Jumat, 25 Juni 2010

Ketika Hati Wanita Ternoda (Bagian 1)

“Kamu koq gak romantis sih? Sesekali kasih dong aku bunga!” Rani menggerutu dan cemberut di hadapan suaminya. Sang suami memang polos dan tidak pandai mengungkapkan kata-kata cinta. Sebenarnya sang suami bukan tak cinta, namun ia punya cara lain dalam mengekspresikan cinta. Baginya, kerja keras untuk menafkahi keluarga serta sesekali membantu pekerjaan istri di rumah adalah bentuk cinta kepada istrinya. Memang kekurangannya adalah kaku dan tak pandai berucap romantis.

Lain Rani, Lain pula Rebeca. Tadi malam Rebeca ngambek kepada sang suami. Keinginannya untuk membeli baju baru tak kesampean lantaran penghasilan sang suami pas-pasan. Rebeca memiliki tipe suami P13 … Pergi Pagi Pulang Petang Pinggang dan Pundak Pegal-Pegal Penghasilan Pas-Pasan Potong sani Potong sini… (seterusnya tambahin sendiri ya?! hehe).

Ada lagi. Yayuk namanya. Dia sudah cape jadi kontaktor terus bersama suaminya. Pindah-pindah kontakan udah biasa. Maklum, cari yang murah. “Ayah, kapan kita punya rumah sendiri? Kan gak enak pindah-pindah memulu”, Yayuk bersungut-sungut ke suaminya. Sang suami hanya terdiam. Ia tampak sedih membatin, di dalam kontakannya. Kontrakan yang baru ia dapatkan susah payah. Cari yang murah, namun enak ditempati memang sulit. Ia hanya bisa dapatkan rumah dengan tipe RS7… Rumah Sangat Sederhana dan Sempit Sekali Sisinya Sawah dan Selokan… (lebai ini sih, hehe).

Usut terusut…

Rani… ternyata pernah memiliki mantan yang super romantis. Bertolak belakang dengan sang suami. Pantas, ia selalu menuntut suami agar wajib bersikap romantis

Rebeca… ternyata pernah memiliki pujaan hati anak gedongan. Saat pacaran dengan sang mantan, Rebeca sering dibelikan baju walau ia tak memintanya. Bertentangan dengan sang suami, jangankan beli baju… beli garem sama terasi aja sulit.. maklum dah, wong pailit.

Terakhir, Yayuk. Ternyata eh, ternyata… ia pernah pacaran dengan putera konglomerat. Sang putera sudah dibangunkan rumah mewah oleh ortunya sebagai persiapan untuk keluarganya kelak. Tentu saja, ini kontadiktif dengan Paijo, sang suami yang dengan banting daging dan tulang pun, belum mampu menyediakan rumah yang nyaman bagi Yayuk.

Dari peristiwa di atas, saya jadi teringat sebuah hadist… pesan Rasulullah kepada yang hendak menikah.

“Kawinilah gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih sedap mulutnya, lebih banyak melahirkan, dan lebih rela menerima (pemberian, nafkah) yang sedikit.” (HR Thabrani)

Seorang gadis yang hatinya belum disinggahi perasaan cinta, ketika ia menikah akan lebih jernih ungkapan perasaannya. Akan terlahir kemesraan yang lebih hangat. Sedap mulutnya. Ada canda yang menyegarkan jiwa, ada juga gelak tawa kecil yang renyah. Bisa bermesraan saat-saat berdua dengan cubitan cinta (rada mendayu-dayu nih, hihi). Kita juga bisa saling gigit dengan gigitan sayang (jangan terlalu keras, nanti sariawan! Hehe). Akibatnya, letih dan penat yang kita rasakan saat pulang, rasanya hilang tanpa bekas. (bersambung…) (Ken Ahmad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar