Sabtu, 22 Mei 2010

MENANGGAPI MAKSIAT DG KACAMATA TAKDIR

Kita sebagai muslim harus percaya akan takdir karena itu bagian dari iman sebagaimana rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam menjawab pertanyaan malaikat jibril ‘alaihi salam ttg iman :
خيره وشره " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر "
Artinya:
“Agar engkau beriman kepada Allah, malaikatnya, kitab2nya, rasul2nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik dan buruknya”.

Dalam mengimani takdir kita harus bersikap tawaquf (menunggu datangnya dalil), sebagaimana yang dikatakan abul mudzofar bin sam’aniy:
وقال أبو المظفر بن السمعاني سبيل معرفة هذا الباب التوقيف من الكتاب والسنة دون محض القياس والعقل فمن عدل عن التوقيف فيه ضل
Artinya:
Berkata abul mudzofar: jalan utk mengenal bab ini adalah tawaquf (menunggu dalil) dari kitabullah dan sunnah, dan bukan medan utk qiyas dan akal maka barang siapa yang menyelisihinya maka dia tersesat…(dinukil oleh al hafidz Ibnu hajar dalam kitab fathul barri).

Dan perkataan yg tidak patut bagi seorang muslim yg menyandarkan maksiat pada takdir Allah. Karena dia tidak berkata kecuali dengan hawa nafsunya. Jika seorang muslim jatuh kedalam kemaksiatan maka wajib baginya utk bangkit dan bertaubat, menjauh dari kemaksiatan itu. Bukan malah pasrah lalu tetap bergumul dalam kemaksiatan tsb. Inilah kaum yang sesat yang berkata tanpa ilmu, dia ingin memuaskan hawa nafsunya dengan bergumul didalam kemaksiatan yang berdalilkan takdir.

Benar bahwa semua adalah takdir Allah jalla wa ‘ala, karena jatuhnya seseorang dalam kemaksiatan telah ditetapkan sejak dalam kandungan ibu. Seperti hadits dibawah ini :
عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعـود رضي الله عنه ، قال : حدثنا رسول الله
صلي الله عليه وسلم – وهو الصادق المصدوق - :( إن أحـدكم يجمع خلقه في بطن
أمه أربعين يوما نطفه ، ثم يكون علقة مثل ذلك ، ثم يكون مـضغـة مثل ذلك ، ثم
يرسل إليه الملك ، فينفخ فيه الروح ، ويـؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه ، واجله
، وعمله ، وشقي أم سعيد ؛ فوالله الـذي لا إلــه غـيره إن أحــدكم ليعـمل
بعمل أهل الجنه حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعـمل
بعـمل أهــل النار فـيـدخـلها . وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتي ما يكون
بينه وبينها إلا ذراع فــيسـبـق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها )
رواه البخاري [ رقم : 3208 ] ومسلم [ رقم : 2643 ].
Artinya:
Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: ’Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah(air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh(segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhori no. 3208 dan Muslim no.2643)
Begitulah Allah azza wa jalla telah menetapkan takdir bagi seluruh umatnya, bahkan menurut hadits yg shohih Allah jalla wa ‘ala telah menetapkannya jauh sebelum diciptakannya langit, bumi dan semua isinya, dan menaruhnya dikitab induk ya’ni lauhul mahfuz.
Akan tetapi maksiat adalah takdir Allah azza wa jalla yang harus dijauhi, karena Allah melarangnya. dan berdalil dengan takdir utk menshohihkan maksiat adalah kesesatan yang nyata. Karena dia adalah yang harus dihindari dalilnya adalah perkataan Allah azza wa jalla :
فَالزَّاجِرَاتِ زَجْرًا
Artinya:
dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat). Ash shaaffaat: 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar