Minggu, 11 April 2010

"Pengalaman Mengajarkan Batita Membaca"

http://www.facebook.com/profile.php?v=wall&story_fbid=112929625398386&id=633084064&ref=mf#!/note.php?note_id=384054671767&id=100000063039143&ref=mf

Temans, setiap anak itu unik. Setiap anak berbeda, bahkan si kembar sekalipun. Kita tak layak membandingkan kelebihan dan kekurangan anak yang satu dengan yang lainya, termasuk membandingkan antara kakak dan adik. Yang perlu kita lakukan adalah menginventarisir dan terus mengali potensi anak, memberikanya ruang dan waktu untuk bermain, memfasilitasinya untuk terus berimajinasi, bergerak, kreatif, anallisis, dan menghasilkan karya.

Tidak ada yang benar di dunia ini kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Manusia selalu memiliki pandangan yang berbeda karena melihat sesuatu juga dari sudut yang berbeda. Saya selalu belajar untuk memahami perbedaan-perbedaan itu sebagai bagian dari proses pendewasaan. Sepanjang anak interes, dia suka, tidak bertentangan dengan agama, tidak menyalahi undang-undang, tidak menyalahi adat dan norma kita boleh melakukan apa yang menurut kita baik dalam mendidik dan menyayangi anak-anak kita......

Glenn Doman termasuk pengagas mengajarkan anak membaca sedini mungkin. Tidak sedikit psikolog yang menentangnya. Makanya saya berpendapat yang benar itu hanya Allah subhanahu Wa Ta'ala. Saya di tengah-tengah. Saya tetap berpatokan dari anaknya. Jika anak interes membaca, menyukai dongeng, menjadikan buku sebagai bagian dari mainanya, kita wajib memfasilitasi anak terhadap kebutuhannya itu sebagai bagian dari bermain, berimajinasi, bergerak, menganalisis dan tentunya membuat karya apa saja dari apa yang ia ketahui dari buku.

Alhamdulillah anak pertama saya bisa baca usia 3 tahun 9 bulan, hampir bersamaan lulus iqro 1. Bulan Mei tahun ini usianya genap 4 tahun. Dia belum sekolah, kegiatanya sehari-hari bersama adiknya hanya di rumah. Bermain, mengunting, menulis, mewarnai, main tangram, membangun balok, main cheeky, membaca, main sepeda, nonton jalan sesama, bocah ptualang, jim jam, ngaji, main game bobi bola, nonton brainy baby, kadang berantem sama adiknya, sekali-kali bantuin bunda masak dll khas anak kecil. Gak ada yang istimewa, sama seperti anak-anak pada umumnya...Siapa gurunya? Gurunya Bunda dan Abi........:)

Gimana caranya mengajari anak membaca? Pertanyaan ini yang mungkin ditunggu-tunggu. Ada 3 faktor yang menyebabkan anak cenderung terhadap sesuatu. 1 karena Gen alias bawaan dari sononya. 2 Lingkunganya, dan 3 makanan yang dikonsumsinya.

Saya mellihat Khonsa menyukai membaca karena lingkungan. Waktu dia lahir saya sedang menyelesaikan program doktor. Kegiatan saya sehari-hari ya membaca jurnal, buku dll. Kami tidak punya properti yang berarti kecuali buku. Ketika matanya baru terbuka yang dia lihat sekelilingya buku......

Anak-anak tak pernah kami belikan fashion (baju, sepatu dll) yang harganya lebih dari 50 ribu. Tapi kami berani investasi buku yang harga satu setnya lebih dari 2 juta. jadilah banyak buku dari pada fashion yang dimilikinya.

Cara yang saya lakukan:
1. Menyediakan buku (sebaiknya yang tebal agar tidak mudah robek) sejak newborn, kemudian membacakan or mendongengkanya. Dia membolak-balik buku, kadang meniduri, membanting, merobek (buku yang tipis). Ketika dia membuka ada gambar gajah, saya mengatakan "Ini gajah Nak, gajah besar" Apa saja yang ada di gambar saya jelaskan, bla bla....ibu harus lebih hebat dari artis yang bisa berimprovisasi, bisa benyanyi, bisa mendongeng..

2. saya membeli banyak macam flashcard. Ada angka, bentuk, gambar binatang (huruf tidak) termasuk flaschcardnya glenn doman (walau bukan yang asli, mahal banget sih.). Semua itu adalah bagian dari mainannya. Saya tidak seketat glenn doman, kalo anaknya mau main kartu ya main, kalo nggak, sehari bisa sama sekali tidak main kartu.

3. Nah ini yang terpenting. Waktu itu setiap malam saya ngajar anak-anak tetangga (sekitar 20-an) ngaji iqro dan al-quran di rumah kami. Ada juga ngajar anak kelas 1 SD membaca karena mereka belum bisa membaca. Kadang saya mendonggeng, mengajarkan nyanyi (kayak TK). Tidak saja sebagai tempat ngaji, rumah kami juga menjadi taman baca anak-anak tetangga. Saya mengaggap aktivitas inilah yang membuat Khonsa menjadi gemar membaca dan bisa iqro lebih cepat dari usianya. Bayangkan setiap hari dia mendengar riuh suara anak-anak ngaji. Dia liat setiap hari anak-anak membolak balik buku, membaca ayat dan doa-doa pendek, jadilah Khonsa menduplikasi kegitan itu lebih cepat tanpa dipaksa.....

4. Yang pastinya semua aktivitas itu adalah bagian dari bermainya. Kadang bangun tidur dia dah megang buku, mau tidur pegang buku lagi. Setelah dia mulai bisa membaca agak berkurang tugas saya membacakannya buku. Kalo nggak, waduh ampun deh tengah malam atau pagi buta sudah minta dibacakan buku. Kadang saya tidak bisa memenuhi permintaanya.....

5. Setiap anak unik dan tidak sama. Adiknya tidak demikian, sekarang 2,5 tahun belum bisa saya targetkan umur berapa dia bisa membaca. Mungkin suasana seperti di Bandung dulu juga sudah tidak ada. Rumah sepi.

Adiknya senangnya masih dibacakan atau didongengkan. Dia lebih interes kepada mobil. Diajak nyanyi mintanya nyanyi mobil. Jadilah saya pencipta lagu. Ngarang lagu yang ada mobilnya. "Mobilku ada lima, rupa-rupa warnanya.." Lebih senang dibacakan buku yang ada gambar mobilnya. Pokoke semua mobil.....(padahal kami tidak punya mobil) Diajak ngitung sendok maunya ngitung mobil. Bukupun sering dianggapnya mobil.......itulah anak-anak...

Jika demikian uniknya anak kita, tegakah kita membiarkan potensinya terabaian begitu saja? Gali terus apa yang disukai anak kita. Jangan membebani mereka dengan hal-hal yang sulit. Porsi bermain seharusnya lebih diutamakan, tapi bukan bermain yang tidak bermakna. Jika kita bisa memasukkan nilai-nilai dalam permaninan itu kita mendapat 2 manfaat sekaligus......

Jangan pelit investasi buku untuk anak-anak kita. Buku adalah jendela ilmu. Membaca buku bukan berarti tidak bermain. Menjadikan kegiatan membaca buku seasik bermain itu akan memberi lebih banyak arti begi kehidupannya kelak.....

Semoga bermanfaat.

Dr. Yesi Elsandra
Ibu 2 anak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar