“Siapa yang berada di waktu sore dalam keadaan lelah karena bekerja dengan tangannya, maka ia berada di sore itu sedang dosanya diampuni.”
(HR.Thabrani)
Di salah satu sudut jalan, Rasulullah Saw berjumpa dengan sahabat Sa’ad bin Mu’adz A; Anshari. Ketika itu Rasulullah melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
“Kenapa tanganmu?” tanya beliau kepada Sa’ad.
“Wahai Rasulullah, tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu, untuk menafkahi keluargaku,” jawab Sa’ad.
Seketika beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata,
”Inilah tangan yang tidak akan disentuh api neraka.”
Dalam riwayat yang berbeda menyebutkan, adalah dia Mu’adz bin Jabal ra. Kala itu Rasulullah mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Mu’adz. Ketika bersentuhan, beliau rasakan tangan itu begitu kasar. Beliaupun kemudian menanyakan sebabnya, dan dijawab oleh Mu’adz bahwa kapalan di tangannya karena bekas kerja kerasnya. Rasul pun mencium tangan Mu’adz seraya bersabda,
“Tangan ini dicintai Allah dan Rasul-Nya, serta tidak akan disentuh api neraka.”
Subhanallah.. bagaimana Rasulullah menunjukkan kecintaannya kepada orang yang mau bekerja keras, manusia termulia yang pernah ada di dunia ini. Beliau menunjukkan rasa suka dan kagumnya dengan mencium tangan orang tersebut, padahal mereka bukanlah orang tuanya, bukan pula seorang syeikh, kyai atau guru di hadapan muridnya.
Pernah suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah Saw. Orang itu dikenal sebagai pekerja keras yang giat serta tangkas. Para sahabat kemudian berkata,
”Wahai rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (fi sabilillah), maka alangkah baiknya.”
Mendengar itu Rasul pun menjawab,
“Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah, kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah, kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR. Thabrani)
Bekerja, apapun itu, selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan, adalah kodrat hidup. Oleh karena itu, agar manusia benar-benar ‘hidup’, dalam kehidupan ini ia memerlukan ruh (spirit). Untuk itulah Al-Quran diturunkan sebagai ‘ruhan min amrina” yaitu spirit hidup ciptaan Allah, sekaligus sebagai ‘nur’ atau cahaya yang tak kunjung padam, agar aktifitas hidup manusia tidak tersesat (QS.Asy-Syura:52)
“Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS.Al Jumuah:10).
Semoga dari catatan yang singkat dan penuh kekurangan ini, hendaknya menjadi panduan kepada kita, bahwa sesungguhnya, kerja keras kita di dunia bernilai mulia di hadapan Allah dan Rasul-Nya, dan yakinlah bahwa Allah Swt tidak akan menyia-nyiakan kesungguhan siapapun yang mau berusaha dan bekerja, tanpa letih dan tanpa bosan, meski kesulitan selalu menerpanya dengan catatan, sepanjang pekerjannya dilakukan dengan cara yang halal.
mari, kita bekerja keras !
:)
dblackdwarf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar