Rabu, 07 Juli 2010

AKU SALAH, LALU IA MENASIHATIKU

Pada suatu hari, aku salah mengambil keputusan. Aku mengira bahwa keputusan itu benar, tidak mengandung syubhat ‘kesamaran’ sedikit pun. Kemudian ada seseorang mengingatkan kesalahan yang terdapat di dalam keputusan itu secara gamblang.

Sejenak aku memikirkan apa yang dikatakannya. Ternyata benar, apa yang telah aku putuskan itu salah, dan barulah aku merasakan indahnya nasihat yang maknanya antara lain adalah tanqiyyah (penjernihan). Dikatakan, misalnya: nashahtu al-‘asal, artinya aku membersihkan madu dari kotoran.
Aku memanjatkan pujian kepada Allah karena al-akh tersebut menasihatiku pada saat yang sangat tepat. Sebab, bila aku melakukan kesalahan di dunia, lalu diingatkan, maka yang demikian itu lebih baik dan aku sukai daripada aku disiksa di akhirat gara-gara kesalahan itu.

Dan inilah salah satu manfaat ukhuwwah fillah, yaitu mendapatkan orang yang membantumu untuk selalu berada di atas kebenaran, sehingga keputusan yang engkau ambil akan benar. Di sini tampak jelas juga indahnya nasihat, ia dapat membantumu masuk surga, menjauhanmu dari neraka dan menghindarkanmu dari penyesalan pada hari kiamat kelak.

Setiap kali aku mendengar nasihat itu, aku bergembira dan berdoa semoga al-akh tadi senantiasa mendapat kebaikan. Aku juga ingat dengan pernyataan Amirul Mukminin, Umar bin Khattab, “Semoga Allah merahmati seseorang yang menunjukkan aibku kepadaku”.


Di kutip dari buku “Ta’ammulat Ba’da al-Fajr”. Edisi Bahasa Indonesianya “Semua Pasti Ada Hikmahnya”. Karangan Syaikh Abdu Hamid al-Bilali. Diterbitkan oleh Penerbit Almahira, halaman 91.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar