Senin, 24 Mei 2010

MELURUSKAN AKIDAH " Hadits tentang anak adam yang mencela masa/zaman.

" anak adam banyak menyakiti-Ku, mereka selalu salahkan masa {keadaan}, sedangkan masa tidak bersalah. Malah Aku lah yang menciptakan masa itu " { HADITS QUDSI }.


Hadits ini di nukil dari kitab Shahih Bukhari pada "Kitabut-Tafsir Suratul Jaatsiyah" Jus. 6, hal. 133.

Kami di beritahu oleh Al Humaidi, kami di beritahu oleh Sufyan, kami diberitahu oleh Az-Zuhri dari Sa'id bin Al Musayyib, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Anak Adam menyakiti Aku. Dia telah mencela zaman, padahal Aku-lah (pemilik dan pengatur) zaman. Terjadinya sebuah perkara hanya tergantung pada kekuasaan-Ku. Aku-lah yang mengatur peredaran malam dan siang."

hadits ini juga telah di riwayatkan oleh Bukhari di dalam kitaabul adab pada bab "Laa Tasubbud-Dahra", juz 8, hal. 41.

KETERANGAN HADITS :

syarah hadits tentang larangan mencela zaman di atas di nukil dari syarah Al Qasthalani yang di kutip dari juz 9, hal. 10 dan juz 10, hal. 434.

Maksud dari kalimat ini adalah, anak Adam telah berbicara kepada-Ku (Allah) dengan perkataan yang bisa menyebabkan orang yang mendengar merasa tersakiti. Dengan demikian, orang yang berbicara seperti itu sama dengan menyakiti orang yang mendengarkan ucapannya. Sebab pada hakikatnya Allah Ta'ala sama sekali tidak bisa tersakiti oleh pihak lain, apa lagi oleh makhluk-Nya. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan dari kalimat hadits di atas, tidak lain bahwa orang yang mengucapkan kalimat seperti itu telah membuka peluang untuk menerima siksa dari Allah Ta'ala bagi dirinya sendiri.

Yang di maksud dengan mencela zaman (masa) adalah kebiasaan orang-orang Arab ketika di timpa sesuatu yang tidak menyenangkan, maka mereka akan berkata, " celaka kamu wahai masa!"



Maksud dari kalimat Aku (Allah) yg menciptakan masa dan yg menciptakan semua peristiwa yg terjadi di dalamnya. Oleh karena itulah pada kalimat berikutnya Allah berfirman, "Terjadinya sebuah perkara hanya tergantung pada kekuasaan-Ku." maksudnya, perkara yg kalian sandarkan kepada masa dan sekaligus juga kalian cela sebenarnya telah Aku ciptakan melalui takdir-Ku. Dengan demikian, masa yg kamu cela sebenarnya tidak bisa mempengaruhi suatu kejadian apapun.

Maksud dari kalimat bahwa Aku (Allah) yg mengatur semua kejadian sepanjang siang dan malam.

Sedangkan dalam riwayat Ahmad yg di sebutkan dengan sanad yg shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, maka di sebutkan dengan menggunakan redaksi sebagai berikut,

" janganlah kalian mencela masa! Karena sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman, 'Aku adalah (Dzat Yg Menciptakan dan Mengatur) masa. Siang dan malam adalah milik-Ku. Aku-lah yang selalu memperbaharuinya, dan Aku juga yang memusnahkannya. Aku senantiasa datang dengan membawa kekuasaan."

maksud redaksi hadits diatas adalah, jika anak Adam yang mencela masa, padahal yang mengatur segala sesuatu adalah Allah, maka celaan anak Adam itu pada hakikatnya tertuju kepada Allah Ta'ala. Sebab Dialah yang menjadi tempat terjadinya segala bentuk peristiwa.

Substansi hadits tersebut sebenarnya mengandung keterangan untuk meluruskan keyakinan akidah dan mengajarkan bagaimana etika melafazhkan kalimat, sebab, orang-orang terkadang mengira kalau perjalanan siang dan malam itu bisa mengakibatkan celaka bagi seseorang. Dengan demikian, mereka menimpakan semua kesalahan kepada masa yg sebenarnya tidak tahu-menahu tentang apapun. Bahkan kalimat keluhan yg mereka ucapkan juga di sandarkan pada celaan terhadap masa. Biasanya kalimat yg sering mereka lontarkan untuk mencela zaman adalah sebagai berikut, "sungguh celaka masa". Allah adalah satu-satunya dzat yg mengatur kejadian semua peristiwa, hadits ini zaman melarang seseorang untuk mengkambing hitamkan atau mencela zaman.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Anak keturunan Adam mencela zaman. Padahal Aku adalah (Yang Memiliki dan Mengatur) zaman. (Peredaran) malam dan siang berada di dalam kekuasaan-Ku."

hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam kitabut-Tauhid pada bab "Qaulullaahi Ta'ala Yuriiduuna An Yubaddiluu Kalaamallah". Redaksi yang di sebutkan di sini merupakan nukilan dari kitabut-Tafsir. Bahkan Muslim dan Abu Daud juga telah meriwayatkan hadits tersebut dalam Kitabul Adab. Sedangkan An-Nasa'i meriwayatkannya di dalam kitabut-Tafsir, hanya saja dalam riwayat Muslim dengan menggunakan redaksi sebagai berikut :

"Anak Adam menyakiti Aku. Dia mengatakan, 'sungguh celaka masa (zaman)', padahal sesungguhnya Aku adalah (Dzat Yang Memiliki dan Mengatur) masa. Aku-lah Yang Mengatur malam dan siangnya."

riwayat Muslim yang lainnya mirip dengan riwayat Bukhari yang di sebutkan di sini. Oleh karena itu, riwayat-riwayat tersebut tidak perlu di sebutkan lagi pada kesempatan kali ini.

Wallaahu 'alam.

Tafadhal kalau mau di share tanpa harus minta izin dulu.

Jazakallahu khairan katsiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar