Bismillaahirahmaanirahiim...
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabbarakaatuh...
Ikhwah fillah...
Saya baru saja membaca sebuah cerita yang sangat mengguncangkan hati saya. Dan saya ingin membagikan cerita ini kepada ikhwah fillah.
Ini adalah penggalan cerita yang saya baca dari sebuah buku yang berjudul "My Dad My Pious Dad, Ayahku, Ayah Yang Soleh" karya Akhi Arsil Ibrahim.
"Suatu sore seperti biasanya Kiyai dan beo itu berjalan keliling pesantren sambil menzikirkan Laa Ilaaha Illallaah. Kiyai mengucapkannya dengan sepenuh khusyuk dalam hati. Sementara si beo mengucapkannya dengan suara keras. Namun tiba-tiba, seekor kucing melompat dari arah pohon jambu. Dengan sekali terkam kepala dan leher burung beo itu sudah terkulai diterkam taringnya . Si beo yang tadinya sedang berulang-ulang mengucapkan Laa Illaha Illallaah, tiba-tiba menjerit kuat dan mengeluarkan suara aslinya dengan penuh ketakutan.
"Keook..keook..keook...!"
Bagai tidak mempedulikan apapun kata si beo, kucing besar itu terus lari dengan leher beo tergigit ketat pada mulutnya. Hanya ketakutan si beo yang semakin jauh kian lirih terdengar, "Keook..keook..keook...!"
Melihat kejadian itu Kiyai terpegun dan pucat. Tiba-tiba tubuhnya rubuh dan pingsan. Para santri segera mengusung Kiyai kembali ke rumahnya. Setelah diberikan kolonye wangi Kiyai pun sadar dari pingsannya. Namun beliau malah menangis dengan tangisan yang sungguh menyayat hati.
"Janganlah terlalu sedih Kiyai. Nanti kita carikan burung beo yang lain. Insya Allah di pasar ada banyak burung beo yang jauh lebih baik. Nanti biar kami yang mengajarkannya mengucapkan "Laa Illaaha Illallaah, atau Subhanallah, atau Allahu Akbar", hibur para santrinya.
Sang Kiyai masih terus menangis bahkan dengan rintihan yang lebih menyayat. Setelah berhasil menguasai perasaannya, iapun berkata kepada para santrinya.
"Jika kalian menyangka bahwa aku bersedih karena kehilangan seekor burung beo, maka kalian sungguh keliru! Justru aku sedih karena menyaksikan betapa beo yang fasih dan tidak putus-putusnya mengucapkan Laa Illaaha Illallaah hanya bisa terkeok-keok ketika kucing menerkam lehernya. Aku khawatir kita ini setiap hari melatih diri dengan mengucapkan kalimat tersebut sebanyak-banyaknya. Namun ketika malaikat maut kelak "menerkam" kita, akankah kita masih bisa mengucapkan Laa Illaaha Illallaah, atau malah terkeok-keok seperti beo itu.
Mendengar ucapak Kiyai kini malah seluruh santri yang mengangis. Mereka semua ketakutan jika tidak dapat mengucapkan Laa Illaaha Illallaah ketika maut menjemput. Padahal kalimat itu sajalah yang akan menjamin keselamatan seseorang dari azab kubur dan dari api neraka, untuk kemudian masuk ke dalam syurga.
Ikhwah fillah....sudah sejauh manakah tertanam Laa Ilaaha Illallaah dalam hati kita? Sudah merasa cukupkah kita dengan membacanya seratus kali sehabis shalat Maghrib dan Subuh dengan cepat dan tergesa-gesa bagai motor yang sedang balapan. Hanya tiga pertamanya saja yang kita ucapkan dengan betul dan perlahan. Setelah itu pada ucapan ke empat dan seterusnya kita membacanya dengan ngebut tanpa mempedulikan lagi kefasihannya, makhrajnya apa lagi makna dan hikmahnya.
Ingatlah, jika huruf pertama 'Laa' dibaca dengan cepat dan pendek (hanya satu harakat) maka makna bacaan kita menjadi terbalik 180 derajat. Sebab 'La' yang satu harakat adalah 'Laam Tawkid' (Laam penguat makna) yang membawa arti : Sungguh memang ada Tuhan selain Allah! Bukankah dengan demikian kita malah mengukuhkan kemusyrikan dalam arti dan bukan ketauhidan kepada Allah SWT.
Huruf 'Laa' dalam kalimat Laa Illaaha Illallaah mestinya dibaca panjang minimal dua harakat. Sebab 'Laa' yang dimaksudkan di sini adalah 'Laa' an-Nafiyah' (Laa yang menafikan). Sehingga benarlah maknanya menjadi "Tidak ada Tuhan Selain Allah."
Belum lagi kalau kita hayati maknanya. Laa Illaha Ilallaah adalah ikrar setiap Nabi dari mulai Adam alaihissalam hingga Muhammad shalallahu 'alihi wassalamu yang wajib disampaikan kepada seluruh umat. Agar dengannya umat mengerti dan mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, mengatur alam semesta dan memberi rezeki kepada para hambaNYA.
Cara terbaik membaca kalimat ini adalah dengan perlahan dan khusyuk diwarnai dengan nuansa hati yang ikhlas dan pasrah kepada Allah subhanna huwa ta'ala. Sambil membayangkan jasad kita sendiri yang sedang terbujur kaku di tengah rumah. Atau bacalah dengan membayangkan kita sedang duduk di depan sebuah kuburan.. Pada batu nisan nya terukir tanggal lahir dan tanggal kematian kita sendiri...
Rabbana, Ya Allah
Hanya kehendakMu saja yang dapat menjadikan
Laa Illaha Illallaah
Menghiasi bibir kami saat Izrail tiba.
Maka jadikanlah ia melekat pada jiwa kami sewaktu hidup,
Meringankan kami saat sekarat, menerangi kubur kami setelah mati,
dan melancarkan jalan kami sampai ke syurgaMu.
Alhamdulillahi Rabbil 'Allamiin...
http://medan-dakwah.blogspot.com/
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabbarakaatuh...
Ikhwah fillah...
Saya baru saja membaca sebuah cerita yang sangat mengguncangkan hati saya. Dan saya ingin membagikan cerita ini kepada ikhwah fillah.
Ini adalah penggalan cerita yang saya baca dari sebuah buku yang berjudul "My Dad My Pious Dad, Ayahku, Ayah Yang Soleh" karya Akhi Arsil Ibrahim.
"Suatu sore seperti biasanya Kiyai dan beo itu berjalan keliling pesantren sambil menzikirkan Laa Ilaaha Illallaah. Kiyai mengucapkannya dengan sepenuh khusyuk dalam hati. Sementara si beo mengucapkannya dengan suara keras. Namun tiba-tiba, seekor kucing melompat dari arah pohon jambu. Dengan sekali terkam kepala dan leher burung beo itu sudah terkulai diterkam taringnya . Si beo yang tadinya sedang berulang-ulang mengucapkan Laa Illaha Illallaah, tiba-tiba menjerit kuat dan mengeluarkan suara aslinya dengan penuh ketakutan.
"Keook..keook..keook...!"
Bagai tidak mempedulikan apapun kata si beo, kucing besar itu terus lari dengan leher beo tergigit ketat pada mulutnya. Hanya ketakutan si beo yang semakin jauh kian lirih terdengar, "Keook..keook..keook...!"
Melihat kejadian itu Kiyai terpegun dan pucat. Tiba-tiba tubuhnya rubuh dan pingsan. Para santri segera mengusung Kiyai kembali ke rumahnya. Setelah diberikan kolonye wangi Kiyai pun sadar dari pingsannya. Namun beliau malah menangis dengan tangisan yang sungguh menyayat hati.
"Janganlah terlalu sedih Kiyai. Nanti kita carikan burung beo yang lain. Insya Allah di pasar ada banyak burung beo yang jauh lebih baik. Nanti biar kami yang mengajarkannya mengucapkan "Laa Illaaha Illallaah, atau Subhanallah, atau Allahu Akbar", hibur para santrinya.
Sang Kiyai masih terus menangis bahkan dengan rintihan yang lebih menyayat. Setelah berhasil menguasai perasaannya, iapun berkata kepada para santrinya.
"Jika kalian menyangka bahwa aku bersedih karena kehilangan seekor burung beo, maka kalian sungguh keliru! Justru aku sedih karena menyaksikan betapa beo yang fasih dan tidak putus-putusnya mengucapkan Laa Illaaha Illallaah hanya bisa terkeok-keok ketika kucing menerkam lehernya. Aku khawatir kita ini setiap hari melatih diri dengan mengucapkan kalimat tersebut sebanyak-banyaknya. Namun ketika malaikat maut kelak "menerkam" kita, akankah kita masih bisa mengucapkan Laa Illaaha Illallaah, atau malah terkeok-keok seperti beo itu.
Mendengar ucapak Kiyai kini malah seluruh santri yang mengangis. Mereka semua ketakutan jika tidak dapat mengucapkan Laa Illaaha Illallaah ketika maut menjemput. Padahal kalimat itu sajalah yang akan menjamin keselamatan seseorang dari azab kubur dan dari api neraka, untuk kemudian masuk ke dalam syurga.
Ikhwah fillah....sudah sejauh manakah tertanam Laa Ilaaha Illallaah dalam hati kita? Sudah merasa cukupkah kita dengan membacanya seratus kali sehabis shalat Maghrib dan Subuh dengan cepat dan tergesa-gesa bagai motor yang sedang balapan. Hanya tiga pertamanya saja yang kita ucapkan dengan betul dan perlahan. Setelah itu pada ucapan ke empat dan seterusnya kita membacanya dengan ngebut tanpa mempedulikan lagi kefasihannya, makhrajnya apa lagi makna dan hikmahnya.
Ingatlah, jika huruf pertama 'Laa' dibaca dengan cepat dan pendek (hanya satu harakat) maka makna bacaan kita menjadi terbalik 180 derajat. Sebab 'La' yang satu harakat adalah 'Laam Tawkid' (Laam penguat makna) yang membawa arti : Sungguh memang ada Tuhan selain Allah! Bukankah dengan demikian kita malah mengukuhkan kemusyrikan dalam arti dan bukan ketauhidan kepada Allah SWT.
Huruf 'Laa' dalam kalimat Laa Illaaha Illallaah mestinya dibaca panjang minimal dua harakat. Sebab 'Laa' yang dimaksudkan di sini adalah 'Laa' an-Nafiyah' (Laa yang menafikan). Sehingga benarlah maknanya menjadi "Tidak ada Tuhan Selain Allah."
Belum lagi kalau kita hayati maknanya. Laa Illaha Ilallaah adalah ikrar setiap Nabi dari mulai Adam alaihissalam hingga Muhammad shalallahu 'alihi wassalamu yang wajib disampaikan kepada seluruh umat. Agar dengannya umat mengerti dan mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, mengatur alam semesta dan memberi rezeki kepada para hambaNYA.
Cara terbaik membaca kalimat ini adalah dengan perlahan dan khusyuk diwarnai dengan nuansa hati yang ikhlas dan pasrah kepada Allah subhanna huwa ta'ala. Sambil membayangkan jasad kita sendiri yang sedang terbujur kaku di tengah rumah. Atau bacalah dengan membayangkan kita sedang duduk di depan sebuah kuburan.. Pada batu nisan nya terukir tanggal lahir dan tanggal kematian kita sendiri...
Rabbana, Ya Allah
Hanya kehendakMu saja yang dapat menjadikan
Laa Illaha Illallaah
Menghiasi bibir kami saat Izrail tiba.
Maka jadikanlah ia melekat pada jiwa kami sewaktu hidup,
Meringankan kami saat sekarat, menerangi kubur kami setelah mati,
dan melancarkan jalan kami sampai ke syurgaMu.
Alhamdulillahi Rabbil 'Allamiin...
http://medan-dakwah.blogsp
Nabi Bersabda : “ Dzikir yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illallaah “
Penyaksian seorang Hamba bahwa : “ TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH “ meliputi a.l. :
* tiada yang patut disembah kecuali Allah
* tiada yang pantas dipuja selain Allah
* tiada yang layak dijadikan tujuan kecuali Allah
* tiada yang berhak mengatur hidup kita selain ( aturan ) Allah
Hakikat Laa ilaaha adalah menafikan ilah ilah lain, menghilangkan kecenderungan, membersihkan hati dari segala sesuatu yang semu, nisbi, dan relatif, untuk kemudian kita mengitsbatkan (Memantapkan) dalam hati bahwa Illallaah hanya Allah segala galanya.
Laa ilaaha,,, singkirkan ilah ilah lain yang sering mendominasi hidup kita.Illallaah,,, hiruplah energi Allah, tanamkan ia didalam kalbu kita.
Laa ilaaha,,, buanglah dari hati kita kecintaan terhadap dunia. Illallaah,,, raihlah nur Allah, campakkan ia kedalam dada kita.
Laa ilaaha,,, keluarkan kecintaan kepada jabatan dalam hati kita, letakkan ia didalam kantor, jangan didalam hati.
Illallaah,,, bidikkan Allah kedalam hati kita, biarkan ia mengkristal dan menyatu kental dengan darah dan nadi kita.
Laa ilaaha,,, buang jauh jauh kecintaan terhadap kendaraan / mobil mewah kita, tempat kendaraan bukan dihati tapi didalam garasi. Illallaah ,, hanya Allah di hati kita.
Laa ilaaha,,, saksikan dalam hati, bahwa tidak ada yang dapat mengangkat derajat kita. Illallaah,,, hanya Allah yang punya kuasa atas segalanya.
Laa ilaaha,,, yakinkan dalam hati, bahwa tidak ada yang dapat menyembuhkan penyakit yang kita derita. Illallaah,,, hanya Allah lah yang Maha Penyembuh.
Laa ilaaha ,, tanamkan dalam hati, bahwa tidak ada dapat memberi rizqi. Illallaah,, hanya Allah yang Maha luas kekayaannya.
http://rizkipra0204.wordpr
AMALIYAH TQN..., AMALKAN SAJA!
Ustadz Haji Ali Mohamed
Kira-kira sudah 25 tahun saya belajar tentang Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah dari Pangersa Abah Anom dan mengamalkannya. Dari waktu tersebut, sudah banyak rintangan, cobaan, hambatan yang pernah saya alami. Tapi, alhamdulillah, berkat karomah Pangersa Abah, saya dapat melewatinya dengan penuh kesabaran sambil terus melaksanakan amaliah TQN berupa Dzikrullah, khataman, manaqiban, mengamalkan Tanbih dalam kehidupan sehari-hari dan lain-lain. Tentu saja semua itu harus diiringi dengan kekuatan iman, keikhlasan, keyakinan dan kesabaran seperti sabarnya Nabi Ayub As.
Pertama : Kalimat Laa ilaaha Ilallah (dzikir Jahar yang kita amalkan), pada mulanya diletakkan oleh Allah (tertulis) pada tiang tiang 'Arsy dan tidak ada satupun makhluk yang diciptakan oleh Allah kecuali ruhnya berdzikir dengan Laa Ilaaha Illallah. Karena kalimat Laa Ilaaha Illallah itu tidak lain merupakan huruf ALIF, LAM, LAM, HA (ALLAHU). Karena itu talqin dzikir (khofi) yang telah diisikan oleh Pangersa Abah atau Wakil Talqin yang telah ditunjuk oleh beliau, merupakan sesuatu perkara yang amat besar. Dalam suatu hadits disebutkan Laqqiinuu mautaakum laa ilaaha illallah. Ajarkanlah orang yang akan (hampir) mati dengan laa ilaaha illallah. Hadits ini jangan diartikan kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut tapi yang akan mati itu adalah kita sendiri.
Laa ilaaha illallah memberikan kekuatan kepada kita sebagai muslim, laa ilaaha illallah menghubungkan kita langsung kepada Allah, laa ilaaha illallah memfanakan diri kita dari dunia yang akan kita tinggalkan, laa ilaaha illallah yang menjamin diri kita masuk surga, laa ilaaha illallah sebagai kekuatan umat Islam seperti yang diajarkan selama 12 tahun di Mekkah oleh Rasulullah Saw. Bilal bin Rabah telah mencontohkan kepada kita bagaimana kekuatan kalimat tersebut meskipun siksaan-siksaan didapatinya tapi dia tetap berkata, Ahadun, ahad, Allahu, Allah ... Kita harus mempunyai keyakinan yang sempurna dengan kalimat tersebut. Karena banyak yang mengucapkan kalimat tersebut tapi tidak bisa sampai kepada Allah. Sayyidina 'Alipun diajarkan oleh Nabi tentang hal tersebut sebagai suatu cara yang paling dekat, paling cepat, paling mudah, paling unggul untuk dekat kepada Allah. Dzikir inilah sebagai benteng kita untuk menghadapi setiap permasalahan kehidupan dunia. Dengan penuh kesabaran, keimanan, kegungan kalimat ini, hadapilah semua permasalahan itu sehingga timbul kesadaran bahwa kita adalah makhluk dan Allah adalah Khaliq.
Kedua Khatam atau khataman. Sebagai murid, hendaknya tidak perlu bertanya kepada Mursyid tentang amaliyah yang diperintahkan olehnya untuk mengamalkannya. Dzikir, amalkan saja, Khataman, amalkan saja, makaqiban amalkan saja, Tanbih amalkan saja. Kalau kita lihat isi dari khataman tersebut, maka akan tampak bahwa didalamnya terdapat sesuatu perkara dunia yang tersirat tapi tidak tersurat. Misalnya Allahumma yaa qoodiyal Haajaat. Banyak hajat dunia yang ingin kita penuhi, tapi dalam khataman tersebut cukup itu saja yang disampaikan kepada Allah, meskipun pendek tapi penuh dengan makna. Begitulah orang-orang yang telah berma'rifat kepada Allah menyampaikan hajatnya. Tidak perlu kita tambah dengan hal-hal lain. Cukup saja dengan Allahumma yaa qoodiyal Haajaat. Dan seterusnya. Dengan mengamalkan khataman, berarti kita telah menghubungkan diri dengan para nabi, para malaikat, para khulafaur rosyidin, para sholihin, para 'ulama, orang tua kita, kaum muslimin dan lain-lain. Meskipun kalimat-kalimat dalam khataman pendek-pendek, tapi bisa mengadung seribu makna. Karena itu, amalkan saja! Itulah yang saya rasakan selama 25 tahun mengamalkannya. Jangan lupa kuncinya adalah sabar. Insya Allah dengan berkah dzikir dan khataman setiap permasalah hidup yang kita hadapi akan diberikan jalan keluar oleh Allah.
Ketiga Manaqiban. Meskipun didalamnya terdapat bermacam-macam karomah Syekh Abdul Qodur Jailani yang berada diluar kebiasaan manusia, kita harus percaya, jangan agu-ragu, karena itulah karomah. Di dalam al-Qur'anpun bermacam-macam keluarbiasaan dari seorang manusia yang telah dimuliakan oleh Allah bisa kita baca seperti dalam kisah Ashabul Kahfi, kisah Siti Maryam dan lain-lain. Mereka bukanlah Rasul yang diberikan mu'jizat tapi hanya seorang yang telah dimuliakan oleh Allah dengan karomahnya dengan berkahnya. Syekh 'Abdul Qodir Jailani sampai berani mengatakan, barang siapa yang ingin berhubungan denganku, ingin aku sampaikan kepada Allah permohonanmu, maka ucapkanlah : Bismillaahi, 'alaa niyyati sayyidi syekh 'abdul Qodir Jailani. Jauh-jauh kita datang ke Suryalaya ini untuk mengikuti Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani, tidak lain untuk mendapatkan berkah dari Pangersa Abah dan Syekh Abdul Qodir Jailani.
Yakinkanlah, dengan mengamalkan dzikir, khataman, manaqiban dan amal shaleh yang lain baik secara lahiriyah maupun batiniah, maka Allah akan mengabulkan hajat-hajat kita. Amalkan dengan ikhlas dan bersabarlah.
http://www.suryalaya.org/v
Dzikir Membersihkan Hati
Membersihkan hati dan menolak kehendak hawa nafsu yang keji itu fardlu ‘ain hukumnya. Akan tetapi, membersihkan hati itu sangat sukar karena penyakit hati (illat-illat) itu tidak terlihat oleh mata tetapi dapat ditangkap dengan hati. Untuk menandingi illat-illat tersebut harus ada Nur yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera tetapi tertangkap oleh hati. Dengan Nur tersebut keluarlah manusia dari gelap gulita ke terang benderang dengan izin Tuhannya.
Cara kaum Sufi membuang penyakit hati tersebut adalah dengan riyadhah dan latihan-latihan yang antara lain meliputi bertaubat, membersihkan Tauhid, taqarrub kepada Allah, mengikuti Sunnah Nabi, memperbanyak ibadah, qiyamul lail, tidak memakan/meminum makanan/minuman yang haram, tidak menghadiri tempat yang menambah nyala api hawa nafsu, tidak melihat pemandangan yang haram, dan menahan diri dari ajakan syahwat. Riyadhah dan latihan khusus kaum Sufi untuk membersihkan hati adalah dengan DZIKRULLAH, berdzikir dengan menyebut nama Allah. Hal ini dilandaskan pada Firman-firman Allah SWT dalam Al-Qur’an seperti: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)- Ku.” (Al-Baqarah 152), “Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak- banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”, “Adapun orang laki-laki yang banyak berdzikrullah, demikian juga orang-orang wanita, disedikan Allah baginya ampunan dan pahala yang besar” (Al-Ahzab 35), dan “(yaitu) orang-orang yang beriman dan dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang” (Ar-Ra’d 28).
Landasan lain yang digunakan kaum Sufi adalah sabda-sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: “Bahwasanya hati itu itu kotor seperti besi yang berkarat dan pembersihnya adalah Dzikrullah”, “Bagi setiap sesuatu ada alat pembersihnya, dan alat pembersih hati adalah “DZIKRULLAH”, dan “Jauhkanlah Syaithanmu itu dengan ucapan ‘LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMADUR RASULULLAH’, karena syaithan itu kesakitan dengan ucapan kalimat tersebut, sebagaimana kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya penunggang dan banjirnya muatan diatasnya”, “Dzikir kepada Allah SWT, jadi benteng dari godaan syaithan”, dan “Allah berfirman ‘LAA ILAAHA ILLALLAH adalah bentengKu. Barang siapa mengucapkannya, masuklah ia kedalam bentengKu. Dan barang siapa masuk ke dalam bentengku, maka amanlah ia daripada azabKu. (Hadist Qudsi).”
Pengertian umum dzikir adalah mengingat Allah; dengan demikian, setiap ibadah (baik yang fardlu maupun sunnat) seperti sholat, zakat, puasa, haji, baca Qur’an, da’wah, belajar, berusaha, dll yang dilakukan semata atas nama Allah atau dengan mengingat Allah adalah dzikir. Akan tetapi disamping melaksanakan hal-hal tersebut, kaum Sufi melaksanakan Thariqat-dzikir secara khusus yang merupakan cara pembersihan ruh pada sisi Allah (hati) secara Sufi, yaitu dengan menyebut LAILAA HA ILLALLAH atau ALLAH baik sendiri-sendiri maupun berjamaah dengan “cara tertentu.”
Penulis tidak dapat menyampaikan metode Dzikrullah tersebut oleh karena hanya Guru Sufi yang mursyid dan murid-muridnya yang telah diberi “ijazah”lah yang berwenang mengajarkan metode Tha- riqat-dzikir tersebut. Yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa para guru Sufi mengajar murid-muridnya mula-mula berdzikir dengan lidah (dzikir zahar, dzikir dengan suara keras), kemudian meningkat secara teratur kedzikir hati (dzikir khofi, dzikir yang tidak bersuara karena didalam hati) yang awalnya disengajakan kemudian menjadi kebiasaan, lantas meningkat lagi ke dzikir Sirri (dzikir di dalam hatinya hati). Hamba Allah yang sudah mampu berdzikir sirri ini tidak akan pernah terputus dzikirnya meskipun ia terlupa berdzikir. Sementara itu, sang guru pun membantu muridnya yang sedang dalam keadaan salik untuk menundukkan dan mengalahkan hawa nafsunya.
Ulama-ulama Sufi berkata: “Apabila murid-murid mengucapkan dzikir LAA ILAAHA ILLALLAH dengan memusatkan perhatiannya secara bulat kepadaNya, maka terbuka segala tingkat ajaran Thariqat dengan cepat, yang kadang-kadang terasa dalam tempo satu jam, yang tidak dapat dihasilkan dengan ucapan kalimat lain dalam tempo satu bulan atau lebih.”
Dengan berdzikir yang dilakukan secara khusyu’ dengan bimbingan Guru Sufi yang mursyid, murid dapat membersihkan cermin hatinya dari sifat-sifat yang rendah secara dikit demi sedikit. Dalam masa itu, menyesallah sang murid atas dosa-dosa yang dilakukannya sehingga ia mencucurkan air mata dan berkehendak memperbaiki tingkah lakunya. Ia tidak rela untuk berada lagi dalam kelupaan dan kemaksiatan dengan mengikuti hawa nafsunya. Ia bertobat dan minta ampun dan mengikuti petunjuk Tuhannya. Maka cermin hatinyapun mulai dapat menerima dan memancarkan Nur Illahi yang kemudian merasuk keseluruh tubuhnya dan mempengaruhi segala ucapan, tingkah laku, dan perbuatannya dengan segala keutamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar