Minggu, 06 Juni 2010

Tujuh (7) Langit Bumi adalah Pelindung Bumi sebagai Manifestasi Rahmat Allaah

Pembahasan yang ada di sini bukanlah memberikan tafsiran yang sebenarnya dari ayat - ayat Al Qur'an, melainkan mencoba menarik benang putih antara Al Qur'an dan Science. Karena hanya Allaah dan Rasul-Nya Muhammad SAW serta pewarisnya (ahlul baitnya) yang mengetahui tafsiran setiap ayat Al Qur'an yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Persoalannya, setelah bencana/musibah yang menimpa umat Islam dimasa lalu, kita sekarang kekurangan sumber atau bahkan kita telah kehilangan sumber yang lengkap dalam penafsiran Al Qur'an.

Karena itu usaha saya ini (dengan menulis pada CATATAN ini) adalah mencoba berlandaskan pada Al Qur'an Surah Al Fusshilat[41] ayat 53 sbb:

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat - ayat Kami di segala penjuru bumi (ufuk) dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

Maka sebagai awal topik, mari kita cermati ayat Al Qur'an sbb:

"Tidakkah kamu perhatikan (Alam tara) bagaimana Allaah telah menciptakan tujuh langit bertingkat - tingkat? Dan Allaah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan matahari sebagai pelita? Dan Allaah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik - baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu dengan sebenar - benarnya."

(Q.S Nuuh [71]: 15-18)

Disini Allaah menggunakan kata Taraw dari kata dasar Ra = melihat dengan mata, yang maksudnya melihat dengan indra mata kita baik menggunakan alat (misalnya teropong, satelit atau mesin infra merah dll) atau melihat secara langsung.
Ini berarti bahwa manusia akan dapat "melihat" ketujuh langit itu dan dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan manusia. Jika yang dimaksud dengan langit ini adalah langit alam semesta, hal ini tidak mungkin manusia akan dapat melihat ketujuh langit di alam semesta tersebut yang begitu luasnya dan tidak diketahui mana batas tepinya. Adalah suatu hal yang mustahil Allaah mengajak manusia untuk "melihat" sesuatu yang tidak mungkin manusia akan dapat mencapainya.

Kesimpulan dan BUKTI:

Langit yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah lapisan pelindung bumi (Q.S 21:32) yaitu atmosfer yang terbagi 5 lapisan dan 2 lapisan sabuk Van Allen sbb:


  1. Lapisan 1: Troposfer, 0-18 km dari permukaan tanah dengan tebal rata-rata 10 km. Di daerah khatulistiwa, ketinggian lapisan troposfer sekitar 16 km dengan temperatur rata-rata 80°C
  2. Lapisan 2: Stratosfer, antara 18 - 49 km dari permukaan bumi.
  3. Lapisan 3: Mesosfer, antara 49 - 82 km dari permukaan bumi.
  4. Lapisan 4: Termosfer atau Ionosfer, antara 82 - 800 km dari permukaan bumi.
  5. Lapisan 5: Eksosfer atau Desifasister, antara 800 - 1000 km dari permukaan bumi.




Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Atmosfer

Sedangkan 2 lapisan sabuk Van Allen yaitu:


  1. Lapisan 6: Sabuk Radiasi Van Allen Dalam yang kebanyakan terdiri atas proton
  2. Lapisan 7: Sabuk Radiasi Van Allen Luar yang kebanyakan terdiri atas elektron


Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Van_Allen_radiation_belt



Sabuk Van Allen ditemukan pada tahun 1958 oleh Explorer I dan Explorer II dalam misi penelitian atmosfer di bawah arahan James A. Van Allen.
Cukup lama saya baru menemukan yang dua lapisan lagi, bahkan saya sempat ragu dengan kesimpulanku sendiri. Saya sudah menduga bahwa yang berikutnya adalah sabuk Van Allen (berdasarkan kesimpulanku terhadap ayat Al Qur'an bahwa Allaah menjadikan langit sebagai atap atau pelindung) tapi itu baru enam lapis karena tidak terpikir olehku sebelumnya bahwa Van Allen Belt terdiri dari dua lapis, sampai akhirnya Allaah menuntunku (semoga saja demikian) dan akhirnya menemukan fakta dari wikipedia bahwa sabuk Van Allen ternyata terbagi 2 lapisan/sabuk dengan karakteristik atau sifat sifat yang berbeda. Subhaanallaah wabihamdihi...

Kenapa sampai digolongkan ke dalam 7 lapisan? Apa dasarnya? Ternyata masing - masing lapisan itu memiliki karaktersitik atau sifat yang berbeda-beda.

Simak ayat berikut ini:

"Dialah (Allaah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia mengarahkan (fokuskan) pandangan-Nya ke (tsummastawaa ila) langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."

(Q.S Al Baqarah [2]: 29)

<-----
Di sini kata istawa saya coba dekati dengan "mengarahkan pandangan-Nya" meskipun itu juga masih belum tepat (ada kajian khusus tentang itu). Sebab Istawa tidak bisa kita artikan dengan "bersemayam" sebagaimana pada ayat lainnya. Kalau dalam terjemahan resmi Indonesia diartikan "menuju" namun hal ini sangat "berbahaya" sebab dapat menjerumuskan pembacanya pada pemahaman Allaah memiliki arah dan berjisim, seakan - akan Allaah bisa menempati ruang dan waktu. Aku berlindung kepada Allaah dari paham demikian. Karena Allaah tidak dapat dicapai dengan akal pikiran, dan tidak ada penyatuan antara Pencipta dan Yang Diciptakan, karena itu Maha Suci Dia dari mempersangkakan Allaah dari memiliki arah dan waktu sementara Dia-lah yang menciptakan Ruang, Arah dan Waktu.
----->

Perhatikan inti ayat di atas, ada kata "...menyempurnakannya.." menjadi tujuh langit. Berarti dalam proses awal penciptaan bumi, bersamaan dengan itu terbentuk pula atmosfernya tetapi belum berjumlah 7 lapis, kemudian Allaah menyempurnakannya sampai 7 lapis.

"Katakanlah, "Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam."

"Dan Dia ciptakan padanya (bumi) gunung - gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuninya) dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya."

"Kemudian Dia menuju (mengarahkan pandangan-Nya/fokus-Nya) ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintahku dengan patuh atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan patuh."

"Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua massa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing - masing. Kemudian langit yang dekat kami hiasi dengan bintang - bintang , dan untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allaah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui".


(Q.S Al Fusshilat[41] : 9-12)

Dari ayat tersebut, disimpulkan bahwa bumi dibentuk dahulu baru langit. Sedangkan di ayat lain, disebut langit terlebih dahulu baru bumi. Sebenarnya ini tidak bertentangan, melainkan suatu pengetahuan atau informasi bahwa ketika disebutkan langit dan bumi (langit dulu baru bumi) maka yang dimaksud adalah langit alam semesta, namun ketika disebutkan terlebih dahulu bumi barulah disebutkan penciptaan langit sebagaimana dalam ayat - ayat di atas, maka yang dimaksud adalah langitnya bumi itu. Dan yang menarik lagi jika kita kaji lebih dalam adalah, jika Allaah menyebutkan langit alam semesta, (barangkali saja saya salah, jika ada pembaca yang koreksi saya berterima kasih) maka Allah tidak menyinggung untuk memperhatikan/melihat.

Ada hal yang harus DIINGAT pada kata "menuju langit" ini BUKAN diartikan zat Allah bergerak dari bumi menuju langit. Naudzubillah min dzalik, aku berlindung kepada-Nya dari mengasosiasikan Allaah dengan demikian. Sebenarnya kata arabnya adalah "istawa" sebagaimaan Allaah menjelaskan tentang diri-Nya yang ber'istawa di atas arsy, JANGAN kita mengasosiasikan seperti seorang raja yang duduk di singgasananya. Ini adalah pemahaman yang keliru dan dapat menyeret kita kepada PEMIKIRAN TERLARANG. Imam Ali RA pernah mengatakan yang kurang lebih se-arti yaitu (berdasarkan ingatan saya semoga saja tidak keliru): Allaah tidak membutuhkan Arsy untuk tempat berdiam, melainkan hanya untuk menunjukkan wilayah kekuasan-Nya, barangsiapa yang menunjukkan posisi Allah berarti dia menentukan arah-Nya dan membuat batas-Nya. Barang siapa yang membuat batas-Nya berarti dia telah mengadakan tandingan-Nya...dst

Jadi pada ayat di atas lebih tepat kalau kita sebut saja dalam bahasa arab yaitu istawa.
Menarik lagi dalam surah 41: 9-13 di atas, ada kata "..pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing - masing..". ini bermakna bahwa pada setiap langit tersebut memiliki karakteristik dan fungsi masing - masing.

Kemudian ada fakta menarik lagi bahwa Allah menciptakan langit (langit bumi/dunia) dalam 2 masa. Adalah fakta yang menarik dikaji jika dikaitkan dengan temuan sains bahwa, ternyata penciptaan lapisan atmosfer tidak sama masa-nya dengan penciptaan sabuk Van Hallen. Jadi ketika itu ternyata atmosfer diciptakan terlebih dahulu sampai terdapat 5 lapisan. setelah melalui waktu yang lama, Allah mengirim bongkahan batu meteor dalam jumlah besar yang banyak/kaya mengandung besi ke bumi. Hantaman dengan bumi tersebut mengubah keadaan dibumi, mulai dari kecepatan dan arah orbit dan juga gaya gravitasi menjadi lebih kuat. Besi yang menghujam ke bumi masuk ke dalam bumi sampai di inti bumi dan berputar bagaikan sebuah dinamo. Perputarannya tersebut mengakibatkan terbentuknya sabuk radiasi Van Hallen. Proses inilah proses yang disebut proses kedua setelah proses penciptaan lapisan atmosfer dan antara kedua proses tersebut telah berlalu masa yang panjang, artinya kedua proses tersebut masa atau waktu penciptaannya berbeda. Subhanallaahi wabihamdihi.

Kemudian kita kaji ayat Al Qur'an sbb:

"Dan Kami menjadikan langit sebagai atap (As Saqofa) yang terpelihara, namun mereka (orang - orang kafir) tetap berpaling dari ayat - ayat itu."

(Q. S. Al Anbiya[21]:32)

"Demi atap (As Saqfi) yang ditinggikan."

(Q.S Ath Thur[52]:5)

Kajian tentang "Atap" ini:

  1. Ada 4 ayat dalam Al Qur'an yang dengan akar kata yang sama, menyebutkan tentang atap yaitu kedua ayat di atas ditambah dengan Q.S An Nahl[16]:26 dan Q.S Az Zukhruf[43]:33, namun kedua ayat terakhir ini tidak menyebutkan tentang langit.

    "Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari."

    (Q.S An Nahl[16]:26)

    "Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya."

    (Q.S Az Zukhruf[43]:33)

  2. Berdasarkan kedua ayat terakhir, sebenarnya cukup menjelaskan pengertian atap dalam Al Anbiya[21]:32, bahwa atap ini berarti sebagai pelindung atau sebagaimana kalau diasosiasikan atap rumah untuk melindungi manusia dari panas dan hujan.

  3. . Jumlah kata yang menyebut atap dan mengindikasikan langit dalam Al Qur'an adalah disebut 2 kali. Faktanya: kalau kita merujuk atap bumi kita ternyata terdiri dari dua hal yaitu atmosfir dan sabuk Van Allen.

  4. Ketika Allaah SWT menyebut tentang atap dan menyindir orang kafir dalam Q.S Az Zukhruf[43]:33, maka di situ terdapat salah satu makna bahwa penciptaan atap pelindung bumi adalah karena Allah Maha Pemurah.

  5. Dalam surah Ath Thur[52]:5 (nomor surah lebih tinggi dari pada Al Anbiya[21]:32 di atas yaitu 52>21) tidak disebutkan kata langit tetapi isinya (kata atap) menyinggung tentang (bermakna) langit. Faktanya: Sabuk Van Allen ditemukan belakangan dan letaknya berada pada sisi luar planet bumi. Subhaanalaahi wabihamdihi Subhaanahal azhim astaghfirullaah......

  6. Langit diciptakan dalam dua tahapan waktu (masa) yaitu tahap pertama penciptaan 5 lapisan langit yaitu atmosfer, kemudian pada tahapan kedua adalah penciptaan 2 lapisan langit lagi yaitu sabuk Van Allen. Lihat Q.S Al Fusshilat[41]: 12. Penggunaan kata "masa" jangan diartikan sebagai "hari" ini tidak tepat, sebab kata ini digunakan sebagai kata umum untuk menunjukkan waktu, jadi kata masa ini bisa saja 1 hari, 2 hari, 3 hari, 1 bulan, 2 bulan, 1 tahun, bisa 1 abad, dst, atau bisa juga "tahapan", 1 tahap misalnya memerlukan waktu 3 hari, atau 1 tahapan misalnya memerlukan waktu 7 hari berarti sama dengan 1 pekan. Artinya kalau kita menggunakan kata tahap atau masa maka berarti antara kedua tahap satu dengan tahap lainnya atau antara masa satu dengan masa lainnya ada pemisah atau antara. Dan hanya Allaah SWT yang Mengetahui dengan tepat berapa lamanya pada setiap masa tersebut. jadi kalau kita menyebut 2 masa, maka belum tentu masa yang pertama sama waktunya dengan masa yang kedua. Kalau saya menyebut 2 hari berarti ada pemisah malam diantara keduanya. Ada sesuatu waktu antara yang memisahkan sehingga "masa"nya atau "tahapan"nya dianggap berbeda, kalau waktunya masih berurutan maka masih dihitung dalam masa yang sama. Jika ada 2 kejadian dalam 1 hari maka bisa kita katakan ada dua kejadian dalam masa yang sama (berarti 1 masa=1 hari). Jika pagar rumah saya dikerjakan dalam waktu 4 hari secara berurutan tanpa ada jedah/istirahat sedikit pun maka 1 masa=4 hari, bisa juga saya katakan pagar rumah saya dikerjakan dalam 1 masa saja, namun jika dikerjakan selama 3 hari berturut-turut tanpa istirahat setelah itu istirahat 1 malam dilanjutkan besoknya dan selesai juga besoknya berarti totalnya=4 hari tetap masa pengerjaanya dalam waktu 2 masa yaitu masa pertama=3 hari dan masa kedua=1 hari saja.



Kemudian kenapa Langit itu merupakan Manifestasi Rahmat dan Kasih Sayang Allaah? Yaa karena dengan adanya langit tersebut akan berfugsi sebagai atap yang memelihara manusia dari Gempuran Batuan Angkasa dan Sinar Angkasa. Sehingga Allaah SWT menyatakannya dalam Al Mulk sbb:

"Yang Menciptakan Tujuh Langit Berlapis - lapis. Tidak akan kamu lihat (Tara) sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi (dengan pandangan bashira) maka apakah kamu lihat (taraa) sesuatu yang tidak teratur?"

(Q.S Al Mulk[67]: 3)


Subhanallaah, lihatlah dan bacalah betapa demikian indahnya Allaah SWT memberitahukan serta memberi petunjuk kepada hamba-Nya untuk memahami ayat tersebut. Setelah kita melihat dengan indra mata (Ra=melihat, tara = kamu lihat) lalu Allaah mengundang hamba-Nya untuk melihat secara bashira (=hati atau dengan ilmu) maka kita akan melihat (Ra) bukti yang di dapat dari pandangan bashira tersebut sesuatu yang seimbang. Allaah menggunakan gaya bahasa negasi: adakah yang tidak teratur? artinya semuanya dalam keteraturan tanpa cacat sedikit pun.

Wallahu 'alam bissawab.

Ya Allaah sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Engkau Maha Pemurah dengan memberikan semua fasilitas itu, semua karunia-Mu itu kepada kami Manusia, Engkau mema'afkan semua kesalahan kecil kami, Engkau mengampuni kesalahan kami Jauh Melebihi Pemberian Ma'af Seorang Ibu terhadap Anaknya. Jika Engkau sampai Murka kepada kami, sungguh karena kami sudah keterlaluan dan melampaui batas, maka Ampunilah kami serta ma'afkanlah kami.
Sungguh banyak sekali kerusakan yang ditimbulkan oleh hamba-Mu ya Allaah, telah rusak bumi ini, maka ampunilah kami ya Allaah, dan berilah kami seorang pemimpin yang menolong dari sisi-Mu.


Zainal Syam Arifin

Sumber: http://zhetha.co.cc/?paged=7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar