Selasa, 02 Maret 2010

Berdoalah, Anak Muda!



Berdoa mempunyai tujuan-tujuan yang bukan saja bersifat ukhrawi, melainkan juga duniawi. Itu karena doa bukan untuk kepentingan Allah melainkan untuk manusia itu sendiri. Kalaupun kita berdoa untuk memohon segala 'sesuatu yang kita butuhkan', 'yang kita citakan' ataupun hanya sebagai 'penentram diri', namun doa mempunyai beberapa faidah yang tak terhingga.

Syekh Sayyid Tantawi, Grand Sheikh Al-Azhar di Mesir, merangkum manfaat doa itu dalam tiga poin:

Pertama,
doa berfungsi untuk menunjukkan keagungan Allah swt kepada hamba-hambaNya yang lemah. Dengan doa, manusia menyadari bahwa hanya Allah yang memberinya nikmat, menerima taubat, dan yang memperkenankan doa-doanya. (QS. An Naml [27]: 62).

Tak satupun anugerah melainkan dari Allah yang membukakan pintu harap bagi hamba-Nya yang berlumur dosa sehingga dirinya tidak berputusasa. Allah swt berjanji akan selalu mengabulkan doa hamba-hambaNya. "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu". (QS Ghafir [40]: 60)

Janji ini merupakan tahrid (dorongan) agar kita segera beramal shalih, dan tarbiyah (edukasi) agar kita mengakui nikmat Allah sehingga jiwa kita terlatih mensyukuri nikmat. Rasa syukur itu pula yang mendorongnya untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah.

Kedua,
doa mendidik kita supaya malu kepada Allah. Sebab manakala kita tahu bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa, seharusnya jangan mengingkari segala nikmat-Nya.
Bahkan manakala manusia sudah memiliki iman yang kuat sekalipun, sepantasnya ia lebih banyak bersyukur. Sikap nabi Sulaiman a.s barangkali bisa dicontoh. Kala itu beliau berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." (QS. An Naml [27]: 35).

Ternyata Allah mengabulkan. Lalu nabi Sulaiman menantang seluruh makhluk siapa yang mampu memindahkan singgasana Balqis ke hadapannya. Salah satu ifrit yang tunduk pada perintah nabi Sulaiman berkata: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungnguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya, lagi dapat dipercaya". (QS. An Naml [27]: 39).

Ternyata benar, ifrit itu datang membawa singgasana Balqis dari Saba (Yaman) ke Syria tidak kurang dari kedipan mata. Menyaksikan nikmat yang ada di depan matanya, nabi Sulaiman lantas berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An Naml [27]: 40).

Ketiga,
untuk mengalihkan hiruk-pikuk kehidupan dunia ke mihrab tafakur dan kekudusan munajat, memutuskan syahwat duniawi yang fana menuju ketenangan hati dan ketentraman jiwa.

Wallahu a'lam.
(Taufiq Munir )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar