang besar, serba bisa. Sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, pernyataan yang penuh 'bisa' ini diharapkan membuat kaum muslimin lengah dan lepas dari keyakinannya.

Mengahadapi hal yang seperti ini, kita hendaklah kembali ke jalan yang lurus, seperti apa yang diingatkan Allah SWT kepada kit, "Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zhalim." (Q. 2:145).

Wa Allahu al-A’lam bi al-Shawab.
Semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar