Akan Tetapi Justru Aku Takut Jika Ini Adalah Majelis Yang Buruk
Sufyan Ats Tsauri bertemu Fudhail bin Iyyad, mereka berdua saling  mengingatkan, hingga keduanya sama-sama menangis. Maka Suyan berkata : “  Saya berharap agar majelis kita ini adalah menjadi majelis yang paling  utama sehingga kita mendapatkan barakah !” Fudhail berkata : “ Kamu  berharap demikian ? Adapun aku justru merasa takut majelis yang kita  adakan adalah majelis yang paling buruk. Bukankah anda melihatbegitu  baiknya keadaan anda lalu jangan-jangan anda menghias diri untukku  (menampakkan kebagusan didepanku ), lalu aku menghias diri (menampakkan  kebagusan) untuk anda, hingga aku dan anda sama-sama riya ?”. Lalu  menagislah sufyan seraya berkata : “ Nasihatmu telah menghidupkan  hatiku, mudah mudahan Allah menghidupkan hatimu.”
###
Hal ini menunjukkan kejelian pemahaman mereka dan dalamnya pengetahuan  maupun hikamh keduanya, bentuk kesungguh-sungguhan dalam instropeksi  diri dan meneliti lintasan-lintaasn hati. Dua orang alim dan ahli ibadah  bertemu, keduanya memiliki sifat wara' dan zuhud. Masing-masing  memberikan wasiat kepada yang ain agar senantiasa teguh dan konsekuen.  Siapakah yang memiliki kefakihan dan pengetahuan seperti Sufyan dan  siapakah orang yang memiliki sifat wara' dan zuhud seperti Fudhail ?
Sufyan merasa gembira dengan pertemuan itu dan beliau berharap agar  pertemuan tersebut mendatangkan barakahyang agung dan memiliki pengaruh  yang besar dan mendalam bagi kehidupan keduanya, akan tetapi disisi  lain, Fudhail justru merasa takut dengan sesuatu yang tidak terlintas  dalam benak Sufyan Ats Tsauri. Beliau takut terjerumus dalam bencana  riya' yang menimpa pada pertemuan tersebut, jangan-jangan tatkala sufyan  melihat demikian bagusnya nasihat Fudhail dan pengalaman yang berharga,  lalu ia menampakkan antusias dan kesabarannya kepada Fudhail. Bukankah  ini merupakan bentuk menghias diri dan bisa jadi pertemuan tersebut  membuka pelang bagi jiwa untuk merasa puas (karean mampu menampakkan  siakp antusias), memungkinkan untuk timbulnya sikap ujub, suka dipuji  dan hati terbuai sedikit demi sedikit ?
Adapun Fudhail tidak merasa terbebas dari sikap menghias diri dan  tersebut, beliau khawatir jiak ternodai oleh rasa ingin menampakkan  kebaikan dirinya sehingga orang menilainya sebagai orang yang ahli  ibadah, zuhud dan ikhlas.
Dari perkataan tersebut, Fudhail juga ingin mengingatkan shahabatnya  untuk menjauhi lintasan-lintasan hati yang tercela tersebut dan agar  waspadaterhadap buaian setanyang mendorong seseorang untuk menampakkan  kebaikannya dihadapan orang lain.
Kemudian tangis Sufyan semakin menjadi, karena perkataan Fudhail telah  membangkitkan kekhawatiran beliau. Tangisan beliau makin keras ketika  mengetahui betapa dalamnya kebinasaan yang mungkin dialami oleh orang  yang menampakkan kebaikannya, suak dipuji, suka jika orang takjub dengan  kebaikannya, dan manusai meletakkan atribut keutamaan dan kesempurnaan.
Lalu Ats Tsauri berdoa kepada Rabb-nya agar menghidupkan hati Fudhail  dengan ma'rifah dan dzikir, sebagai balasan atas bimbingannay terhadap  beliau sehingga hatiya hidup dan selamat dari tipu daya setanyang tidak  disadari oleh kebanyakan orang.
Apakah anda mengingat peristiwa diatas setiap kali anda menyaksikan  pertemuan-pertemuan, muktamar, atau pertemuan para duat dan para pemikir  ? Apakh mereka pernah membaca kisah ini dan bagaimana kondisi mereka  jika dibandingkan dengan kisag tersebut ? Dan apakah mereka sadar bahwa  masing-masing dari mereka telah memperbagus diri mereka dihadapan  shahabatnya ata ingin diumumkan kebagusannya dan ketegarannya diatas  jalan yang lurus ?
Sesungguhnya memisahkan antara perkataan dan perbuatan, keinginan untuk  mendapatkan pujian, berbangga diri dan memburu popularitas ditengah  manusia, berupaya memperbagus penampilan dihadapan mereka, ada jebakan  yang berbahaya, yakni hapusnya amalan dan menjadika tujuan para da'i  adalah memperoleh kedudukan dihadapan manusia, bukan untuk mencari  solusi atas problematiak umat atau memperbaiki kekurangan mereka.
Berapa banyak orang yang menyeru manusia untuk berakhlaq karimahdan  keras dalam memberi peringatan terhadap penyimpangan namun dia sendiri  tidak konsekuen dan tidak pula mencegah kemungkaran yang terjadi  disekitarnya. Berapa banyak orang yangmenyerukan kebaikan namun dia  tidak merealisasikan apa yang dia serukan dalm hidupnya. Dia mentolerir  dirinya dan condong kepada keinginan hawa nafsunya. Berapa banyak orang  yang menyeru kepada keadilan, namun terjerumus
kepada praktek-praktek kecurangan.
 Itulah penyakit yang diingatkan oleh Allah Ta'ala dalam firmannya
 : أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ  تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
" Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu  melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab  (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?"
Haakadza....tahaddatsas salaf, Dr. Musthafa Abdul Wahid. Edisi indonesia  : Potret kehidupan para salaf. Pustaka at tibyan hal : 126 – 128.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar