Hari itu aku mendapati cuti dari kantor selama 10 hari kerja, lebaran yang lalu aku belum mendapat cuti, karena belum genap 2 tahun aku bekerja di perusahan tersebut, hati ku merasa senang karena akan berjumpa dengan orang tua dan adik ku. besok pagi pukul 8.00 aku akan berangkat dengan pesawat melalui Bandara, tiket telah kubeli.
Setelah shalat magrib, akupun berangkat ke Mall membeli satu lusin kaos untuk oleh-oleh adik ku, serta beberapa orang sanak saudara, agar mereka bergembira memperoleh hadiah walaupun harga nya tak seberapa, yang penting bagi mereka barang-barang tersebut berasal dari kota,
Setelah selesai Shopping, aku langsung ke tempat parkir taksi, tiba di tepi jalan, ramai orang berkerumun, akupun menghampiri, kulihat seorang wanita muda terkapar ditepi jalan, tidak ada yang berani membantu, “ Korban tabrak lari, Mas “, kata salah seorang supir taksi yang berdiri disebelah ku. “ Sudah, ayo kita bawa ke Rumah Sakit”, jawab ku.
“Siapa yang tanggung jawab Mas”, kata orang-orang yang berkerumun, lalu ku tepuk bahu supir disebelahku, “ Ambil taksi Mas, kita bawa ke Rumah Sakit, nanti saya yang bayar “, kataku . Beberapa saat kemudian taksi itu sudah parkir, kami beramai-ramai mengangkat wanita itu kedalam taksi itu, tas kecil milik perempuan itu ku amankan..
Taksi itu ku ngebut, lebih kurang 10 menit kami sampai di Rumah Sakit, dan dengan sigap parkir di depan ruang ICU, para perawat dengan sigap menolong, segera membawa wanita itu ke ruang ICU, sementara aku mendaftarkan wanita itu sebagai teman, aku diminta membayar jaminan sementara sebesar Rp. 2.000.000,-.
“Mbak, nggak ada cash, pakai ATM bisa ?”, Tanya ku, “ Bisa Mas, jawab perawat itu.
Tas kecil milik perempuan kubawa tadi ku buka bermaksud mencari tanda pengenal di dalam nya, tetapi tidak ada, yang ada uang Rp.500.00,--, 1 kartu ATM, 3 kartu Kredit, alat-alat kecantikan wanita, dan 1 unit HP yang rusak, mungkin terhempas waktu ia jatuh.
Aku betul-betul tidak dapat mengetahui alamat wanita muda itu, tapi nama nya tertera di kartu ATM dan kartu kreditnya ialah “Wina Aryanti”, karena kondisinya masih kritis terpaksa aku menunggu sampai pagi, sedangkan hari ini seharusnya aku sudah berangkat, apalagi pukul 7.00. bagasi sudah harus boarding, aku sudah tidak mungkin lagi berangkat, karena sekarang sudah pukul 7.30.
Ku telpon pegawai Travel langganan kantor kami, “ Mbak Sinta, saya nggak bisa berangkat, apa tiket bisa di cancel ?”, tanya ku. “ Bisa Mas, tapi di potong 20%”, kata nya, “ Ya udah, nggak apa-apa, ketimbang batal “, kata ku.
Tak berapa lama dokter dan 2 orang perawat keluar dari ruang ICU sehabis memeriksa wanita yang ku tolong tadi, “ Dok apa pasien sudah siuman ?”, Tanya ku. “ Belum Pak, mungkin ia shock, dan ada benturan ringan di kepala, mungkin 2 atau 3 jam lagi, ia sudah sadar”, kata nya. “ Alhamdulillah “, ucap ku, aku bersyukur karena ia tidak parah.
Waktu Zhuhur telah tiba, aku shalat di mushalla rumah sakit, setelah itu makan siang dikantin, kemudian aku kembali ke ruang ICU, wanita itu sudah sadar, tapi ia diam saja dan melihat ku dengan keheranan . Aku duduk saja di kursi, di ruangan itu, sambil membaca majalah yang ku beli tadi. Hampir 30 menit kami saling diam, kemudian ia bertanya, “ Mas ini siapa ?”, “ Oh saya yang menolong Mbak tadi, waktu kecelakaan” jawab ku. Kemudian aku berdiri dan menuju ke tempat tidurnya, “ Ini tas Mbak “, kata ku sambil meletakkan tas kecil diatas meja disamping tempat tidur nya.
“Mas tolong telepon ke nomor ini”, kata nya, sambil memberi isyarat angka dengan jari-jari nya. Ku ambil HP dan menelpon nomor yang diberikannya, ku dengar suara wanita menyahuti, ku jelaskan dengan hati-hati bahwa anak nya kecelakaan, tapi sekarang sudah siuman, ia pun menyanggupi segera kerumah sakit.
Tak berapa lama datang orang tua Wina, ia merasa bersyukur bahwa aku telah menolong anaknya, dan berulang kali mengucapkan “Alhamdulillah”, bahkan bapak “Wina” memeluk aku dengan hangat ia memberikan kartu namanya, ia juga mengembalikan uang pembayaran rumah sakit yang telah kubayar di muka. “ Nak saya minta nomor telepon serta alamat kantor dan rumah mu, nanti setelah Wina sembuh kami akan berkunjung kerumah mu “, katanya. Kuberi nomor HP dan telepon kantor, alamat rumah dan alamat kantor ku. Setelah itu aku mohon pamit pada Bapak dan Ibu Wina, ku lihat mereka terharu, padahal aku menganggap hal itu biasa saja, saat menolong itu aku hanya ingin menyelamatkan nyawa seseorang dalam bahaya, semakin cepat bertindak, kemungkinan besar untuk tertolong, semakin besar, dan kebetulan aku mempunyai uang sebagai jaminan dimuka, itulah yang bisa kuberikan, dan tak pernah terpikir bahwa uang ku akan kembali.
Sesampai dirumah aku shalat Ashar, setelah selesai aku duduk diruang tamu menonton TV, penyiar melaporkan tentang kecelakaan pesawat yang sedianya akan aku tumpangi tadi pagi, jatuh saat akan landing dalam cuaca mendung dan hujan di Bandara pesawat meledak terbelah beberapa bagian dan terbakar, seluruh penumpang dan crew pesawat nya tewas. “Yaa Allah, aku bersyukur atas keselamatan dan nikmat umur panjang yang engkau beri kan, semoga hamba mu ini menjadi orang yang bertakwa dan selalu besyukur sampai akhir hayat, dan jadikan kematian ku kelak dalam keadaan khusnul khatimah, Amiin “, aku berdoa dalam hati.
Wallahu a’lam bish shawab.
Note : akuhanya insanbiasa, catatan dibuat saat “on the job training”
Gambar : zagony.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar