Selasa, 25 Mei 2010

KERJA KERAS

Allah Swt berfirman:
”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah engkau dimuka bumi. Dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak, supaya kalian beruntung.”(QS.Al-Jumu’ah:10)

Melalui ayat diatas, Allah Swt, memerintahkan kita untuk menjemput rezeki yang telah disediakan oleh-Nya demi kelangsungan hidup dimuka bumi ini. Rezeki, meski telah ditetapkan pendistribusiannya oleh Allah, tidak akan datang sendiri menghampiri kita tanpa ada usaha untuk menjemputnya. Perintah untuk bertebaran di muka bumi mencari rezeki Allah di butuhkan usaha maksimal, kerja keras disertai ketekunan dan sikap tawakal kepada-Nya.

Ajaran islam sangat menjunjung tinggi etos kerja. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda : ”Sesungguhnya bekerja, mencari rezeki yang halal, merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardhu.”(HR.Bukhari)

Apabila usaha mencari rezeki merupakan kewajiban seorang muslim setelah ibadah Fardhu, masihkah kita merasa menjadi Muslim yang baik bila dalam jiwa kita tersimpan sikap malas dan tidak mau berusaha ? Selayaknya setelah ibadah fardhu di tunaikan, kita tempah diri kita dengan cucuran keringat karena bekerja keras. Hanya dengancara inilah kita bisa bangga dan menunjukan kalau kita benar-benar seorang Muslim sejati.

Kerja keras untuk memenuhi kenutuhan hidup, selain menunjukan jiwa serta keperibadian seorang muslim yang lihur, juga merupakan salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kita.

Sebagai mana Rasulullah Saw bersabda :
”Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena kedua tangannya telah bekerja pada siang harinya, maka pada malam hari itu ia telah diampuni oleh Allah Ta’ala.”(HR.Ahmad)

Setiap orang berusaha mewujudkan ketenangan jiwa dalam hidupnya. Diantara ciri perilaku yang membantu mewujudkan tujuan itu adalah menciptakan keseimbangan antara bekerja, bersenang-senang, dan beraktivitas, baik di tengah keluarga maupun ketika berada dalam komunitas tertentu, baik di tempat kerja maupun di desa atau pun dikampung tempat tinggalnya. Titik tolaknya adalah menghormati diri sendiri dan keluarganya. Maju untuk hari esoak.

”Pekerjaanku adalah kekayaanku. Ia merupakan jaringan yang memperbarui kehidupanku. Pekerjaan adalah jenis, asal, dan sandaranku.”

Dengan demikian menjadi jelas, bahwa tidak ada ruang bagi sikap malas dalam tuntunan ajaran islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar