Rabu, 26 Mei 2010

Ketahuilah semoga Allah merahmatimu

Kemudian beliau katakan diawal kitab, kata beliau:
"إعلم رحمك الله" (Ketahuilah semoga Allah merahmatimu) dan ini kebanyakan/kebiasaan dari pengarang buku. Mereka memulai dengan "ketahuilah" supaya si pembaca mndengar pembicaraan itu ada perhatian terhadap apa yang disampaikan. Kemudian beliau doakan "رحمك الله" ini dari sayangnya beliau terhadap kaum muslimin orang-orang yang membaca kitab beliau, dan menunjukkan ilmu itu dibangun diatas rahmat amtara orang yang belajar dan orng yang mengajar.
Karena itu di dalam musalsal, para ulama ketika memberikan riwayat atau mewariskan sanad kepada muridnya maka riwayat pertama yang diberikan kepada murid dalam silsilah itu adalah silsilah hadits yang berbunyi:
((ألرحمون يرحم الرحمن)) yang artinya: "orang-orang yang merahmati mereka akan dirahmati oleh Allah yang merahmati."
Disebut ulama ini, jadi setiap alim ketika meriwayatkan musalsal ini ia berkata: "menceritakan kepada saya guru saya, dan hadits yang pertama yang ia berikan kepadaku adalah ini. Dan ini adalah hadits yang pertama yang ia sampaikan kepadaku. Gurunya juga berkata: "menceritakan kepada saya guruku dan ini adalah hadits pertama yang ia berikan padaku, gurunya juga berkata seperti itu, terus kepada Nabi sanadnya apa? Orang-orang yang merahmati mereka akan dirahmati oleh Allah yang merahmati.
Dimulai dengan awal, diawal ketika akan mendengarkan hadits, ini hadits pertama yang akan dimulai. Dan syekh Muhammad bin abdul Wahhab juga memulai dengan ini ((إعلم رحمك الله)) , menunjukkan bahwa ilmu itu dibangun diatas rahmat dan ini menunjukan bahwa beliau betul-betul ingin menasehati umat. Karena itu beliau doalkan kebaikan bagi orang yang membaca kitabnya.
إعلمdari kalimat ألعلم . ketahuilah ilmu itu adalah mendapatkan sesuatu, atau mengetahui sesuatu sesuai degan keadaannya, dengan penge`tahuan yang pasti itu ilmu. Jadi dikatakan إعلم رحمك الله (ketahuilah semoga Allah merahmatimu).
إعلم رحمك الله أنه يجب علينا تعلم أربع مسائل
"Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mempelajari empat masalah."
Ini pendahuluan pertama yang beliau sebutkan tentang mempelajari empat masalah. Beliau tekankan wajib atas kita, disini kalimat wajib wajib apa? Wajib 'ain atau wajib kifayah? Fardhu 'ain atau fardhu kifayah? Disini mencakup keduanya. Sebab dari yang beliau sebutkan, ada yang merupakan wajib 'ain dan ada yang merupakan fardhu kifayah dan ada yang tercakup pada seseorang fardhu 'ain dan fardhu kifayah.
Disini kalimat علينا (bagi kita) bukan kaum muslimin saja. Bagi kita seluruh makhluk, semua yang namanya makhluk wajib mempelajarinnya sampai orang kafir pun wajib mengetahuinya. Orang-orang yang mukallaf muslimun masuk di dalamnya. Tapi orang kafir tidak, mereka terkhitof terdhadap furu' syari'ah. Perkara-perkara syari'ah itu bagi orang kafir nanti terbebani juga pda hari kiamat. Jangan dikatakan orang kafir tidak sholat tidak mentauhidkan Allah dan tidak ini tidak itu. Tidak ada yang dia lakukan. Jangan dikatakan kafir ini lepas di hari kiamat, tetap nanti dia menganggung dosanya di hari kiamat. Sebab kewajiban ini juga dikenakan kepada orang kafir pada asalnya. Dia kafir dia tidak mau menerima asalnya, maka ia mendapat dosa yang berlipat ganda. Karena itu dikatakan dalam Al-quran surah Al-Mudatsir:
((ما سلك كم في سقر* قالوا لم نك من المصلين)) "orang-orang (kafir) yang berada dalam neraka ditanya: apa yang menyebabkan kalian berada di dalam neraka saqar ini? Mereka berkata kami dulu tidak sholat."

Berarti ini juga diantara sebab mereka tidak sholat, ini menunjukkan bahwa dia menanggung hal ini pada hari kiamat tetap ada tanggungan. Karena itu wajib atas kita seluruh makhluk untuk mempelajari empat masalah ini.
Disini empat masalah, pendahuluan pertama, pendahuluan kedua tiga masalah, dan tercabang darinya lagi tiga landasan pokok. Semuanya ini dari pembagian dari syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, dan mempunyai maksud-maksud tertentu. Dan tentunya kita pahami bersama bahwa pembagian itu, kadang satu masalah bisa dibagi dari beberapa sisi, kadang dilihat dari jenisnya, dari bentuknya, kadang dari bentuk yang beraneka ragam. Karena itu jangan sampai ada yang salah memahami kenapa empat perkara yang diwajibkan, kemudian itu pendahuluan kedua kita wajib memahami tiga perkara lain dst.
ألأولى ألعلم وهو معرفة الله معرفة نبيه ومعرفة دين الإسلام بالأدلة
"Pertama adalah ilmu: ilmu itu adalah mengenal Allah, dan mengenal nabi-Nya dan mengenal agama islam dengan dalil-dalilnya".
Ini adalah masalah pertama yang disebut syekh Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai masalah, ataau dari empat masalah yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Empat masalah ini adalah empat masalah yang berkaitan dengan agama keseluruhan. Karena itu sangaat pantas bagi seseorang mempunyai inayah (perhatian) terhadap masalah-masalah tersebut, karena besarnya manfaat di dalamnya.
Dikatakan oleh beliau ألأولى ألعلم: . dan ilmu itu ditafsirkan beliau dengan معرفة الله (mengenal Allah) disini ilmu yang wajib dipelajari ada tiga yaitu معرفة الله معرفة نبيه ومعرفة دين الإسلام بالأدلة (mengenal Allah, dan mengenal nabi-Nya dan mengenal agama islam dengan dalail-dalilnya). Di kebanyakan cetakan, mengenal nabi kemudian mengenal agama islam ini di dalam muqodimmah tapi kalau di dalam tsalatsatul ushul didahulukan mengenal agama islam kemudian mengenal nabi. Tapi kalau dikedepankan nabi juga punya munasabah yang baik yaitu dari sisi agama itu diketahui dengan perantara nabi. Karena itu kita harus kenal nabi, dan kita akan mengetahui agama. Karena itu disini didahulukan penyebutan ma'rifatun nabi. Adapun yang adan datang didahulukan agama, supaya ada pembahasan rinci dalam masalah yang disebut syekh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Jadi beliau katakan disini yang wajib kita pelajari adalah ilmu. Dan beliau tafsirkan ilmu itu apa, sebab ilmu kalau digunakan, itu yang diinginkan adalah ilmu syariah. Itu penggunaan ilmu dalam nusus Al-quran dan As-Sunnah. Jadi kalau disebut ilmu maka yang diinginkan disitu ilmu syara', itu ada pujian keutamaan bagi yang mempelajarinya. Adapun dari selain ilmu syar'I kadang ada keutamaan tapi sifatnya nisbi, ikut pada sesuatu atau pada keadaan tertentu dan tidak bersifat umum. Tapi ilmu syariat, ilmu agama mempunyai keutamman yang umum. Karena itu nash-nash yang menyebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah dyang menyebutkan tentang ilmu, yang diinginkan adalah ilmu syar'i. jadi yang wajib kita pelajari adalah al-ilmu (berilmu) seseorang beribadah maka ia wajib untuk berilmu.
Disini disebutkan ilmu itu apa? Beliau menyebutkan ilmu itu ada tiga: معرفة الله معرفة نبيه ومعرفة دين الإسلام بالأدلة (mengenal Allah, dan mengenal nabi-Nya dan mengenal agama islam dengan dalil-dalilnya).
Disini ilmu ditafsirkan oleh syekh Muhammad bin abdul Wahhab dengan kalimat ma'rifat. Kalau dengan penerjemahan bahasa indonesia sama artinya ilmu, mengenal, mengetahui, mengilmui siapa Allah, siapa nabi dan apa agama islam. Tapi dalam bahasa arab (…)sesuatu dan tidak disertai dengan jahil, tidak diserti dengan ketidaktahuan, tapi kalau ma'rifah dia mengetahui sesuatu tapi sebelumnya pernah tidak tahu. Disini penggunaan syekh muhammad bin Abdul Wahhab penggunaan yang benar, sebab di dalam hadits dalam sebagian riwyat hadits diutusnya mu'adz bin jabal ke Yaman disebutkan bahwa:
فاليقل أولا ما تدعهم شهادة ألآإله إلا الله وأنا محمد الرسول الله فإن عرفوا ذلك... "hendaknya yang paling awal kamu dakwahkan kepada mereka adalah syahadat لاإله إلا الله وأنا محمد الرسول الله ... ,kalau mereka telah mengenal Allah." Disini dipakai kalimat عرفوا kalimat ma'rifah. Jadi ilmu itu ada tiga: mengenal Allah, mengenal nabi-Nya, kemudian mengenal agama islam dengan dalil-dalilnya. Inilah tiga landasan pokokyang akan ditrangkan syekh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam kitab ini, sebab beliau globalkan.
Mengenal Allah yaitu seorang hamba mengenal Allah dengan hatinya dengan bentuk pengenalan yang mengharuskan ia menerima segala sesuatu yang disyariatkan Allah, tunduk dan taat kepada-Nya.
Kemudian mengenal Nabi-Nya yaitu dengan bentuk pengenalan yang mengharuskan dia menerima segala sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah berupa agama yang benar dan petunjuk yang beliau bawa, membenarkan kabar yang beliau kabarkan, menjalankan perintah beliau, menjadikan beliau sebagai hakim penetu segala perkara manusia, tersebut dalam firman Allah;
فلا وربك لايؤمنون حتى يحاكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجامما قضيت و يسلموا تسليما (ألنساء 65)
"Tidak demi Rabbmu, sesungguhnya tidaklah mereka beriman smpai menjadikan engkau (Muhammad) hakim sesama mereka pada apa-apa yang mereka berselisih, kemudian mereeka tidak menemukan rasa berat di dalam diri-diri mereka sehingga apa yang kamu putuskan dan mereka menerima dengan sebenar-benar penerimaan".
Maka itu mengenal nabi secara global, terus kenal siapa beliau, sehingga ketika kita kenal, kita menerima segala sesuatu yang dibawa oleh beliau.
Kemudian yang ketiga wajib di ilmui adalah mengenal islam, mengenal agama islam dengan dua makna islam. Sebab islam sebagaimana yang akan datang penjelasannya kadang bermakna umum kadang bermakna khusus. Bermakna umum islam yang dibawa seluruh nabi dan rasul. Dan islam bermakna khusus adalah islam yang dibawa Rasulullah صلى الله عليه و سلم.
Ketika menyebut tentang dinul islam, syekh muhammad bin Abdul Wahhab menyebut mengenal agama islam dengan dalilnya, menunjukkan bahwa agama ini diterima melalui jalur ini, dari adilah (dalil-dalil), dan adilah itu apa yang diucapkan. Dalili-dalil dalam agama adalah firman Allah, dan sabda Rasulullah, dan kesepakatan para shahabat itulah adilah. Jadi mengenal agama dengan dalil-dalilnya. Dari sini para ulama atau ucapan syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, beliau memberikan isyarat itu (selesai side A).
Sebab orang yang ikut-ikutan itu akibatnya parah, itu kenyataan dikabarkan oleh nabi صلى الله عليه و سلم tentang pertanyaan malaikat di alam kubur, ketika seorang fajir, seorang kafir ditanya siapa rabmu maka dia berkata: "hah-hah saya tidak tahu, saya hanya mendengar sekedar manusia mengucapkan sesuatu, saya juga ikut mengucapkannya".
Bagaimana dia dengar di dunia tapi dia hanya sekedar ikut-ikutan, di alam kubur tidak bermanfaat. Kdarena itu harus dia kenal agama islam dengan dalil-dalilnya, dia tahu dalilnya tapi tidak diharuskan di hafal karena kalau dihafal itu berat, paling tidak ia pernah mendengarnya.
Karena itu syekh Muhammad bin Abdul Wahhab disini ketika menguraikan tsalatsatu ushul beliau hanya menyebut sekedar begini dan begini ini dalilnya, ini dalilnya begini. Sebab agama itu datangnya dengan jalur itu. Inilah kaidah yang dipetik pleh para ulama bahwa asal di dalam agama adalah terlarang kecuali aa nash yang membolehkan. Ibadah apa saja asalnya tidak boleh kecuali kalau ada nash yang membolehkan dalam syariat. Dan nash ini dri Al-Quran dan sunnah Rasulullah, dan ijma dikalangan shahabat.
Agama kita, agama yang dengan wahyu Allah dan adillah, tidak sekedar taklid (ikut-ikutan) maksudnya mengikuti orang yang bukan hujjah tanpa hujjah. Kalau dia mengikuti Rasulullah صلى الله عليه و سلم maka ini adalah hujjah, tapi kalau ikut kepada fulan atau ikut kepada seorang imam nadzhab, ia taklid kepa imam Ahmad, imam Syafi'I, imam malik, andaikata taklidnya itu diperbolehkan maka dibolehkan taklid kepada orang yang lebih besar dari mereka, taklid pada Abu bakar, Umar. Tapi tidak ada yang melakukan, sebab taklid dalam agama itu terlarang. Jadi dia mengikkuti orang yang diikuti tanpa hujah, kadang dia ikuti orang bukan hujah tetapi orang tersebut punya hujah dari Al-Quran dan Sunnah yang diikuti. Sudah diikuti orang yang tidak punya hujah/ argumen dari Al-quran dan sunnah itulah taklid. Dan taklid seperti ini diharamkan dalam syari'ah dan tidak diperbolehkan. Agama kita sekali lagi wahyu bukan dengan adat-istiadat, atau kebiasaan, atau anggapan baik menurut akal.
Karena itu Ali bin abi Tholib beliau berkata: "andaikata agama itu dengan akal, pemikiran, maka sesungguhnya bawahnya sepatu itu lebih pasntas diusap daripada atasnya." Dalam hukum mengusap sepatu yang diusap itu diatas bukan dibawah yang diusap. Berhubung agama nabi menetapkan begitumaka kita lakukan begitu. Umar bn Khoththob dalam riwayat Bukhory ketika beliau ingin mencium hajar aswad beliau berkata: "Ya hajar aswad saya tahu kamu ini batu tidak bermanfaat, tidak bisa memberi kecelakaan padaku. Andaikata saya tidakmelihat Nabi mencium kamu, maka saya tidak akan mencium kamu, lalu Umar menciumnya." Maka karena itu agama bukan dengan akal tapi dengan wahyu. Syekh disini mengisyaratkan bahwa mempelajari agama islam dengan dalil-dalilnya.
Bagaimana mengenal Allah disini akan diterangkan oleh syekh. Memang mengenal Allah ada batasan terangkat kewajiban dan ada batasan lengkap sempurna. Dan seorang muslimwajib mengangkat kewajiban atasnya. Kalau ingin mempelajari detail tentang asma' dan sifat, sampai menghafal nama-nama dan sifat Allah itu memang tidak diharuskan untuk seluruh umat. Tapi ada batasan-batasan tertentu sampai terangkat kewajibannya. Demikian pula mengenal Nabi bukan dikatakan wajib megenal Nabi artinya harus kita baca seluruh haditsnya, kapan tidak dibaca berdosa, tidak dikenal, ada batasan tertentu dikatakan dia mengenal Nabi.
Demikian pula mengenal agama islam dengan dalil-dalilnya ada batasan tertentu yang dengannya terangkat kewajiban, lebih dari itu adalah keutamaan afdoliah.
Dan kalau kita perhatikan masalah pertama ini bermanfaat bagi hamba baik di duniannya maupun di akhiratnya, lihat! Masalah yang pertama aalah ilmu dan ilmu itu beliau tafsirkan dengan tiga ma'rifah: Allah, Nabi-Nya, agama islam dengan dalil-dalilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar