Senin, 22 Maret 2010

Pengajian Ahad Pagi : Yang Haq itu Muncul, yang Bathil akan Hilang


"Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS Mujaadilah 7) 

Dalam beragama, hanya ada dua jawaban saja : ya atau tidak, iman atau kafir. Islam tidak pernah mengajarkan pada ummatnya untuk ajur ajer, karena ajur ajer adalah ciri orang munafiq, yakni orang yang tidak punya pendirian. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS Al Hujuraat 15)

Sebagai orang yang beriman, haruslah benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tiada keraguan akan hari pembalasan itu, dan dia harus berjuang menegakkan agama Allah. Tidak ada ketakutan sedikitpun, sekalipun dicela orang. Karena, dalam mengamalkan kebenaran, orang yang beriman haruslah tidak takut dengan manusia (karena perkewuh), melainkan ia harus takut kepada Allah.

Maka dari itu, suarakan yang haq (kebenaran). Jika yang haq itu muncul, maka yang bathil akan hilang, akan sirna. Syaratnya sirna, adalah dengan memunculkan yang haq . Mulailah dari diri kita, keluarga, kerabat, tetangga dan kemudian akan meluas, sehingga perlahan yang haq akan muncul melalui generasi penerus yang akan menegakkan agama Allah.

Allah berfirman, "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan." (QS Ar Ra'du 17) 

Demikianlah perumpamaan yang haq dengan yang bathil itu. Untuk memunculkan yang haq ini, salah satunya adalah dengan mengaji. Karena dengan mengajilah, akan mendapat pencerahan itu, yang akan mengeluarkan kita dari gelap gulita ke jalan yang terang.

Meskipun mendapat celaan dari orang, tak akan goyah dengan segala rintangan ini. Karena Nabi Saw tidak pernah mengajarkan pada ummatnya untuk berlaku setengah-setengah . Islam haruslah tegas, tidak mau kompromi dengan kekafiran. Sekalipun pada bapak, saudara, atau kerabat kita sendiri.

Sebagaimana firman Allah, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS At Taubah 23)

Oleh karena itu, seorang mu'min haruslah merasa bangga melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, sekalipun dicela orang. Sebaliknya, dia tidak akan merasa bangga bila menjauhi perintah Allah dan melanggar larangan Allah, sekalipun orang memujinya. Janganlah kepincut dengan pujian orang. Apalah arti pujian orang, jika jalan yang diambil justru akan menyesatkan kita.

Pujian itu hanyalah dari-Nya. Untuk itulah, orang yang beriman harus senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya hanya semata-mata mengharap ridha dari-Nya. [ntz]

*Dari isian pengajian Ahad Pagi, edisi 14 Maret 2010/28 Rabiul Awwal 1431 H, yang disampaikan oleh Al-Ustadz Drs.Ahmad Sukina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar