Jumat, 21 Mei 2010

MAMPUKAH KEMATIAN MEMBUAT MANUSIA BERPIKIR BAHWA DIRINYA LEMAH ? catatan : Catatan Muhammad Irmansyah Asy Syafi'i:

MAMPUKAH KEMATIAN MEMBUAT MANUSIA BERPIKIR BAHWA DIRINYA LEMAH ? dikutip dari kiriman fb :Catatan Muhammad Irmansyah Asy Syafi'i:

Sepanjang sejarah, manusia telah berhasil mengatasi berbagai masalah hidup
yang terkadang nampak berat. Namun kematian tetap merupakan sesuatu yang
tidak dapat dielakkan. Setiap yang hidup di muka bumi ini dengan tujuan apa
pun, pasti akan mati. Firman Allah SWT dalam Al Qur'an: "Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu, barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS Ali Imran [3:185])

Manusia hanya diberi usia tertentu dan kemudian akan mati. Ada yang mati
ketika masih muda, bahkan saat masih bayi. Ada yang melalui beberapa fase
dalam hidupnya dan menemui kematian setelah usianya bertahun-tahun.

Bahkan seorang manusia yang memiliki segalanya baik itu tanah, kekayaan,
kedudukan, popularitas, kemuliaan, kepercayaan maupun ketampanan tak akan
dapat menghindari kematian. Tanpa kecuali, semua manusia tak berdaya ketika
menghadapi datangnya kematian sebagai suatu kepastian. Ada fakta-fakta
tentang alam baka dan hari perhitungan, yang juga didukung oleh kesaksian
orang-orang yang hidup setelah mengalami kematian.

Kembalinya seseorang setelah dinyatakan mati secara medis (mati suri) telah
membawa orang yang mengalaminya melihat betapa tak berartinya tubuh manusia,
melalui fakta-fakta tertentu yang disaksikannya. Kematian yang dinyatakan
secara medis dan pemakaman akan menanti tiap-tiap kita, oleh karenanya
seharusnyalah kita merenungkannya.

Saat kematian terjadi, jiwa terpisah dengan raga meninggalkan tubuh yang
tanpa daya. Seperti halnya makhluk hidup yang mengganti kulit mereka, ia
meninggalkan kulit luarnya dan berproses menuju kehidupan sebenarnya.

Namun, cerita tentang tubuh manusia yang tetap tertinggal di dunia kadang
lebih penting, terutama apa saja yang terjadi dengan tubuh tersebut,
daripada mempertanyakan apa itu pantas terjadi pada tubuh manusia. Apakah
Anda pernah berpikir secara detail tentang apa yang terjadi pada tubuh
seseorang ketika ia mati?

Suatu saat kita akan mati. Mungkin dengan cara yang tidak pernah kita duga
sebelumnya. Mungkin saat di toko untuk membeli makanan, sebuah mobil
menabrak kita. Atau, penyakit yang sangat fatal mengakibatkan kematian kita.
Atau sederhananya jantung kita akan berhenti berdetak tanpa alasan apapun.

Detik-detik Kematian

Mulai detik itu, kita tak memiliki hubungan apapun dengan tubuh ini. Kita
akan menjadi "sendiri", sementara tubuh kita kemudian hanya akan menjadi
seonggok daging biasa. Setelah kematian, orang lain akan membawa tubuh kita.
Kemudian orang-orang akan menangis dan berkabung. Lalu tubuh tersebut akan
dibawa ke rumah mayat sekalipun di malam hari. Hari berikutnya kuburan
segera digali. Tubuh kita yang tak bernyawa kini sangat kaku, akan
dimandikan dengan air yang dingin. Sementara itu, tanda-tanda kematian
segera nampak di mana beberapa bagian tubuh mulai memucat.

Kemudian, mayat ini akan dibungkus dengan kain kafan dan diletakkan di peti
mayat. Mobil jenazah telah siap membawa peti tersebut, berjalan menuju ke
pemakaman, hidup seperti di jalanan. Ketika melihat mobil jenazah yang
lewat, beberapa orang akan nampak berkhidmat, tetapi kebanyakan berlalu
begitu saja dengan kesibukan mereka masing-masing. Setiba di pemakaman, peti
jenazah akan diusung oleh orang-orang yang mencintai kita atau tampak
mencintai kita.

Kemungkinan besar, orang-orang yang mengitarinya akan menangis dan meratap
lagi. Kemudian orang-orang berdatangan dengan satu tujuan yakni, pemakaman.
Di atas batu nisan. nama kita akan dipahatkan. Kemudian mayat kita akan
diangkat dari peti mayat dan diletakkan ke dalam lubang yang telah digali.
Pendo'a akan berdo'a untuk kita. Akhirnya, orang-orang dengan sekop akan
mulai menutup mayat kita dengan tanah yang juga akan mengenai kain kafan.
Tanah menyentuh mulut kita, leher, mata dan hidung.

Dan akhirnya menimbun seluruh kain kafan. Akhirnya pemakaman selesai, dan
orang-orang meninggalkan pemakaman. Semuanya kembali sunyi. Beberapa orang
akan datang untuk berziarah dalam sela-sela waktu mereka untuk kita yang
telah dimakamkan. Tak ada lagi hidup yang penuh arti. Rumah yang indah,
orang yang cantik, alam yang mempesona sudah tidak ada artinya lagi. Tubuh
kita sudah tidak akan bertemu dengan seorang teman pun. Mulai itulah, satu
kepastian yang menimpa mayat adalah tanah, ulat belatung dan bakteri akan
menggerogotinya. Saat dipendam tubuh kita mengalami proses pembusukan yang
sangat cepat yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal tubuh
tersebut.

Setelah mayat kita diletakkan di kuburan, dengan cepat bakteri dan serangga
yang berkembang biak di dalam mayat karena tidak adanya oksigen, akan
memulai kerjanya. Gas-gas yang dikeluarkan organisme tersebut akan masuk ke
dalam mayat, mulai dari perut, merubah bentuk dan penampilannya. Gumpalan
darah keluar dari mulut dan hidung karena desakan gas dari rongga perut.
Seperti proses penggerogotan, rambut, kuku, lidah dan telapak tangan akan
lepas semua.

Bersamaan dengan itu pula terjadi perubahan dalam tubuh seperti paru-paru,
jantung dan hati yang akan mengalami pembusukan. Dalam waktu yang
berbarengan, pemandangan yang sangat mengerikan terjadi di perut, di mana
kulit tidak dapat menahan lagi tekanan gas yang semakin mendesak dan
akhirnya jebol, menebarkan bau yang sangat busuk. Mulai dari tengkorak,
otot-ototnya lepas dari bagiannya masing-masing. Kulit dan jaringan lunak
juga akan tercerai berai semua. Otak akan membusuk hingga nampak seperti
tanah liat. Proses akan terus berlanjut sampai seluruhnya tinggal tulang
belulang.

Tubuh itu kita bayangkan sebagai diri kita, akan hilang secara mengerikan
dan bentuknya tak dapat dikenali lagi. Maka ketika kita meninggalkan
kewajiban ibadah kita, cacing, serangga dan bakteri di dalam tanah akan
menghancurkan mayat kita begitu saja. Jika kita mati karena kecelakaan dan
tidak dikuburkan, apa yang terjadi akan lebih tragis lagi.

Mayat kita akan dimakan ulat belatung, seperti potongan daging yang
diletakkan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama. Sampai akhirnya
ulat belatung memakan habis potongan daging yang terakhir, mayat kita hanya
tinggal tulang belaka.

Demikianlah, manusia yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna, akhirnya
menjadi bentuk yang paling mengerikan, dan memang begitulah kenyataannya.

Mengapa Hal Itu Terjadi?

Inilah ketentuan Sang Maha Pencipta bahwa tubuh manusia ditiadakan
keberadaaanya dengan cara yang drastis. Itulah mengapa ada sesuatu yang
sangat penting yakni adanya unsur lain yakni "nyawa" di dalam diri kita.

Akhir kehidupan yang mengerikan akan menunggu setiap manusia selayaknya
membuat ia berpikir bahwa ia tidak hanya tubuh semata-mata, tapi ada nyawa
yang menghidupkan tubuh itu. Dengan kata lain, manusia harus memahami bahwa
ia mempunyai eksistensi di balik badannya. Berakhirnya kehidupan yang begitu
menyolok memberikan berbagai pelajaran yang membuat manusia sepantasnya
memahami bahwa ia tidak hanya terdiri dari "daging dan tulang" semata.

Manusia seharusnya dengan melihat dirinya dapat mengambil hikmah yang
penting, bahwa ia di dunia ini hanya sementara, dan harus memikirkan
akhirnya, yakni kematian. Kematian, akan menjadikannya busuk di dalam tanah,
dan menjadi makanan ulat belatung dan akhirnya tinggal tulang belulang.
sepanjang sejarah, manusia telah berhasil mengatasi berbagai masalah hidup
yang terkadang nampak berat. Namun kematian tetap merupakan sesuatu yang
tidak dapat dielakkan. Setiap yang hidup di muka bumi ini dengan tujuan apa
pun, pasti akan mati. Firman Allah SWT dalam Al Qur'an: "Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu, barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS Ali Imran [3:185])
suatu paat pasti kita akan menuju suatu kematian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar