Jumat, 25 Juni 2010

Apa benarkah kita mencintai Allah dan RasulNya melebihi cinta kepada ni’mat duniawi???

وُجُوهٌ۬ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ نَّاعِمَةٌ۬ (٨) لِّسَعۡيِہَا رَاضِيَةٌ۬ (٩) فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ۬ (١٠)
سُوۡرَةُ الغَاشِیَة
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, (8) merasa senang karena usahanya, (9) dalam surga yang tinggi, (10)

(“Kita menyatakan bahwa perjuangan kita adalah perjuangan untuk menegakkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perjuangan untuk menunaikan kewajipan terhadap Allah dan kalau ini mereka katakan pelampau, biarlah mereka katakan walaupun seribu kali kami tetap akan meneruskan perjuangan ini, Insya’Allah....- kata2 Allahyarham Tuan Guru Haji Fadhil Mohd Noor)

Benarkah kita mencintai Allah dan Rasulnya dengan sesungguhnya? Yaitu dengan membuktikan bahwa kita rela berkorban apa sahaja demi agama Allah..... Yaitu kita menuruti segala petunjuk Allah yg disampaikan melalui utusannya Rasulullah.... Dan kita ridha terhadap apa jua suratan takdirnya....

Contoh pengorbanan yang paling tinggi nilainya yang pernah ditunjukkan oleh Sahabiyyatul-Rasul (muslimat) bersama Rasulullahu ’alaihi wassalam, yaitu kisah seorang Muslimah yang bernama Nasibah bin Ka’ab al-Ansariyyah. Ketika dalam peperangan Uhud, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya telah gugur syahid di medan itu. Namun Dia yang kematian ayah, anak dan saudara tetapi Nasibah tidak memperdulikan hal itu tetapi yang ditanya bagaimanakah keadaan صلى الله عليه وسلم رسو ل الله Apabila sahabat-sahabat memberitahu kepada Nasibah bahwa Rasulullah selamat dalam peperangan itu maka Nasibah berkata: ”Segala penderitaan dan musibah yang menimpa aku, setelah diketahui selamatnya Rasulullah maka segala kesusahan itu tidak memberi apa-apa arti kepada aku.” Artinya, bagaimana kita melihat semangat dan keimanan sehingga meletakkan Allah dan Rasul melebihi daripada kasih kepada yang lain. Hal ini juga pernah diucapkan oleh seorang Muslimah yang baik, yang ta’at kepada Allah, yaitu; Rabi’atul ’Adawiyah dalam satu ucapan sya’irnya, di mana beliau berkata:

Wahai Tuhanku, Apabila sah aku mendapat kasihMu,
maka segala-galanya di dunia ini tidak ada artinya lagi.
Karena apa yang ada di atas tanah ini adalah fana’.

Emas dan perak yang menjadi kebanggaan kaum wanita pada hakikatnya berasal daripada tanah dan bukit yang diteroka keluar, dibakar hangus maka jadilah sebagai emas yang dipuja, tetapi pada hakikatnya adalah tanah, maka sebab itulah Rabi’atul ’Adawiyyah menolak seluruh kesenangan dan keseronokan hidupnya untuk melaksanakan tanggungjawsabnya kepada Allah ’Azza wa Jalla. صلى الله عليه وسلم رسو ل الله bersabda yg bermaksud: ”Tiga perkara yang apabila seseorang itu ada padanya maka dia telah mendapat kemanisan iman. Pertama: Allah dan RasulNya lebih dikasihi daripada yang lain, Kedua: Dia hendaklah kasihkan seseorang Islam dan tidak kasih seseorang itu melainkan karena Allah, dan Ketiga: Dia hendaklah benci kembali kepada kufur seperti di benci dicampak ke dalam api neraka.” (Rawahul Bukhari fil Kitab Al-Iman)

Petunjuk kepada hadith ini maka kita hendaklah kasih kepada Allah dan RasulNya melebihi daripada kita kasih kepada IbuBapa, anak dan kepada manusia lainnya. Nasibah binti Ka’ab telah membuktikan bagaimana dia kasihkan Rasulullah melebihi kasih dia kepada ayahnya, anaknya dan saudaranya, walaupun mereka itu gugur sebagai syuhada’ di Uhud tetapi Rasulullah selamat, dia merasakan kehilangan mereka bertiga itu tidak sedikitpun merungsingkan dia. Inilah syarat yang pertama. Syarat yang kedua; hendaklah kasih kita kepada manusia itu bukan karena pangkat, harta kekayaan dan kedudukan tetapi hanya kareana Allah. Jika seseorang itu kasih kepada saudaranya yang beriman maka orang itu akan merasa kemanisan iman. Kalau di dalam dunia seorang mu’min kasih sesama Islam maka di akhirat esok iya akan dibangkitkan bersama dengan orang-orang mu’min tetapi jika kesetiannya di dunia ini kepada orang kafir bukan kepada orang Islam, kelak ia di bangkitkan bersama orang-orang yang kotor itu, Na’udzubillah. Oleh karena itu, kewajipan kita sebagai Muslimin dan Muslimat adalah untuk meneruskan perjuangan Islam, menyampaikan Islam dan menda’wahkan Islam kepada masyarakat serta menyelamatkan keluarga kita dan masyarakat supaya jangan jatuh ke tempat yang merbahaya iaitu kekufuran dan kemurtadan.

Terus komited dan istiqomah terhadap perjuangan, wahai pembela-pembela agama Allah!

فَلَا يَحۡزُنكَ قَوۡلُهُمۡ‌ۘ إِنَّا نَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَ (٧٦)
سُوۡرَةُ یسٓ
Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan. (76)


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
وَٱلۡعَصۡرِ (١) إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ (٢) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ (٣)
سُوۡرَةُ العَصر
Demi masa. (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar