Senin, 21 Juni 2010

Siapa Yang Bisa Menjamin Dirinya?

Author: Abu Mushlih

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan amalan penduduk surga dalam waktu yang sangat lama, namun kemudian akhir hidupnya ditutup dengan amalan penduduk neraka. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan amalan penduduk neraka dalam waktu yang sangat lama, namun kemudian akhir hidupnya ditutup dengan amalan penduduk surga.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [8/246])

Dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan amalan penduduk surga dalam pandangan manusia, namun sebenarnya dia adalah penduduk neraka. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan amalan penduduk neraka dalam pandangan manusia, namun sebenarnya dia adalah penduduk surga.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [8/246])

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hati anak keturunan Adam seluruhnya berada di antara dua jari di antara jari-jemari ar-Rahman, laksana hati yang satu, -sehingga dengan mudahnya- Allah palingkan hati itu sebagaimana yang dikehendaki-Nya.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Wahai Yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk berada di atas ketaatan kepada-Mu.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [8/250])

Tiga hadits yang agung ini mengandung pelajaran:

1. Hendaknya merasa takut terhadap su’ul khotimah dan mengharapkan husnul khotimah
2. Iman terhadap surga dan neraka
3. Amalan yang telah sekian lama dilakukan tidak bisa menjamin seseorang bahwa dirinya pasti selamat, karena di akhir hidupnya belum tentu dia masih istiqomah
4. Tidak boleh tertipu oleh banyaknya amalan yang pernah dilakukan
5. Tidak boleh merasa aman dari makar Allah
6. Tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah
7. Hendaknya menyeimbangkan antara khauf (takut) dan roja’ (harapan)
8. Hendaknya menempuh sebab-sebab yang bisa menjadikan istiqomah
9. Hendaknya menjaga keikhlasan dalam beramal
10. Pentingnya memperhatikan dan menata amalan-amalan hati
11. Peringatan dari bahaya riya’ dan kemunafikan
12. Ikhlas merupakan sebab utama keselamatan
13. Tidak boleh memvonis orang sebagai penduduk surga sehebat apapun amalannya, karena kita tidak tahu bagaimana keadaan akhir hidupnya, kecuali yang ada dalilnya secara jelas
14. Tidak boleh memvonis orang sebagai penduduk neraka seburuk apapun amalannya, karena kita tidak tahu bagaimana keadaan akhir hidupnya, kecuali yang ada dalilnya secara jelas
15. Nasib seseorang di akherat kelak ditentukan bagaimana keadaan akhir hidupnya di alam dunia ini, apakah dia meninggal di atas keimanan ataukah tidak?
16. Penetapan bahwa Allah memiliki jari yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, tidak seperti apa yang ada pada makhluk
17. Penetapan bahwa hati manusia itu berada di bawah kekuasaan Allah
18. Penetapan sifat kasih sayang pada diri Allah, Allah tidak berbuat semena-mena terhadap makhluk-Nya
19. Hendaknya selalu memohon taufik kepada Allah agar hatinya berada di atas kebenaran
20. Ketaatan kepada Allah merupakan sumber keselamatan

PostCategoryIcon Posted in Jalan Lurus | PostTagIcon Tags: Amalan, Hadits, Hati, Husnul Khotimah, Iman, Istiqomah, Kematian, Nasehat, Neraka, Su'ul Khotimah, Surga, Taufik, Tauhid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar