Selasa, 13 April 2010

Cinta abadi

cinta abadi cinta yg tetap ada walaupun kita telah tiada

sebagai tanda cinta, seorang ayah tentu akan memberikan yg terbaik bagi keluarganya, untuk hari ini besok maupun nanti ketika dia telah tiada. ini adalah cinta abadi.
untuk merealisasikan hal itu, seorang ayah kadang mempersiapkan warisan yg sudah diperkirakan bahwa ketika nanti dia telah tiada maka warisan itu tetap bisa menjamin kebutuhan keluarganya kelak, agar keluarganya tidak meminta minta atau sengsara sepeninggalnya, apalagi jika anak-anak yang ditinggalkannya masih kecil-kecil. kadang peninggalan itu berupa tanah,rumah, tabungan, deposito, perusahaan, dll
“Dan hendaklah takut (cemas) orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap keadaan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” [QS. An-Nisa (4): 9]

salah satu hikmah dari ayat diatas yang tentunya banyak makna dan pengertian, namun kita bisa menarik satu pelajaran yaitu pelajaran tentang cinta abadi, cinta seorang ayah yg tetap ada kepada keluarganya sekalipun ia telah tiada di alam dunia ini,

Allah Maha Cinta kepada hambanya, karena cinta itulah maka dikirimkanlah ke bumi ini utusan2an-Nya untuk membimbing manusia agar selamat menjalani kehidupannya. bentuk cinta Allah itu berwujud orang-orang pilihan yang kita kenal sebagai Nabi dan Rasul, lantas bagaimanakah jika cintanya itu (nabi) telah tiada dimuka bumi, maka akan diturunkan nabi yang lain begitu seterusnya, lantas bagaimana jika telah tertutup pintu kenabian? apakah telah tertutup pintu Cinta Allah kepada manusia?

jika seorang ayah yg memiliki cinta abadi selayaknya meninggalkan warisan berharga yg senilai dengan dirinya atau lebih, tdk mungkin kurang dari itu.

contoh semasa hidupnya seorang ayah biasa membutuhkan Rp50.000 perhari dalam menafkahi keluarganya, Rp50.000 ini akan dia usahakan selalu ada untuk memenuhi standar hidup keluarganya, maka seorang ayah yg bijak akan menghitung
50000x30 hari=Rp.1500000 dalam sebulan
1500000x12=Rp.1800000 dalam setahun
jika kelak dia meninggal tiba-tiba setidaknya dia sudah harus mempersiapkan tabungan yang kelak dibutuhkan keluarganya agar tidak sengsara, tidak mungkin dengan standar 50.000/hari karena kebutuhan hidup selalu meningkat maka seorang ayah yg bijak akan memberikan standar diatasnya yaitu contoh: Rp.100.000 perhari dengan asumsi jika hari ini dia meninggal dan jika anaknya masih kecil-kecil yang masih membutuhkan biaya sampai usia 25 tahun kelak, maka dibutuhkan dana yang selayaknya bisa dipakai sampai lebih dari 25 tahun, karena siapa tau anaknya kelak blm mampu mandiri sehingga paling tidak dana yg dipersiapkan adalah dana yg bisa dipakai sampai 50 tahun. sehingga
100000x30= 3000000
3000000x12=36juta
36 juta x 50 tahun=1.8 Milyar yang mesti dia persiapkan hari ini untuk berjaga-jaga siapa tau dia besok dipanggil. ini adalah harga ekonomi seorang ayah,

lantas bagaimanakah dengan Allah? guru dari cinta abadi? ketika bentuk cintanya kepada manusia (nabi) telah tiada? maka tentu akan diturunkan nabi yang setara atau lebih, tidak mungkin kurang dari itu, karena perkembangan manusia selalu meningkat dan kebutuhan akan petunjuk-pun semakin meningkat pula,
lantas bagaimankah ketika Manusia sempurna seperti Nabi Muhammad telah tiada? apakah Allah akan menggantikannya kurang dari sosok nabi? tidak mungkin karena akan sangat tidak bijaksana, sedangkan Allah Maha Bijaksana, melebihi jutaan bahkan milyaran kali dari kebijaksanaan seorang Ayah kpd keluargaya.
jika seorang Ayah yg bijak bisa memikirkan hal diatas, lantas bgmn dgn Allah? apakah dia hanya akan meninggalkan Ulama pada ummat ini? manusia yg standarnya tdk bisa disamakan dgn Rasul? setidaknya harus sama karena tidak ada yang bisa melebihi Rasulullah,
ketika ummat terdahulu kehilangan Nabi maka Allah gantikan dengan Nabi yang setara atau lebih, tdk pernah kurang dari standar itu, lantas mengapa kita bisa yakin bahwa Allah tidak meninggalkan siapapun untuk ummat ini selain Ulama yg standartnya sangat kurang dari Rasulullah? apalagi mau dibandingkan dengan Rasulullah? dan apakah Allah hanya akan memberikan satu pengganti? tentu tidak! karena kebutuhan manusia tidak sampai hari ini saja, melainkan untuk besok, lusa, dan seterusnya sampai hari kiamat, lantas siapakah pengganti itu yang standartnya sama dengan Rasulullah? yang kwalitas standartnya bisa tetap sama pada setiap sosok yang menggantikannya hingga akhir zaman? yang tetap terjaga kualitasnya? apakah mungkin mungkin ulama? karena setiap ulama selalu datang dan pergi dgn kontroversinya sendiri-sendiri contoh afwan antara maliki dan hanafi yg satu mengutamakan akal dan yang satu mengutamakan nash, tingkat makomnya tidak dpt dipastikan antara satu dengan yang lainnya, ini tdk memenuhi standart kwalitas Rasullah, lantas bagaimana mungkin Allah memberikan pada ummat ini pengganti Rasulullah seorang Ulama sebagai bukti cinta abadi? inilah satu keheranan yang mesti mendapat jawaban, adakah yang bisa menjawabnya?
ada dua tawaran dalam menjawab pertanyaan diatas
1.Jawaban dari syiah: yang meyakini kwalitas Imam Ahlul Bait a.s, setara dengan Rasulullah SAAW untuk jawaban ini silakan lacak sendiri sebagai bagian dari mujahadah kita.

2.Jawaban dari sunni: yang meyakini kwalitas setiap orang sama di Mata Tuhan yang membedakan hanyalah Taqwa, apakah sama manusia biasa dengan Rasulullah? sehingga bisa disetarakan? jika bisa mengapa tidak sejak dulu (sejak zaman sebelum islam datang) saja Allah menggantikan Nabi dengan ulama? tapi mengapa nabi yg telah tiada akan digantikan lagi dengan nabi yg lain yang setara dlm kwalitas maupun yang lebih? untuk jawaban ini silakan lacak sendiri sebagai bagian dari mujahadah kita.
yg termasuk dlm jawaban ini ialah turunan dari sunni seperti wahabi,islam jamaah dll

selamat mencari..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar