Saudaraku....
Siapa yang akan menyalatkan jenazahmu kelak?
Apakah engkau sudah memilih orang-orang yang akan berdiri mengisi shaf-shaf di belakang jenazahmu, untuk menyalatkanmu?
Pertanyaan yang mungkin terdengar aneh dan membingungkan.
Apa mungkin kita memilih itu?
Apakah kita pantas untuk memilih orang yang akan menyalatkan kita?
Jangan gusar saudaraku, sabar...! Buka hatimu sebelum membuka mata dan telingamu!
Sudah menjadi kebiasaan, bahwasanya yang akan menyalatkan jenazahmu adalah orang-orang yang engkau cintai dan teman-temanmu, bukankah begitu?
Sekarang cobalah lihat orang-orang di sekelilingmu, lihatlah teman-teman dekatmu, siapa di antara mereka yang pantas untuk menyalatkanmu, apakah si A atau si B, apakah dia memang pantas menyolatkanmu?
Saudaraku.....
Janganlah menutup mata dari realita yang ada dan jangan sumbat telingamu dari nasehat yang berharga. Bisa jadi kenyataan yang ada memang pahit dan nasehat yang akan engkau dengar menyakitkan. Lapangkanlah dadamu, semoga ALLAH Ta’ala memberkahimu.
Saudaraku, kita harus menelan pahitnya permasalahan ini. Karena itu lebih baik dari kita menelan akibatnya di hari Kiamat, di mana tak mungkin lagi mengulangi kehidupan di dunia.
Saudaraku.....
Siapa yang akan memandikanmu? Siapa yang akan mengkafankanmu? Siapa yang akan mengangkat kerandamu? Siapa yang akan menyalatkanmu?
Siapa yang akan meletakkanmu di liang lahad? Siapa yang akan mendo’akanmu? Siapa yang akan berdiri di sisi kuburanmu, berdo’a untukmu agar ALLAH meneguhkanmu ketika Malaikat menanyamu?
Jawablah saudaraku!
Siapa yang akan menangisimu?
Apakah orang yang tidak mau tunduk dan Shalat kepada Rabbnya ini? Ataukah orang yang meninggalkan puasa dan zakat ini? Ataukah orang yang membiarkan istri dan anak perempuannya bebas berkeliaran di jalanan dan tempat hiburan dengan penampilan yang buruk dan pakaian yang hampir telanjang?
Orang yang rela dirinya menjadi seorang Dayyuts? Ataukah orang yang bergelimang maksiat dan dosa besar? Ataukah orang yang tidak memalingkan pandangannya dari wanita bukan mahram, memandangnya seakan-akan menelanjanginya dengan matanya?
Saudaraku, siapa orang yang engkau inginkan menangisi kematianmu?
Apakah temanmu yang mengajakmu ke tempat-tempat minuman keras (maksiat), ataukah orang yang mengajakmu ke Majlis-majlis Ilmu? Atau orang yang kalau berbicara, tema pembicaraannya denganmu adalah berita-berita artis, bintang film, penari dan penyanyi, serta menyampaikan kepadamu berita-berita cabul dan keji?
Ataukah orang yang kalau berbicara kepadamu mengatakan, "ALLAH berfirman.... atau Rasulullah bersabda? Atau orang yang mengajakmu ke tempat hiburan, pantai, sinema dan menghabiskan waktu dengan menonton TV serta perlombaan-perlombaan, ataukah yang mengajakmu ke taman-taman Surga? Apakah orang yang mengajak atau bersamamu main domino, catur dan tenis ataukah orang yang membukakan untukmu lembaran-lembaran Mushaf Al-Qur’an?
Saudaraku.....
Siapa teman dekat dan sahabat akrabmu? Kami bantu engkau untuk memilih sahabat atau teman yang akan menyalatkan jenazahmu esok.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah bersahabat kecuali dengan seorang mukmin dan janganlah memakan makananmu kecuali seorang yang bertakwa.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al Hakim, dihasankan oleh Al-Albany, Shahih Al Jami’ no. 7341).
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu laksana berteman dengan penjual minyak wanig dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi engkau bisa membeli darinya atau setidaknya mendapatkan aromanya. Sedangkan pandai besi akan membakar badanmu atau pakaianmu atau engkau mendapatkan darinya bau yang tidak sedap.” (HR. Bukhari).
Coba engkau renungkan buah dari persahabatan yang baik dengan orang yang baik di dunia sebelum manfaatnya di akhirat!
Rasul kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisahkan...
Ada 3 orang dari umat sebelum kalian yang melakukan perjalanan, sehingga mereka terpaksa bermalam di sebuah goa, tatkala mereka telah memasukinya bebatuan dari atas gunung berjatuhan sehingga menutupi pintu gua.
Mereka berkata, "Sesungguhnya tidak ada yang akan menyelamatkan kita dari gua ini kecuali setiap kita berdo’a kepada ALLAH dengan amal shalehnya."
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan di dalam kisah tersebut, bahwasanya orang yang pertama berdo’a dengan amal shalehnya maka terbukalah sedikit pintu gua yang tertutup bebatuan yang longsor itu, akan tetapi mereka belum bisa keluar.
Dan yang kedua berdo’a dengan amal shalehnya, lalu batu yang menutup pintu goa bertambah terbuka namun mereka belum juga bisa keluar darinya.
Dan yang ketiga juga berdo’a dengan amal shaleh maka terbukalah pintu gua tersebut dan merekapun keluar. (kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari)
Perhatikan bagaimana persahabatan ini bermanfaat sehingga ALLAH Ta’ala mengeluarkan semuanya dengan selamat.
Bayangkan saudaraku.....
Kalaulah salah seorang dari mereka tidak memiliki keshalehan, niscaya mereka tidak dapat keluar, bahkan bisa jadi semuanya mati.
Akibat siapa?
Akibat maksiat yang seorang itu.
Rasululllah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim wafat, lalu berdiri menyalatkan jenazahnya 40 orang yang tidak menyekutukan ALLAH dengan suatu apapun, melainkan ALLAH jadikan mereka sebagai syafa’at baginya.” (HR. Muslim).
Ini mencakup 2 perkara:
1. Mereka menjadi syafa'at baginya, maksudnya tulus berdo’a untuknya memohonkan ampunan untuknya.
2. Mereka adalah orang-orang yang beriman, akidah mereka bersih dari syirik kecil apalagi yang besar.
Saudaraku, kesempatan masih terbentang di hadapanmu.
Tidakkah engkau melihat jenazah dan orang-orang yang berjalan mengiringi di belakangnya, keadaan mereka sama seperti keadaan si mayit. Bukankah itu kenyataan yang ada?
Bahkan engkau lihat, orang yang mengantar jenazahmu ini bisa jadi tidak ikut menyalatkanmu, akan tetapi ia menunggu di luar Masjid. Apabila orang selesai menyalatkanmu dia ikut mengangkatmu untuk memasukkanmu ke liang lahad. Bukankah ini realita yang memedihkan yang kita saksikan? Bahkan mungkin engkau sendiri tidak menyalatkan jenazah salah seorang temanmu yang engkau antar.
Mungkin engkau akan mengatakan, lantas apa yang harus aku lakukan?
Apa jalan yang harus aku tempuh?
Simaklah kisah berikut ini, yang dikisahkan oleh Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam...
“Dahulu pada masa orang-orang sebelum kalian ada seseorang yang telah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya siapa orang yang paling berilmu. Maka ditunjukanlah kepadanya seorang Rahib. Ia pun pergi mendatanginya.
Ia berkata kepada Rahib tersebut, 'Sesungguhnya aku telah membunuh 99 orang. Apakah masih ada taubat untukku?'. Rahib berkata, ‘Tidak’. Maka ia membunuhnya, genaplah 100 orang dibunuhnya. Kemudian ia menanyakan lagi tentang orang yang paling berilmu (tempatnya bertanya). Ditunjukkanlah kepadanya seorang Alim (yang berilmu).
Ia mendatanginya dan berkata, ‘Aku telah membunuh 100 orang. Apakah masih ada taubat untukku?' Ahli ilmu itu menjawab, ‘Ya, siapa yang akan menghalangi antara engkau dengan taubat?! Pergilah ke negeri ini dan ini, sesungguhnya di sana ada orang-orang yang beribadah kepada ALLAH. Beribadahlah hanya kepada ALLAH bersama mereka, jangan pulang ke kampungmu, sesungguhnya kampungmu itu tempat yang buruk!’
Berangkatlah ia sehingga di pertengahan jalan, Malaikat Maut mendatanginnya, maka Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzab saling berebut untuk membawa ruhnya.
Malaikat Rahmat berkata, ‘Ia datang kepada kami dengan bertaubat, menghadap ALLAH dengan hatinya’.
Dan Malaikat Adzab berkata, ‘Dia belum melakukan amal kebaikan sama sekalipun’.
Maka ALLAH mengutus seorang Malaikat kepada mereka. Dan memerintahkan kedua Malaikat itu mengukur jarak antara ke dua tempat tersebut. Ketempat mana jaraknya yang terdekat denganya maka orang itu untuknya. Maka mereka mengukurnya, mereka mendapatkannya lebih dekat ke negeri yang ditujunya, maka Malaikat Rahmat membawanya.”
Dalam riwayat lain, “Maka ALLAH mewahyukan kepada bumi yang ditinggalkannya untuk menjauh, dan bumi yang akan ditujunya untuk mendekat.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Baihaqy dan Ibnu Majah).
Saudaraku, inilah berkah ketaatan, berkah bersegera bertaubat.
Dari kisah ini kita petik pelajaran berharga, bahwasanya disukai bagi seorang yang bertaubat, meninggalkan tempat-tempat dia dulu melakukan perbuatan dosa, dan teman-teman yang dulu membantunya berbuat maksiat, serta memutus persahabatan dengan mereka, selama mereka tidak berubah, masih bergelimang lumpur maksiat.
Dan hendaklah ia menggantikan mereka dengan berteman dengan orang-orang yang baik dan shaleh, serta ahli Ilmu dan Ibadah, dan orang-orang yang bisa dijadikan teladan, serta berteman dengan mereka mendatangkan manfaat dunia dan akhirat.
ALLAH Ta’ala memrintahkan kita bertaubat dan kembali kepada-NYA, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada ALLAH dengan taubat nashuhah, mudah-mudahan Rabb kamu mengampuni dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu ke dalam Surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
Dari sekarang saudaraku, jangan tutup halaman ini kecuali engkau telah menutup lembahan-lembaran masa lalumu.
Untuk membuka lembaran-lembaran baru yang putih bersih, awal jalanmu menuju ALLAH, jalan menuju ridha-NYA, jalan menuju Daarus Salam.
“Dan ALLAH menyerumu kepada Daarus Salam dan menunjuki orang-orang yang dikehendaki-NYA kepada jalan yang lurus.”
Ya ALLAH.....
Tunjukilah kami kepada jalan-MU yang lurus, dan kumpulkanlah kami kelak di hari kiamat bersama para Nabi, orang-orangh yang Shiddiq, orang-orang yang mati Syahid dan orang-orang yang Shaleh.
Merekalah sebaik-sebaik teman.
Allahumma Amiin.....
~from inbox: CYBER HALAQOH (oleh: Echo Boedy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar