Kamis, 11 Maret 2010

FUNGSI QOLBU SEBAGAI INSTRUMEN UTAMA SILATURAHIM


QOLBU

Di Bulan Syawal yang penuh berkah, sekelompok santri nampak sedang mengerumuni Sang Guru 
dalam suatu majelis ilmu di serambi masjid pesantren mereka. 
Kelana, salah seorang santri yang santun dan selalu bersemangat dalam menuntut ilmu, 
tertutama jika berkaitan dengan peningkatan akhlak mulia bertanya, 
setelah uraian sang Guru selesai dia bertanya,
Kelana: Guru, mohon penjelasan tentang kaitan Qolbu dengan Silaturahim yang harus kita pelihara?
Guru:Pertanyaan yang bagus Anakku… Memang kita diperintahkan Alloh SWT untuk bertakwa 
dan memelihara silaturahim, firman-Nya:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu 
dari diri yang satu, dan daripadanya Alloh menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Alloh memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. 
Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) silaturahim (arhama). Sesungguhnya Alloh selalu menjaga 
dan mengawasi kamu.
”(QS. An-Nisa’ 4: 1)

Demikianlah Alloh SWT sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pengatur kehidupan makhluk-makhluk-Nya memerintahkan agar kita bertakwa dan bersilaturahim.
Silaturahim terdiri dari kata silatu(silah) yang dapat dimaknai menyambungkan, menghubungkan 
dan Ar-Rohim yang merupakan salah satu asma agung (ismu al-azhom) Alloh yang berarti 
Yang Maha Kasih dan sekaligus Pemberi Kasih. 
Sehingga kita mendekati makna silaturahim sebagai berinteraksi dengan sesama makhluk 
dalam rangka saling menghubungkan dan menebarkan Kasih Sayang (Rohim) Alloh. 
Tentu saja sebelum kita menebarkan, kita harus memperoleh Kasih sayang Alloh terlebih dulu, 
baru bisa kita membagi-baginya kepada sesama makhluk.

Berkaitan dengan upaya kita mengenal Alloh untuk memperoleh kasih sayang-Nya, 
ada seseorang yang bertanya kepada Rosululloh SAW, “Wahai Rosululloh! Di manakah Alloh? 
Di bumi atau di langit?
” Rosululloh SAW menjawab, “Alloh Ta’ala berfirman, ‘Tidak termuat Aku oleh bumi-Ku dan lelangit-Ku, dan termuat Aku oleh qolb hamba-Ku yang mu’min, yang lemah-lembut, yang tenang-tenteram.’”
Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin jilid IV hal. 25, Imam Al-Ghozali mengutip, Ali bin Abu Tholib berkata, “Sesungguhnya Alloh Ta’ala mempunyai wadah di bumi-Nya, yaitu qolb. 
Maka qolb yang paling dikasihi oleh Alloh Ta’ala adalah yang paling kuat, yang paling bersih, 
dan yang paling lembut
. Kemudian Ali bin Abu Tholib menafsirkannya dengan mengatakan, “Paling kuatnya qolb itu mengenai Agama, paling bersihnya itu mengenai keyakinan, 
dan paling lembut kepada saudara-saudara.

Dalam mekanisme interaksi kita dengan sesama tersebut Alloh SWT telah memberikan bimbingan 
kepada kita tentang instrumen utama yang harus gunakan memahami dan mengerti segala sesuatu, yang Dia firmankan dalam Al-Quran,

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qolb (hati) 
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka 
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, 
ialah qolb(hati) yang di dalam dada.
”(QS. Al-Hajj 22: 46). 

Jadi, dalam hal melaksanakan perintah silturahim, instrumen utama yang kita gunakan adalah qolbu (hati).
Esensi utama dari kita yang berinteraksi adalah bermula dari kita saling memberi perhatian, 
kemudian memberikan kasih sayang di antara kita. 
Wujud kasih sayang itu bisa kita rupakan sesuatu yang material maupun non material.
Dengan memperhatikan bahwa qolb yang paling dikasihi Alloh adalah yang kuat agamanya, 
dan bersih keyakinan keimanannya, serta lembut kepada saudara-saudaranya, 
maka hendaknya kita membangun silaturahim di antara kita dengan landasan transformasi diri kita 
agar semakin menguat agama, keyakinan keimanan, serta melembutnya qolb kita.
Hal tersebut pada praktiknya dapat kita upayakan dengan bertemu secara fisik jika memungkinkan, maupun berinteraksi dengan memanfaatkan produk-produk teknologi informasi yang ada. 
Kita dengan qolb yang bersih dari penyakit-penyakitnya tetap bisa bersilaturahim dengan telepon, 
SMS, surat, email, program jejaring sosial(Facebook, twitter, friendster,dll.), 
chatting meskipun secara fisik jarak kita berjauhan. 
Yang penting tujuan utama menebarkan kasih sayang-Nya kepada semesta alam seisinya tercapai. 
Iya Nggak??
Santri-santri: Betul Guru….!!
Wallohu a’lam bi showwab 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar