Rabu, 09 Juni 2010

Ukhti, Ajak Aku Terbang Bersamamu



Dia sahabatku, saudariku, partner dakwahku, satu di antara ‘keluarga’ kecilku. Selama 2,5 tahun kami bersama dalam satu ‘lingkaran’, mengkaji islam, memperbaiki diri, menjalin ukhuwah dalam bingkai tarbiyah. Tapi setelah rekomposisi itu, aku ‘didepak’ dari lingkaran dan kini memilki keluarga yang baru, dengan wajah-wajah baru. Ya, itu memang hal biasa dan wajar terjadi. Sedih? Pasti. 2,5 tahun bukan waktu yang sebentar untuk merangkai kenangan, tak mudah dilupakan. Banyak kenangan manis yang membekas dalam ingatan. Postingan kali ini, ane akan bercerita tentang dia -sahabatku, saudariku, satu di antara ‘keluarga’ kecilku yang dulu- Fitri.

Suatu pagi, kulangkahkan kaki menuju kampus hijauku sambil memburu waktu karena jam sudah menunjukkan angka tujuh (gak biasanya neh telat). Di tengah ketergesaan, Allah mengirimkan seseorang untuk menolongku. Tiba-tiba Fitri sudah berada di depanku dengan sepeda motornya.

‘Alhamdulillah’ tanpa basa-basi langsung saja kududuk di belakangnya.
Di perjalanan, aku banyak bercerita tentang ini-itu. Dan dia, entah mengapa, diam saja. Tak seperti biasanya. Aku terus bercerita, sampai akhirnya dia angkat suara,
“Ukhti, aku ingin terbang, tinggiiii sekali!”

Aku menghentikan ‘ocehan’ku. Terbang? Batinku heran. Koq gak nyambung sama yang kuceritakan ya? Kudongakkan kepala, memandang langit biru yang kala itu dihuni oleh segerombolan awan putih dengan mentari yang tersenyum hangat seolah menyapaku, "selamat pagi” Ah, cerah sekali hari ini! Subhaanallaah…

“Aku juga ingin terbang ukh..” sambungku. Aku ingin rihlah ke syurga. Kali ini kuungkapkan dengan sepenuh hati. Entah mengapa, akhir-akhir ini indahnya syurga memang menggelayuti pikiranku. Kapan aku akan rihlah ke sana ya? Ah, semoga.

“Kadang hidup itu melelahkan ya ukh?” masih kataku. Tak ada respon. Sunyi, hanya deru motor yang berbunyi.

“Apa anti lelah?” kututup monologku dengan kalimat tanya.

“Sudah sampe ukh.” katanya datar.

“Oh, iya.” Aku segera turun. Kutatap wajahnya, mencari jawaban di matanya. Namun, kosong. Tak kutemukan apapun di sana. Hanya sorot matanya yang menerawang jauuuuuh, entah ke mana.

“Jazaakillah ukhti atas ojek gratisnya.” kataku sambil tersenyum.

“Waiyyaki,” balasnya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. “Assalaamualaykum”. Motor melesat meninggalkanku yang masih diam terpaku.

Kulihat sosoknya yang semakin jauh, jauh, lalu hilang di persimpangan. Kami memang beda fakultas, aku di FBS dan dia FIP. Ada apa denganmu, ukhti? Segera aku tersadar, aku belum membalas salamnya, “Waalaykumsalaam Warahmatullaah Wabarakaatuh,. Semoga Allah selalu memberkahimu ukhti, hari ini, dan di sisa usia anti, do’aku untuknya. Astaghfirullah.ane telaaaaaaaatttt!!!

Saat kuliah, konsentrasiku pecah. Kalimat singkatnya tadi pagi masih terngiang-ngiang di telinga. “Ukh, aku ingin terbang, tinggiiii sekali!” apa maksudnya? Apa dia benar-benar lelah? Ya, mungkin. Aku tahu akhir-akhir ini dia sibuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Apalagi sekarang sedang musim-musimnya UTS. Ditambah aktivitas dakwah yang gak ada musimnya, karena dakwah akan terus berjalan sepanjang usia manusia. Intinya, dia sangat sibuk saat ini.


Andai anti tahu ukhti, akupun sama sibuknya dengan anti. Dan tidak hanya qta berdua, masih banyak ‘pejuang-pejuang’ lain yang juga merasakan hal yang sama, bahkan lebih sibuk dari qta. Atau mungkin, kau sedang dilanda masalah yang cukup berat hingga kau benar-benar merasa letih dan penat? Seharusnya kesibukan tak cukup menjadi alasan untuk tidak meluangkan waktu bersama saudara. Ah, ke mana saja aku selama ini?
Kukirim pesan cinta lewat sms untuknya,

“Rabb, kulihat letih di wajah saudariku,
sapulah dengan air syurga yang menyejukkan
Ya Rabb, kulihat memudar senyumnya,
maka perlihatkan padanya kisah kasih penduduk syurga yang membahagiakan.”

Kutunggu beberapa saat, namun tak ada tanggapan. Kuketik lagi kata-kata cinta selanjutnya,

“Ukhti, anti ingin terbang tinggi kan? Ajaklah aku terbang bersamamu. Malam ini, aku akan menjemputmu. Tunggu aku yaa. Aku akan mengajakmu menjelajah angkasa. Qta akan terbang bersama, tinggi, tinggiii sekali hingga mencapai puncaknya. Hanya ada aku, kau, dan Dia. Ukh, akhir-akhir ini aku sangat merindukanNya. Rinduuuu sekali”

Aku tahu, dia takkan membalasnya. Tiba-tiba kurasakan hangat di mataku. Hatiku gerimis
Malam harinya, tepat jam 2 dini hari, ku miscall HPnya. Nada sibuk yang kudengar. Apa HPnya dinonaktifkan ya? Batinku bertanya. Kukirimkan pesan untuknya,

“Assalaamualaykum ukhti chanyank, apa anti dah bangun? Bersiaplah, qta akan segera terbang tinggi, tinggiii sekali. Ambil air wudhu yaaa Luv u.

Pesan terkirim. Berarti HPnya aktif. Akupun memiscallnya kembali. Masuk. Beberapa detik kemudian, ganti HPku yang berbunyi. Kulihat layar di ponsel, Fitri. Alhamdulillah, dia merespon panggilanku.

Dan malam itu, terasa begiiiitu indah! Kami menyelami samudera cintaNya, hanyut dalam lautan kasihNya. Lalu kami terbang tinggi menjelajah angkasa, ke ufuk nirwana. Rabb, saksikanlah ada dua orang hamba yang datang menghadapMu, mengetuk pintu maghfirahMu, berharap dapat berjumpa denganMu Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Agung, bukalah pintu RahmatMu.

Keesokan harinya, dia _sahabatku, saudariku, partner dakwahku, satu diantara keluarga kecilku- datang menemuiku sambil berkata,

“Jazaakillaah ukhti, sudah menemaniku terbang tinggi.”

Alhamdulillaah Terima kasih Rabb. Kulihat senyumnya kembali berseri

NB: Buat semua UKHTI FILLAH di manapun antunna berada:

Ukhti, aku ingin kau tahu..
Ada pundak yang bisa kau jadikan sandaran kepalamu,
Ada telinga yang siap mendengar keluh kesahmu dan menampung segala uneg-unegmu,
Ada tangan yang akan membelaimu dan menyeka bulir-bulir air mata yang menetes di pipimu,
Ada mulut yang bisa menghiburmu, memberi senyum manisnya untukmu, dan siap menyumbang solusi jika kau mau,
Ada hati yang telah memberikan cintanya untukmu,
Ukhti, aku mencintaimu fillah, lillah…

Sumber: www.akhwatzone.multiply.com



Ini hasil copas dari MP temen, subhanallah tanpa terasa bulir-bulir air mataku menganak sungai (lebaay). Entahlah, aku merasa kan ada kesamaan dengan kisahku...

Nikmat ukhuwah itu bagai anugerah terindah yang penah kudapat dalam hidup ini, mengenal mereka (saudari-saudariku), berteman dengan mereka, menjadi bagian dari mereka, sungguh suatu kebahagiaan bagiku…

Ukhti, cintailah aku apa adanya...
Bantulah aku menjadi lebih baik...
Ingatkah aku ketika tersalah...
Nasehati aku dengan hikmah...

Sungguh, aku ingin selalu bisa mencintamu karena-Nya...
Agar Ia senantiasa meridhoi jalinan ini...

Desi Dahlianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar