Bacalah denga HATI maka akan Sampai ke HATI (Heee bukan di diemin, maksudnya diRESAPI) + pelan-pelan …..
Hmm ….
Bagaimanakah ku kan mulai yah ….?
Baiklah
Setelah ku fikirkan dengan seksama [beuh sok sok amad!]
Ku amati perilaku dan perkataan kalian duhai sahabatku
Dan maafkanlah harus kukatakan ini!
Ku tak sanggup tuk memberikan hal itu
Apa-apa yang kalian katakan padaku
“SUNGGUH AMANAH YANG BERAT”
“YANG HARUS KU PERTANGGUNG JAWABKAN”
“DI HADAPAN ALLAH KELAK”
Alhamdulillah kita diberikan LISAN oleh Allah subhanahu waTa’ala sehingga kita bisa memakainya
Untuk beribadah kepada Allah , berdzikir, mengucapkan salam, membaca al-qur’an, de el el dweh.
sekaligus lisan menjadi alat untuk mengikuti keinginan syaithan.
Nah, lisan memiliki dua bahaya besar nih,
1. Mengucapkan perkara yang bathil
2. Serta tidak dipergunakan untuk mengungkapkan kebenaran.
jadi lisan wajib dijaga dan diatur, jika tidak ingin menjadi ‘alat pembunuh’ yang berbahaya akibat apa yang keluar darinya.
Ada penyair yang mengatakan begini nih.
يموت الفتى من عثرة بلسانه
وليس يموت المرء من عثرة الرجل
فعثر ته بلسانه تذهب رأسه
وعثرته بر جله تبراء على مهل
Karena ketergelinciran lisan, seorang bisa mati
Seorang tak akan mati karena tergelincir kaki
Tergelincir lisan sebabkan kepala tiada
Sedangkan tergelincir kaki akan sembuh tanpa luka
Hmm Maksudnya apa KAK!
OCREH_OCREH simak yah ……!
Salah satu ‘HASIL’ lisan adalah pujian.
Pujian adalah ungkapan kekaguman terhadap orang lain karena kelebihan yang dimilikinya,
baik itu berupa kecantikan atau ketampanan, kekayaan, kepintaran, dan sebagainya.
Manusia pada dasarnya senang dipuji dan dikagumi,
karena pujian diisyaratkan sebagai suatu bentuk perhatian orang lain terhadap dirinya.
Akan tetapi Islam telah mengatur tata cara dan adab memuji terhadap orang lain yang mengandung banyak kebaikan.
Nah lho SAMPE-SAMPE Islam ngatur Pujian kita kepada orang lain.[sungguh sempurnanya ISLAM ya khan….?].
Pujian bagi kita-kita sih dah biasa aja khan?
Misalnya
“Subhanaloh Yuni, aduuh anak mamak rajin banget nih suka gebug-gebug kasur, duh mamak sayang deh”[akhwat KUAT n PERKASA hi hi hi! Damaiiii….] {LOGAT JAWA}
atau
“Subhanalloh SUARA antum baguuus bangeet ya. Ana sampe KESEMSEM”[tukas seorang akhwat kepada ikhwan ROHIS]…pengalaman yah KAK…? [hee sorry ya itu pengalaman orang laen h h h h h ]
Or
“Akhy ana kagum lihat antum nih ana lihat antum BAIIIK bangeet deh, ana pengen jadi temen antum yah akhy” [hmmm ni juga bukan pengalaman pribadi ana duhai adek,mbak, bang, om, tante, pak, bu, kang, teteh, ….. dsb, dll,semua sodara d..]
Hmm okelah kalau begitu…..
Pujian itu bisa tercela bisa juga diperbolehkan lho…!
Yang dimaksud dengan pujian yang tercela adalah pujian yang berlebihan dan pujian yang dapat menyebabkan orang yang dipuji merasa bangga diri (‘ujub).
Hmm maksudnya apa kak…!
Duh terpaksa dan memang harus ku katakan, aku inget hadist nabi yang ini.
Dari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa ada orang yang memuji temannya yang ada disamping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ويلك قطعت عنق صا حبك, قطعت عنق صا حبك
“Celakalah engkau, kau telah menggorok leher saudaramu. Kau telah meggorok leher saudaramu!”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya beberapa kali. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من كان منكم مادحا أخاه لا محالة فليقل: أحسب فلانا والله حسيبه ولا أزكي على الله أحسبه كذا وكذا إن كان يعلم ذلك منه
“Barang siapa yang terpaksa harus memuji saudaranya, maka katakanlah: ‘Aku kira si fulan demikian dan demikian, tetapi Allah-lah yang menilai (keadaan sebenarnya). Aku tidak mau menilai atas nama Allah (kepada seseorang) demikian dan demikian, jika memang kelebihan itu ada pada dirinya.” [Hadits shahih, riwayat Bukhari (III/158) dan Muslim (IV/2297)]
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar ada orang yang memuji saudaranya dengan sangat berlebihan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أهلكتم أو قطعتم ظهر الرجل
“Kalian telah mematahkan punggung saudara kalian (kalian telah membinasakannya).” [Hadits shahih, riwayat Bukhari (III/158 dan Muslim (IV/2297)]
Hmm nih kan hadist dank u tak sanggu kalau nafsirin sendiri jadi www.ngikutinajah.com
Ibnu Baththal menyimpulkan bahwa larangan itu diperuntukkan bagi orang yang memuji orang lain secara berlebihan dengan pujian yang tidak layak dia terima. Dengan pujian ini orang yang dipuji tersebut, dikhawatirkan akan merasa bangga diri, karena orang yang dipuji mengira bahwa dia memang memiliki sifat atau kelebihan tersebut. Sehingga terkadang dia menyepelekan atau tidak bersemangat untuk menambah amal kebaikan karena dia sudah merasa yakin dengan pujian tersebut.
Oleh karena itu, para ulama menjelaskan bahwa makna hadits:
‘Taburkanlah debu ke muka orang yang memuji orang lain!’[] Hadits shahih, riwayat Muslim (IV/2297).]
adalah berlaku untuk orang yang memuji orang lain namun dengan cara yang berlebihan.[ ] Fat-hul Baari (X/477).]
Nah tuh kan PUJIAN yang TERLARANG kak! Yang satu lagi yang mana…..?
Pujian yang dibolehkan
Tidak diragukan lagi bahwa memuji orang lain adalah termasuk penyakit lisan, jika menyebabkan orang yang dipuji merasa bangga diri atau jika pujian tersebut dilakukan secara serampangan atau melampaui batas, yakni berlebih-lebihan. Namun, jika pujian itu tidak mengandung hal-hal tersebut di atas, maka hukumnya diperbolehkan.
Imam Bukhari rahimahullahu Ta’ala memberi judul untuk salah satu bab dalam kitab Shahih beliau: “Bab Orang yang Memuji Saudaranya Berdasarkan Fakta yang Diketahui”. Imam Bukhari menyebutkan bahwa Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidak pernah kudengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut kepada seseorang yang berjalan di muka bumi ini sebagai calon penghuni Surga kecuali hanya kepada ‘Abdullah bin Salam.” [Hadits shahih, riwayat Bukhari (VII/87), lihat juga al-Fath (X/478)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melukiskan sifat ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu sebagai berikut,
ما لقيك الشيطان سا لكا فجا إلا سلك فجا عير فجك
“Jika syaithan berpapasan denganmu pada suatu jalan, niscaya dia akan mencari jalan lain selain jalan yang engkau lalui.” [Hadits shahih, riwayat Muslim (IV/1864) dan al-Fath (X/479)]
Pujian yang diperbolehkan untuk diberikan kepada saudara kita adalah pujian yang tidak berlebihan dan orang yang dipuji tidak dikhawatirkan merasa bangga diri, maka pujian seperti ini diperbolehkan. Oleh karena itu, pujian dengan sesuatu yang sesuai fakta dan dengan sewajarnya sajalah yang diperbolehkan. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun dipuji dalam syair, khutbah, dan pembicaraan. Akan tetapi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menaburkan debu ke muka orang yang memujinya dengan pujian yang wajar tersebut.[ Fat-hul Baari (X/477)]
Okelah kak kalau kagak boleh MEMUJI gimana dunks….?
Kita kan KUAAGUUUM BEEEUUH…… [ketika Ikhwan lihat Akhwat yang hmmm maschaallloh] (wah wah kak hati-hati kalau nyeletucks !!!)
Eeh sabar dong! BIASE ajee kaleee……
Zi zi zi zi zi ………
Ya tentunya ada dong tuntunannya …..
Nih PERHATIKAN BAIK_BAIK
Cieee ileee serius buangeet he he he
Sorry bro other ans si ister
Hmm perhatikan!! [SERIUS MODE ONE]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
إذا رأى أحدكم من أخيه مـا يعجبه, فليدع له بالبركة
“Jika salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, maka hendaklah dia mendo’akannya agar diberikan keberkahan kepadanya.” [Hadits shahih, riwayat Imam Malik dalam al-Muwaththa’ (II/716 no.2), Ibnu Majah dalam Shahih-nya (II/265) dan Ahmad dalam Musnad-nya (III/447)]
Do’a mohon keberkahan saat mendapati (melihat) sesuatu yang menakjubkan dirinya pada saudaranya,
مـا شـا ء الله لا قوة إلا بـالله, أللـهـم بارك عليه
“Maasyaa Allaah (atas kehendak Allah), tidak ada kekuatan melainkan hanya dengan (pertolongan) Allah. Yaa Allah, berikanlah berkah padanya.”[4]
Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala mengatakan bahwa dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, banyak sekali hadits yang berisi pujian kepada seseorang. Berdasarkan hal itu, para ulama mengatakan bahwa cara mengkompromikan antara hadits-hadits yang kelihatan bertentangan itu adalah dengan memaknai larangan itu berlaku untuk pujian yang berlebihan, pujian yang ditambah-tambahi dengan kedustaan atau pujian yang dikhawatirkan akan muncul rasa bangga diri di dalam diri orang yang dipuji. Namun, jika tidak dikhawatirkan akan terjadi hal demikian, maka diperbolehkan memuji meskipun dihadapan orang tersebut. Hal ini dikarenakan kesempurnaan ketakwaan, keteguhan akal dan kemantapan ilmu yang dimiliki oleh orang yang dipuji. Bahkan hukumnya menjadi sunnah apabila dengan pujian, maka dia akan termotivasi untuk senantiasa berbuat kebaikan, menambah amal kebaikan, dan memberikan teladan yang baik kepada orang lain.[ Syarah Imam Nawawi fii Shahih Muslim (XVIII/126), lihat juga Afaatul Lisaan fii Dhau’il Kitaab was Sunnah, Syaikh Sa’ad bin ‘Ali bin Wahf al-Qaththani]
Hmm setelah kita membaca kira-kira apa yang akan kita lakukan kepada orang yang kita KAGUM karena [Ganteng, Cantix, Sholeh, Sholehah, Bageur, hmm www.apa_aja.or.id]
Jadi buat AKYu, KAMYu, KYITa, KYaLIAN, berhati hati OK SOB[sobrir maksubya…]
Bukan!, SOBAT amaksu’nyeee
OKe yeee HATI-HATI
Biar kite-kite selamet rame-rame [yee jadi betawi neeh!]
STOP!!!
Abu Abdillah [Buka Hati Menuntut Ilmu]
Bogor, Sabtu 23 April 2010
Selesai jam 20.00 ketika pulang dari ……..
Tatkala Mentari alias SUN telah terganti BULAN alias MOON [sooo sweeeet deh] xi xi xi xi
Di Ruang BELAJAR BUKA HATI MENUNTUT ILMU
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfuruka wa atuubu ilaika
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
__________________________
Adab menulis yang baik adalah mencantumkan sumber artikel, hargailah karya seorang penulis
Abu Abdillah Buka Hati Menuntut Ilmu
Dari Sepenggal Kisah Hidupku yang masih PANJANG dan LEBIH BERAT ………..
Sumber : Catatan Abu Abdillah Buka Hati Menuntut Ilmu
Judul asli : “ADUH SAHABAT SUNGGUH BERAT ……”
Di susun ulang dan di ubah dari http://ibnuismailbinibrahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar