Rabu, 24 Februari 2010

Jalan kembali itu Bernama Taubat Nashuha....

Hari-hari kita mestinya adalah hari-hari taubat...
Karena setiap saat, setiap detik, antara cahaya dan
kegelapan, antara dosa dan pahala, antara harapan
dan penyesalan saling berebut di hati anda....
Bahkan jika hari ini pun anda menyesali apa yang anda lakukan,
besok pun terulang kembali dosa yang sama dalam waktu dan tempat berbeda,
atau dalam bentuk yang berbeda pula....

Allah Maha Tahu, betapa sombongnya manusia, betapa
lemahnya manusia, betapa fananya manusia, dan
banyaknya manusia yang mengeluh, betapa banyaknya
manusia yang tidak bersyukur, betapa banyaknya manusia
yang tidak menalarkan akal sehatnya, betapa banyaknya
yang tidak mampu mengekang hawa nafsunya.

Dan, dengan Kemaha Besaran, serta Kemaha Lembutan
Kasih Sayangnya, Allah memanggil kita semua, dengan
panggilan kemahalembutan dan kasihNya, â??Wahai
orang-orang yang beriman, kembalilah kepada Allah
(bertaubatlah) kalian semua, wahai (hamba-hambaKu)
yang (mengaku) beriman, agar kalian semua bahagia?
(an-Nuur:31)

Lalu gelombang demi gelombang cahaya memancarkan
pembersihan atas kegelapan-kegelapan kita. Gelombang
air qudus memandikan kotoran-kotoran bumi kita,
penyesalan menjadi pintu gerbang bagi haribaanNya,
Istighfar menjadi luapan paling indah dari PelukanNya.
Sebab disanalah peleburan, penyirnaan, kefanaan dan
kehambaan maujud. â??Akulah hamba dan Engkaulah Rabbâ?

Lalu Rasulullah SAW. menegaskan betapa lebih
gembiranya Allah ketimbang seorang yang kehilangan
kendaraan unta beserta seluruh hartanya, dalam drama
yang mengenaskan, sampai lelah, ia terlunglaikan dalam
lelah tidurnya. Ketika ia bangun dari lelap tidurnya,
unta dan seluruh hartanya ada di depan mata. Allah
lebih erat memeluknya ketimbang eratnya pelukan si
fulan yang kehilangan harta benda, kemudian ada di
depannya.

Lihatlah, seperti air gunung yang melimpah, bening
bercahaya. Lihatlah seperti gulungan-gulungan ombak
KinasihNya yang mengejar seluruh apa pun yeng membuat
bergolak KecemburuanNya. Lihatlah kabut-kabut dan
mega-mega tersingkap oleh Tangan-Tangan KekuasaanNya,
dan Senyuman Keabadian Yang Agung menerima kita semua.
Hamba-hambaNya yang bertobat.

Karena itu janganlah takut dengan taubat, karena
taubat itu indah dan penuh cinta. Janganlah khawatir
dengan taubat, karena kekhawatiran itu adalah nafsu
yang dikelola oleh kandang-kandang syetan. Janganlah
pesimis atas ampunanNya, karena jika langit dan bumi
ini dipenuhi oleh noda-noda kita, dosa-dosa kita,
kesalahan dan kezaliman kita, niscaya ampunan,
maghfirah, kemaafan, dan cintaNya lebih besar dari
semuanya.

Bahkan kata Ibnu Athaillah as-Sakandary, "Terkadang
Allah mentakdirkan hamba-hambaNya berbuat dosa, agar
si hamba lebih dekat kepadaNya." Amboi betapa indah
dan luhurnya Dia, kita harus berbaik sangka kepadaNya,
bahwa dosa-dosa pun bagian dari cara Dia mendidik
kita. Ketika kita cerdas dan pandai, seluruh kesadaran
kita sudah kembali kepadaNya. Tetapi janganlah kita
begitu gegabah memaknai, dengan merasa berbesar diri,
menyepelekan dosa-dosa kita, hanya karena dosa kita
tak ada apa-apanya disbanding ampunanNya.
Jangan pula kita berbangga dengan dosa-dosa kita,
hanya karena berbangga dengan dosa itu melemparkan kita
pada kegelapan paling mengerikan: Jauh dari Cinta dan pelukan Ilahi.

Karena itu mari kita bertobat. Taubatan Nasuha. Taubat
yang yang sesungguhnya. Pertama-tama kita taubati
dosa-dosa kita, karena hari demi hari, ada saja
dosa-dosa yang menempel bagai debu di tubuh kita.
Semua hanyalah debu-debu yang hamper tiada artinya,
lama-lama telah berubah menjadi kumpulan debu dan
gundukan kotoran di tubuh kita, lalu menjadi dosa
besar namanya. Apalagi jika kumpulan kotoran itu
adalah noda-noda besar kita. Oh, Tuhan, ternyata
engkau tidak tega menyiksa mereka, ketika mereka
sedang bergelora dalam istighfar.

Sumber : internet....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar